Sore hari di rumah Lera sedang berkumpul Fiko dan tiga sahabatnya.
"Fiko, kok ibunya gak diajak sih?" tanya Lera.
"Tadi sudah rencana mau ikut, tapi mendadak dipanggil tetangga ku untuk rapat warga, karena beberapa minggu ke depan akan ada event di kampungku!" jelas Fiko.
"Ibu ikut kepengurusan kampung?" tanya Lera.
"Iya, ibuku salah satu pengurus PKK di kampungku!" jawab Fiko.
"Sebenarnya ini peluang bagus bagiku untuk mendekati Fiko. Tapii.... bagaimana kalau Ratis tau?!" gumam Lera dalam hati.
"Ini Angel dan Ratis mana kok belum datang? Ada kabar dari dia atau tidak?" tanya Fiko.
"Kalau kemarin saat ketemu, Angel bilang berangkat ke sini nya nunggu jemputan Wida, karena kendaraan di rumah dipakai kakaknya!" kata Lera.
"Ooh, mungkin Wida yang belum nyampèk rumah Angel!" ucap Fiko.
Hingga hampir satu jam, Angel dan Ratis belum juga tampak. Kemudian:
"Fiko, sudah ada incaran Job yang mau dituju atau belum?" tanya Lera.
"Belum Lera. Kamu ada info kah?" jawab Fiko.
"Tidak ada sih, tapi saya bisa tanya bapakku!" jawab Lera.
"Coba besok aku tanyakan bapakku ya, siapa tau ada!" lanjut Lera.
"Lho, emangnya bapak sudah aktif ke kantor lagi? Kamu bilang bapak sedang pemulihan kesehatannya?!" kata Fiko.
"Bapak sudah aktif ke kantor lagi sekitar satu setengah bulan ini!" ungkap Lera.
"Berarti sudah benar-benat pulih sehat ya?! ucap Fiko.
"Iya, tapi ada beberapa makanan yang harus diperhatikan konsumsinya!" jelas Lera.
"Ngomong-ngomong, ini sudah hampir satu jam lho... kok belum datang juga ya Angel dan Ratis?" Fiko mulai gelisah.
Lalu...
"Waah, kalau aku cuma sendirian di sini mending aku pulang lagi saja. Khawatir dikira aku ngepèl sama Lera, masalaaah lagi, capai aah masalah - masalah terus!" gerutu Fiko dalam hati.
"Hehehe, kok gelisah sih?" goda Lera sembari mengelus punggung Fiko.
"Mmm, mikir ini lho, dua sobat kita ini ingat atau tidak sih sebenarnya, kok lama banget.
"Tampaknya takut amat sih! Kan sudah ada saya menemani, kenapa mendadak gelisah begitu?" kata Lera.
"Ya nggak enak saja gitu lho, kalau mereka gak jadi datang kemari!" kata Fiko.
"Emangnya kalau mereka gak jadi datang, apanya yang gak enak bagimu? Pulang aku gak keberatan ngantarkan kamu. Kalau pingin jalan-jalan kemana gitu... aku siap menemani!" ucap Lera.
Kemudian...
" Gak enak apa lagii... udah, tenang saja, mungkin mereka menunggu kendaraan yang masih dipakai saudaranya!" lanjut Lera.
"Lera, satu jam lagi kalau mereka gak datang juga, saya pulang saja ya?" kata Fiko kemudian.
"Tapi untuk malam ini di rumah gak ada acara kan?" tanya Lera.
"Ya gak ada sih. Cuma gak enak aja rasanya kalau ke sini sendiri, hehehe, entar malah dikira ngapèl lagi!" Fiko tertawa.
"Emangnya gak mau ya ngapèl ke sini, hahaha, Fikooo Fiko!" canda Lera.
"Hahaha!" bisa aja kamu.
"Fik, kamu mumpung gak ada acara nih. Misalnya ini nanti Angel dan Ratis benar-benar gak datang, bagaimana kalau saya ajak kamu nemani jalan keluar, sekalian ada yang mau saya beli juga. Bagaimana, mau ya Fik?" Lera merayu.
"Kamu yakin ngajak saya?" Fiko mulai bimbang.
"Ya, pasti yakin dong. Hehehe, kamu kenapa kelihatan mikir banget!" ucap Lera.
"Jujur, aku trauma dengan kejadian yang lalu itu Lera. Kamu pasti juga sudah tau kan bahwa saya ini gak suka ribut!" tegas Fiko.
"Tapi ini kan perginya sama saya. Jadi kalau ada orang yang bikin masalah, bapakku gak mungkin tinggal diam. Maaf, ini saya bukan bermaksud nyombong, tapi meyakinkan kamu saja, bahwa kalau kita baik-baik saja, bapakku pasti mrmbela kita kok!" jelas Lera.
"Baiklah. Kalau begitu kita tunggu setengah jam lagi aja, bila Angel dan Ratis tetap juga tidak datang, aku mau jalan sama kamu!" balas Fiko.
Lalu...
"Kok saya merasakan ada perbedaan ya gaya Lera terhadapku saat ini?!" kata Fiko dalam hati.
Di saat bersamaan, Lera juga sedang berpikir:
"Aaah, begitu aja kok harus melalui rembugan panjang lebar. Toh, akhirnya mau juga, xixixiii!"
Setengah jam berikutnya...
"Waah, ada apa nih anak, gak datang kok semua ya?!" kata Fiko dalam hati.
"Fik, gimana nih, Angel dan Ratis ternyata tidak datang... kita jalan sekarang aja yuuk, biar nanti tidak kemalaman pulangnya!" ujar Lera.
"Baiklah, yuuk!" sahut Fiko.
"Pak San!" Lera memanggil sopirnya.
"Ya, None. Ada apa None?" tanya pak San.
"Mau minta tolong antarkan ke Mall Gêdhé!" jawab Lera.
"Baik, saya ambil mobilnya!" sahut pak San.
Sesaat kemudian terlihat mobil mewah Lera bergerak menuju depan teras rumah, kemudian:
"Yuuk Fiko, kita berangkat!" ajak Lera.
Di perjalanan...
"Mudah-mudahan tidak ada teman yang lihat saya sama Lera saat ini. Kasihan Ratis bila mengetahui hal ini!" gumam Fiko dalam hati.
"Heeii, kok anteng sih!" celetuk Lera tiba-tiba sembari memegang perlahan lengan Fiko.
"Ngobrol dong, jangan anteng begitu!" goda Lera.
"Hehehe, aku lagi menikmati perjalanan nih. Kan aku gak pernah naik mobil mewah begini!" canda Fiko polos.
"Kasihan Fiko!" kata Lera dalam hati.
"Ya udah sekarang ngobrol, di lain waktu saya ajak kamu khusus jalan-jalan, bila memungkinkan kita jalan seharian, hahaha!" kata Lera tertawa.
"Lama-lama bisa pacaran nih kalau keseringan berdua begini, tapi di dalam hatiku masih ada Ratis!" gumam Fiko dalam hati.
Setiba di Mall...
"Sudah nyampèk None. Mau ditunggu atau ditinggal?" tanya pak San.
"Ditunggu saja pak, soalnya saya juga belum tau yang dicari cepat ketemu atau tidak!" kata Lera.
"Kalau begitu saya nongkrong di warung depan pintu parkir, nanti kalau None Lera sudah selesai, saya nunggu di sana!" ujar pak San.
"Baiklah!" balas Lera.
Sementara pak San menuju tempat parkir, Lera dan Fiko menuju masuk Mall.
"Fiko, coba lihat ini, bagus apa nggak?" Lera menunjukkan sepotong kaos.
"Woow, keren banget tu!" ucap Fiko.
Diam-diam Fiko melirik juga bandrol harga pada label kaos itu. Lalu...
"Makhlum dia anak orang kaya, pasti kebeli juga walau harga segitu!" kata Fiko dalam hati.
Setelah mereka belanja beberapa potong pakaian dan beberapa keperluan lain, Lera mengajak Fiko ke cafe di area Mall tersebut.
"Silahkan pesan makanan dan minuman terserah apa yang kamu suka, saya traktir kamu. Ingat, kalau pesan jangan lihat daftar harga, cukup lihat daftar makanan dan minuman!" kata Lera.
Saat makan...
"Fiko, besok mau kan jalan-jalan lagi?!" tanya Lera membuka obrolan.
"Hwadhuuh, jalan-jalan lagi? Bagaimana nanti pikir orang tuamu, habis jalan-jalan kok jalan-jalan lagi!" ucap Fiko.
"Jangan khawatir tentang itu, saya sudah perjanjian dengan bapak... kalau sudah lulus boleh dipuasin main, yang penting bapak kenal siapa temannya, gak boleh sembarangan!" ungkap Lera.
"Kalau memang benar begitu, saya mau aja!" jawab Fiko sembari makan.
Tiba-tiba Fiko dibuat kagèt, Lera memegang lengan Fiko, sambil katanya:
"Terima kasih kamu mau!" Lera tersenyum menatap Fiko.
Dan...
"Ada apa dengan Lera, aku merasakan sesuatu bergejolak dalam dirinya!" kata Fiko dalam hati.
*)bersambung ___