Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 29 - Tumpah Sebelum Dimakan

Chapter 29 - Tumpah Sebelum Dimakan

Pagi-pagi sebelum pukul tujuh Fiko sudah tampak berpakaian rapi.

"Kamu janjian jam berapa Fiko?" tanya ibunya Fiko.

"Jam 8 bu. Nanti jam tujuh lewat aja baru berangkat!" jawab Fiko.

"Sarapan dulu sebelum berangkat!" kata ibu Fiko.

"Ya bu!" sahut Fiko.

Sekitar pukul tujuh lewat sepuluh menit Fiko berpamitan berangkat.

Setiba di hotel, Fiko segera menuju ruang F&B Manager, dan bapak F&B Manager sudah menunggu di ruangnya.

"Selamat pagi pak Herdi!" salam Fiko saat memasuki ruang pak Herdi.

Mereka berdua kemudian bincang-bincang seputar kontrak JOB yang baru. Dan kemudian pertemuan mereka diakhiri dengan penanda tanganan Agreement.

"Berarti mulai Minggu depan Fiko Band sudah performance di sana!" ujar pak Herdi.

"Iya pak, kemarin pak Benny juga sudah berpesan, dua hari sebelumnya diminta sudah tiba di sana, karena ada event di hotel dan Band saya diminta untuk ngisi acaranya!" kata Fiko.

Sesaat kemudian pak Benny datang dan masuk ke ruang pak Herdi. Lalu:

"Bagaimana Fiko, sudah beres kah?" tanya pak Benny.

"Sudah beres pak, tinggal persiapan untuk yang di sana saja!" jawab Fiko.

"Selebihnya, untuk masalah teknis kalau dirasa masih perlu ada tambahan, nanti langsung saja hubungi saya ya!" ujar pak Benny.

Pada Minggu berikutnya Fiko dan teman-teman Band'nya sudah berada di kota Ds. Mereka satu Group disediakan juga fasilitas kamar untuk menginap.

Pada hari pertama Fiko Band di kota Ds, ibu Fiko menelpon Fiko:

"Fiko, apa kamu sudah pernah ketemu Lera selama sebelum berangkat?" tanya ibunya Fiko.

"Tidak pernah ketemu sama sekali bu. Emangnya ada kabar apa bu?" tanya Fiko balik.

"Fiko, kemarin dia datang ke rumah marah-marah, alasannya kamu diperkirakan sedang dekat dengan cewek yang lain!" ungkap ibu Fiko.

"Lho, apa alasannya menyangka saya seperti itu?" ucap Fiko.

"Karena kamu gak pernah telepon dia, yang padahal kamu sudah dibelikan Hp!" ungkap ibu Fiko.

"Tapi itu kan tidak perlu dengan cara marah-marah pada ibu, saya tidak setuju karena telah marah-marah terhadap ibu. Kalau begitu aku kembalikan saja Hp itu bu!" Fiko tersinggung dengar cerita ibunya.

Hari kedua tinggal di hotel, pagi-pagi Fiko ingin keluar hotel, lalu:

"Mas, kalau saya mau kirim paket barang di sini yang terdekat di mana ya?" tanya Fiko pada salah seorang di Receptionis.

"Mas'nya keluar ini ke kanan terus saja, nanti sekitar 20 meter ketemu perempatan, agen ada di kanan jalan!" jelas karyawan receptionis.

Setelah berjalan keluar hotel, beberapa meter berikutnya ketemu dengan agen ekspedisi, dan Fiko mengirimkan bingkisan nya melalui agen tersebut.

Setelah itu Fiko kembali ke hotel, kemudian:

"Fiko, kenapa kamu lakukan itu?" tanya Robi saat Fiko masuk kamarnya.

"Saya gak bisa terima sikap Lera yang telah marah-marah terhadap ibuku, dan dia juga ungkit masalah Hp yang diberikannya!" ungkap Fiko.

"Tapi Hp kamu saat ini kan sedang dibutuhkan untuk urusan Band kita juga Fik!" tegas Robi.

"Aduuhh, terus bagaimana ini? Maaf saya terlalu emosi dan gak bisa menahan diri, saya sangat memikirkan ibuku!" ungkap Fiko.

"Aku bisa makhlumi hal itu. Karena bila aku di posisimu pasti akan punya kondisi yang sama seperti mu!" kata Robi.

"Ya udah, gak diperpanjang masalah ini. Sebaiknya sekarang kita fokus ke Event nanti malam aja!" tambah Robi.

"Baiklah!" sahut Fiko.

Setelah itu Fiko mengajak teman yang lain kumpul untuk mempersiapkan materi lagu even yang dijadwalkan malamnya.

Sekitar dua jam setengah mereka mempersiapkan materi untuk even malamnya, lalu:

"Sebaiknya sekarang kita istirahat dulu, supaya nanti malam bisa performance dalam keadaan fit!" kata Fiko pada teman-temannya.

Ketika semua teman istirahat di kamar, Fiko yang saat itu belum bisa tidur karena memikirkan ibunya, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya, kemudian:

"Selamat siang mas, mau ketemu yang namanya Fiko!" kata seorang Billboy di depan pintu kamar.

"Mmm, saya sendiri mas. Ada apa ya?" tanya Fiko.

"Ada telepon dari bapak Boss, silahkan ke Office untuk angkat teleponnya!" kata Billboy itu.

"Baik, saya ke sana!" jawab Fiko.

Kemudian Fiko bergegas menuju office.

"Ada apa ya, kok si Boss menelpon saya?!" gumam Fiko dalam hati.

Sesampai di office...

"Mas Fiko ya?!" tanya seseorang karyawan di office.

"Iya, saya!" jawab Fiko.

"Mari masuk mas!" kata karyawan itu sembari menghubungi telepon pak Benny.

Setelah telpon terhubung, lalu:

"Mas Fiko, mari!" kata karyawan itu seraya serahkan telepon pada Fiko.

"Selamat siang pak!" sapa Fiko di telepon.

"Siang. Fiko, tolong nanti malam setelah performance, kamu standby ya! Saya mau telepon kamu nanti, ada hal yang harus saya bicarakan denganmu!" ujar pak Benny.

"Baik pak, siap!" sahut Fiko.

Setelah telepon berakhir, Fiko kembali ke kamar. Fiko tampak diam berpikir, dia sangat penasaran.

"Ada apa ya kok sepertinya pak Benny tadi bicara serius. Rasanya saya tidak melakukan kesalahan apapun! Temanku juga gak mungkin, karena rombonganmu juga baru datang di hotel ini!" pikiran Fiko bingung dan penasaran.

Lama Fiko melamun, otak berputar terus karena rasa penasaran dengan apa yang akan disampaikan pak Benny padanya nanti malam. Hingga kemudian:

"Apa ada hubungannya dengan Hp ya?! Hmm, kemungkinan kecil kalau ada kaitannya dengan Hp saya!" pikiran Fiko berputar terus.

Sementara Fiko masih melamun, salah satu temannya bangun, dan...

"Lho, kenapa kamu gak jadi tidur?" tanya temannya.

"Jadi susah tidur, kepikiran terus dengan pesan pak Boss!" jawab Fiko.

"Emangnya ada pesan apa?" tanya temannya lagi.

"Pak Benny bilang nanti ada yang harus dibicarakan, kesannya seperti darurat aja pakai kata HARUS!" jelas Fiko.

"Coba kamu santai sedikit, jangan terlalu serius begitu. Ingat, kita nanti harus dalam kondisi fit, karena performance ini nanti adalah Even!" saran temannya.

"Aku rebahan saja!" kata Fiko kemudian.

Akhirnya Fiko bisa tidur, walau sebentar-sebentar terjaga.

Malam itu Fiko berusaha keras untuk bisa fokus dengan materi panggung hingga acara berakhir, namun hati juga merasa tidak tenang.

Dan setelah semua acara beres, teman-teman Fiko segera menuju kamar untuk beristirahat. Sedangkan Fiko menunggu telpon dari pak Benny.

Saat Fiko sibuk dengan lamunannya, tiba-tiba seorang karyawan office mendekatinya, dan:

"Mas, telepon dari pak Benny!" kata karyawan itu.

"Selamat malam pak!" sapa Fiko di telpon.

"Malam Fiko. Bagaimana performance tadi?" tanya pak Benny.

"Sukses pak!" jawab Fiko.

"Syukurlah, saya sangat senang mendengarnya. Cuma sayang sekali...!" kata-kata pak Benny tidak berlanjut.

"Sayang apa itu pak?" Fiko terbelalak karena terkejut.

"Ada pesan, bahwa kamu harus pulang lagi demi keselamatan kamu dan ibumu juga!" ujar pak Benny.

"Maaf pak saya tidak mengerti, ada apa ini?" Fiko makin bingung sembari kerutkan dahi.

"Seseorang melalui telepon meminta kontrak JOB kamu harus diCANSEL. Bila dilanjut, dia mengancam akan ada masalah, sebab kamu dikabarkan sedang menjadi seorang buronan!" jelas pak Benny.

"Pak tolonglah saya, mohon itu jangan dituruti pak, itu fitnah!" ucap Fiko memohon.

"Fiko, saya minta maaf, terpaksa permintaan orang itu saya penuhi, karena saya tidak ingin semua terganggu oleh karena partner kerja saya bermasalah!" ujar pak Benny.

"Silahkan besok kembali pulang, dan lima tiket perjalanan sudah saya sediakan besok pagi di receptionis!" ujar pak Benny.

Fiko diam tidak bisa berkata apapun, kecuali berkata YA PAK. Dan setelahnya, Fiko kembali ke kamar mendapati semua temannya sudah tidur.

Fiko bingung, dan sambil menatapi semua temannya yang sedang tertidur pulas, dia berpikir:

"Mereka tidur pulas... saya tau betapa mereka senang mendapat kontrak JOB ini. Dan saya juga tau betapa mereka akan sedih mengetahui pesan pak Boss kepadaku malam ini. Apa yang harus saya katakan pada mereka nanti saat mereka bangun? Hhhfff... musibah apa lagi ini?!" Fiko terlihat sangat kalut.

*)bersambung ___