Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 24 - Aral Dalam Kesempatan

Chapter 24 - Aral Dalam Kesempatan

Hari sudah gelap, dan mobil mewah Lera tampak berhenti beberapa langkah dari halaman rumah Fiko. Kemudian:

"Terima kasih untuk acara makan malamnya, dan sampaikan salamku buat bapak ibu di rumah. Terima kasih juga pak San!" ucap Fiko sembari turun dari mobil Lera.

"Kamu lupa bawa ini milik kamu!" kata Lera sambil serahkan tas plastik berlogo Mall yang tadi mereka kunjungi.

"Eeh, apa ini? Aku tadi kan tidak belanja apapun?" Fiko bingung dan terkejut.

"Udah, ambil buatmu, dan ini juga kamu bawa oleh2 buat ibu di rumah!" kata Lera seraya memaksa tangan Fiko menerimanya.

"Aduuuh, Lera. Mengapa kamu lakukan ini?!" Fiko bengóng menatapi barang di plastik yang dipegangnya.

Dalam pada itu, tidak disadari Fiko bahwa Lera turun dari mobilnya, lalu...

"Sampai kan salam buat ibumu, saya temui kamu besok sore di rumahmu. Sekarang saya pulang dulu!" kata Lera.

Sementara Fiko masih terdiam bingung, Keta masuk mobilnya, dan...

"Sampai ketemu besok ya!" Lera lambaikan tangannya.

Fiko membalas melambaikan tangannya, sambil memandangi mobil Lera hingga belok di ujung gang, lalu Fiko masuk rumahnya.

"Kok teman-temanmu gak ikut turun, apa mereka langsung pulang?" tanya ibu Fiko.

"Kok ibu bilang teman-teman sih? Itu tadi cuma Lera dan sopirnya! Tadi tu acaranya akhirnya batal dan ini tadi bikin acara berdua saja sama Lera!" ungkap Fiko.

Lalu Fiko menceritakan saat menunggu di rumah Lera, hingga mereka berdua berang ke Mall.

"Dan ini ada oleh2 buat ibu!" kata Fiko sambil serahkan plastik dari Mall.

"Hah, daster! Dari mana kamu uang untuk beli daster ini? Fiko, ini mahal nak!" wajah ibu Fiko tampak khawatir.

"Aku memang gak pernah punya uang banyak bu, ini tadi Lera yang beli untuk ibu. Bahkan saya pun juga dapat ini!" Fiko menjelaskan sambil tunjukkan tas plastik di tangannya.

"Bukan kamu yang minta kan nak?!" tegas ibunya Fiko.

"Saya gak pernah minta apapun bu!" jawab Fiko.

"Kamu dapat baju juga?" tanya ibunya.

"Iya bu, tapi kok berat ya!" sahut Fiko sembari buka klip tas plastik nya.

Saat tas plastik Fiko dibuka nereka amat terkejut melihat kaos yang digulung, dan di dalam gulungan terdapat kardus kecil.

"Kardus apa itu Fik?" tanya ibunya.

Fiko mengamati lebel dan gambar di permukaan kardus kecil itu. Kemudian:

"Bu, ini kardus Handphone lho! Apa punya Lera jatuh terselip di sini ya?!" Fiko mengerutkan dahi.

Lalu...

"Tapi ini kok juga ada SIM CARD baru ya bu?!" lanjut Fiko.

"Lho... ini kan kaos yang ditunjukkan ke aku tadi?!" gumam Fiko mengamati kaos yang ditunjukkan Lera pada Fiko saat di Mall.

Malam harinya saat ibunya sudah tidur, Fiko masih melamun atas kejadian sore itu di Mall.

"Berarti tadi Lera panggil dan tanya saya tentang kaos itu, memang untuk surprise bagiku. Terus Hp ini yang aku masih ragu, karena ini barang mahal. Aah, besok ketemu dia, aku harus pastikan kejelasannya!" lamunan Fiko.

*Di hari berikutnya....

Sore hari ibunya sedang menyapu debu di atas meja dan kursi di ruang tamu. Sementara itu Fiko sedang menyapu halaman rumahnya.

"Aduuhh, rajin betul orang ini, hehee!" sapa Lera tiba-tiba.

"Heii, Lera. Kok gak dengar suara mobilnya?! Bagaimana kamu ke sini... diantar pak San kah?" tanya Fiko terkejut.

"Saya ke sini sendiri, mobil sengaja saya parkir di depan gang sana, hehehe!" jawab Lera tertawa kecil.

"Lho, kenapa tidak parkir depan situ aja, supaya jalan tidak kejauhan?!" ucap Fiko.

"Hehehe, gak usah bahas parkiran, yang penting saya bisa nyampèk sini!" ucap Lera kemudian.

Kemudian...

"Ngomong dengan siapa Fik?" tanya ibunya Fiko dari dalam.

Lalu Lera mendekat, dan:

"Selamat sore bu!" sapa Lera di depan pintu.

"Eeh, Lera. Sama siapa ke sini?" tanya ibu Lera.

"Sendirian bu. Mau ngajak Fiko jalan-jalan. Boleh kan bu?!" jawab Lera.

"Boleh!" jawab ibu Fiko lembut.

"Tapi nanti apa gak ada masalah kalau ada yang lihat kalian di jalan? Ibu takut terjadi lagi seperti kemarin!" ungkap ibunya Fiko.

"Ibu gak usah khawatir, yang penting sudah pamitan bapak, saya jamin pasti aman bu!" tegas Lera.

"Kamu bisa nunggu bila saya mandi dulu?" kata Fiko.

"Silahkan!" jawab Lera.

Sementara Fiko mandi, Lera berbincang bincang dengan ibunya Fiko.

"Eeh, terima kasih oleh-olehnya tadi malam. Itu mahal bagi ibu, apa kamu nanti tidak dimarahi orang tuamu bila tau hal ini?" ujar ibu Fiko.

"Kalau to orang tua saya tau, bukan dimarahi tapi justru beliau akan bangga. Karena dari dulu saya dikenal angkuh dan sombong. Orang tua ingin melihat saya berubah, tapi selalu gelisah sebab saya tidak berubah juga!" ungkap Lera.

Setelah beberapa menit, Fiko sudah tampak rapi, lalu...

"Saya juga terima kasih dengan ini!" Fiko tersenyum sambil menunjukkan kaos yang dipakainya.

"Uiihh, tambah ganteng aja pakai itu, hhmm!" Lera senyum ceria dan tampak senang Fiko mengenakan kaos yang baru dibelinya.

Lera berdiri dan memegang kaos di kiri kanan pundak Fiko dan merapikannya.

Beberapa menit kemudian mereka sudah siap pergi keluar, Lera pun segera berpamitan ibu Fiko.

Ketika di perjalanan...

"Lera, kalau kamu gak keberatan, besok kita jalan ramé-ramé yuuk... kita, Ratis, dan Angel. Sekalian kita tanya kenapa kemarin mereka tidak pada datang ke rumahmu. Bagaimana?" ujar Fiko.

"Boleh, saya setuju!" jawab Lera.

"Yuk kita parkir di sini sebentar. Di sini saya punya langganan bakso!" kata Lera seraya parkir mobilnya.

Mereka berdua turun di depan sebuah depot bakso, dan Fiko yang merasa baru pertama masuk sana, memandangi sekitarnya. Saat itu sebuah hitam mewah juga masuk dan parkir tidak jauh dari mobil Lera.

"Waaah, yang parkir di sini mobil semua dan kebanyakan mobil mewah. Ini pasti bakso berkelas dan yang jelas mahal harganya!" Fiko terheran-heran.

"Hehehe, Fiko... ayo!" panggil Lera mengajak masuk.

Fiko yang masih melihat sekeliling dengan rasa herannya, tiba-tiba melihat sebuah motor masuk area parkir.

"Ooh, ternyata ada juga pengunjung yang bawa motor!" kata Fiko dalam hati.

Mendadak Fiko dikejutkan tatkala motor itu tidak berhenti parkir, namun melaju makin kencang lurus dengannya, dan sebentar kemudian...

"Jebblaaahgg!" Fiko jatuh menimpa bagian samping mobil diterjang motor tersebut.

Lera menjerit kagèt, lalu...

"Fiko!" teriak Lera sembari lari mendekati Fiko yang tergeletak.

Tiba-tiba...

"Awas Lera!" teriak Fiko melihat motor tadi balik dengan kencangnya.

Lera menoleh, namun terlambat menghindar, sehingga:

"Braaakhh!" kaki pengendara motor tersebut menendang dan membuat badan Lera terpental dan jatuh terguling-guling.

Belum puas dengan serangan itu, pengendara motor yang berboncengan dan mengenakan topi hingga menutupi wajah, kembali mengarahkan motor nya pada Fiko.

Namun sial bagi pengendara misterius itu, saat berbalik arah dan hampir menerjang Fiko, sebuah suara keras di balik mobil mengejutkan mereka semua...

"Door!" sebuah peluru panas melesat dan menembus kaki pengendara motor tersebut.

Saat salah satu pengendara berdiri dan hendak kabur meningglkan rekannya, mendadak:

"Bluuuhhgg!" dia terjatuh saat tendangan keras nyasar di pahanya.

Kedua pengendara motor misterius diborgol oleh empat orang yang bersenjata pistol di tangannya.

Salah satu dari empat orang bersenjata itu mendekati Fiko dan Lera, kemudian:

"Kalian bagaimana?" tanya orang itu.

"Saya ada lecet-lecet di lengan pak, dan punggulku sakit kena tendang!" jawab Lera.

"Mas bagaimana?" tanya nya pada Fiko.

"Sakit di punggung kebentur mobil, sama di lutut saya pak!" jawab Fiko.

"Masih bisa jalan?" tanya bapak itu lagi.

"Masih pak!" jawab Lera dan Fiko.

"Silahkan, mau lanjut masuk atau mau balik pulang?" tanya bapak itu.

"Bagaimana Lera?" tanya Fiko.

"Gak apa-apa kok, kita lanjut masuk aja!" jawab Lera.

Si bapak bersenjata itu tunduk kepala, hormat, lalu...

"Silahkan!" katanya orang itu.

Kemudian Lera dan Fiko lanjutkan masuk depot, berjalan perlahan sambil menahan sedikit rasa sakit yang masih terasa pada beberapa bagian badannya.

*)bersambung ___