Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 31 - Misteri Sengketa

Chapter 31 - Misteri Sengketa

Pagi itu Fiko dan teman band'nya sedang berkemas cek-out dari kamar hotelnya. Masing-masing sembari berkemas barangnya tak henti-hentinya menggerutu bergantian saja.

Setelah Fiko dan teman-temannya selesai berkemas, semua berpindah ke Lobby hotel sambil menunggu Fiko mengurus tiket perjalanan pulang untuk mereka yang sudah disediakan di Receptionis sebagaimana kaya pak Benny.

Sementara mereka menunggu Fiko di Lobby, seseorang yang mengenakan jas hitam dan berdasi menghampiri, lalu:

"Selamat pagi mas!" sapa orang itu.

"Pagi pak!" jawab salah seorang teman Fiko.

"Benarkah ini personilnya Fiko Band?!" tanya orang itu.

"Betul pak. Kalau bapak?" tanya Robi.

"Oh iya kenalkan, saya Steven... F&B Manager di hotel ini!" pak Steven menjabat tangan mereka satu persatu.

"Mmm, maaf... ini kok barang-barang kok masih di sini? Bukankah group kalian sudah disediakan fasilitas kamar?" ujar pak Steven.

Kemudian ...

"Mas, ke sini sebentar!" pak Steven memanggil seorang Room Servies.

"Ya, ada apa pak!" tanya pemuda Room Servies.

"Tolong antar mas-mas ini ke kamar mereka, dan sekalian ambil trooly untuk bawa barang bawaan mas-mas ini!" perintah pak Steven.

"Silahkan ke kamar dulu, mungkin butuh mandi atau ganti baju. Nanti setelah itu, kita sarapan bareng-bareng di Restaurant!" pak Steven tersenyum sembari mempersilahkan teman-teman Fiko.

Sementara pak Steven sibuk menyambut rombongan teman-teman Fiko, mereka berdiam bingung sembari berpandangan satu sama lain.

"Ngakunya F&B Manager, tapi kok gak ngerti kejadian kita ya?!" bisik Robi pada salah satu temannya.

"Iya, ini terasa sangat janggal. Pasti benar firasatku tadi, ini ada permainan lain pihak di belakang layar!" kata temannya.

Saat itu tiba-tiba:

"Sudah beres. Sekarang bagaimana?" ucap Fiko sambil jalan mendekat teman-temannya.

"Ini yang namanya Fiko?!" tanya pak Steven.

"Benar pak, ini leader group kami!" sahut Robi.

Kemudian...

"Selamat pagi pak. Fiko!" Fiko perkenalkan namanya sembari menjabat tangan pak Steven.

"Saya Steven, F&B Manager di sini!" kata pak Steven.

"Baru atau kah.... ?" kata-kata Fiko terhenti.

"Saya pindah jadi F&B Manager di sini sudah empat tahun sekarang, hehehe!" jelas pak Steven.

Fiko hampir saja bicara, seorang Room Servies datang dengan membawa trooly, kemudian:

"Permisi mas, yang mana dulu yang mau dibawa?" tanya si petugas Room Servies.

"Yang koper-koper dulu aja mas!" sahut Fiko.

Petugas Room Servies mengangkut semua koper, lalu mendorong troolynya dan membawaya ke kamar, namun tiba-tiba:

"Lho mas, kok ke sana?!" kata Fiko.

"Iya, tadi kata pak Steven suruh bawa ke kamar!" jawab pemuda Room Servies.

"Ooh bukan mas, ini baru kami bawa keluar kok dibawa masuk lagi, hehehe!" sahut salah satu teman Fiko.

"Kenapa dibawa keluar?" tanya pak Steven bingung.

"Betul pak, semua barang itu baru kami bawa keluar beberapa menit sebelum pak Steven kemari!" kata Robi kemudian.

"Pak Steven, kami hari ini juga diminta cek-out oleh pak Benny!" kata Fiko menambahkan.

"Kok aneh?! Beliau sendiri yang minta ke sini, dan setelah nyampèk sini disuruh cek-out lagi?!" pak Steven mengerutkan dahi.

"Tu... pak Steven sendiri yang adalah F&B Manager aja pikir aneh!" ucap Robi.

"Berita ini sangat mendadak pak. Jadi, tadi malam itu setelah acara Even, pak Benny telpon saya, yang intinya Kontrak JOB kami di'CANSEL, begitu pak!" jelas Fiko.

"Kenapa bisa begitu, alasan nya apa?" tanya pak Steven keheranan.

Kemudian Fiko menceritakan semua obrolannya dengan pak Benny hingga kejadian pak Benny membatalkan kontrak.

"Tapi kalau kontrak sudah ditanda tangi kedua belah pihak, itu artinya DEAL dan sah, serta ada perlindungan hukum, kalian tidak salah!" ujar pak Steven.

"Jadi, kalau ini di perkarakan, dalam sidang pengadilan nanti, pihak hotel bisa kena tuntutan besar!" jelas pak Steven.

"Itu akan kami lakukan pak, karena pihak kami dirugikan atas keputusan beliau ini, dan tentunya kami lakukan itu setelah ngurus kepulangan ini!" tegas Fiko.

"Jadi, ini tadi kalian sedang berkemas untuk pulang, begitu?" tanya pak Steven.

"Benar pak!" jawab Fiko.

Setelah beberapa saat ngobrol dengan pak Steven, Fiko bersama semua temannya dengan perasaan marah bercampur kecewa berjalan meninggalkan Lobby.

Dan sesampai di depan pintu Lobby, mereka disambut seorang bapak berpakaian batik yang sudah menunggu mereka sejak tadi.

"Rombongan Fiko?" tanya orang berbaju batik tersebut.

"Iya pak. Mana kendaraan yang untuk kami?" tanya Fiko.

"Ini mas, saya sendiri sopirnya!" jawab orang berbaju batik.

Sesaat setelah itu, kendaraan di depan Lobby itu membawa Fiko ke terminal bus.

Dan setelah berada dalam perjalanan selama delapan jam, akhirnya mereka bertemu kampung halaman nya. Saat mereka tiba di rumah, hari sudah gelap.

"Kita pulang dulu bersih-bersih badan sekalian ketemu orang tua, nanti kita kumpul lagi untuk rembug seputar masalah Kontrak Job kita, bagaimana... kira-kira capai atau tidak?" ucap Fiko saat turun dari bus di terminal.

"Kalau saya setuju seperti itu. Kita pulang agar orang tua juga tau jelasnya, dan malam kita rembugan langkah kita selanjutnya. Dan besok kita langsung jalan untuk urusan lanjutannya!" kata Robi menambahkan.

"Baiklah, setuju seperti itu saja, makin cepat kita bergerak, itu lebih baik!" kata tiga teman yang lain.

Kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing. Sekitar satu setengah jam berikutnya, mereka berlima sudah kumpul lagi di rumah Fiko, dan berlanjut rembug'an kasus yang baru menimpa group mereka.

Setelah beberapa lama ngobrol akhirnya mereka mendapatkan kesepakatan.

"DEAL ya, besok kita bergerak dari pagi. Lantas siapa yang mendampingi saya selama jalan mengurus kasus ini?" kata Fiko.

"Bagaimana kalau kita berlima jalan semua, supaya adil dan kita juga lebih kuat bila menerima banyak pertanyaan. Lagian ini kan milik kita bersama juga!" ujar Robi.

"Tepat sekali pendapatmu, kita tanggung urusan ini bersama!" sambung salah satu teman Fiko.

Setelah bersantai sejenak, mereka bubar dan pulang ke rumah masing-masing.

Esok harinya, cuaca tampak cerah di sekitar area Hotel ND.

Pagi itu tampak seorang petugas Cleaning Servies sedang membersihkan lantai di balik pintu Lobby, sementara itu seorang Billboy sudah standby berdiri di depan pintu tersebut.

Di saat yang sama, terlihat Fiko bersama empat temannya sedang berjalan mendekati pintu Lobby.

"Selamat pagi mas, silahkan!" sapa hormat sang Billboy sembari menundukkan kepala.

"Pagi!" balas Fiko dan teman-temannya.

Fiko dan rombongan langsung menuju Receptionis, lalu:

"Selamat pagi pak, bisa ketemu dengan pak Herdi?" tanya Fiko.

"Eeh, selamat pagi mas Fiko. Sebentar ya mas, saya hubungi beliau dulu!" jawab sang Receptionis.

Setelah itu...

"Mas, silahkan masuk, pak Herdi ada di ruangnya!" kata Receptionis.

Fiko berlima masuk ruang pak Herdi, dan kemudian:

"Selamat pagi pak Herdi!" sapa Fiko saat membuka pintu.

"Selamat pagi, silahkan masuk!" balas pak Herdi sambil merapikan buku di mejanya.

Dan saat pak Herdi melihat tamunya...

"Lho, kok kamu... bukankah kamu di kota Ds? Ini kok semua di sini?!" pak Herdi terkejut melihat Fiko dan temannya datang.

"Betul, kami memang di kota Ds. Namun belum sampai kami performance yang hari pertama, pak Benny menelphone yang intinya Kontrak JOB band kami di'Cansel. Untuk itu kami ke sini dalam rangka meminta pertanggung jawaban atas keputusan CANSEL JOB ini!" jelas Fiko.

"Waah, ya gak bisa dong langsung menuntut saya begitu?" pak Herdi mengerutkan dahi.

"Pak, Agreement yang berisi Perjanjian Kontrak JOB ini telah dibuat rangkap dua, dan telah ditanda tangani oleh pihak saya dan pihak hotel. Sedangkan yang pihak hotel adalah Bapak sendiri yang menanda tangani, jadi untuk urusan ini, yang pertama kali saya tanya kejelasannya adalah bapak!" tegas Fiko.

"Itu betul. Tapi kalau saya terbukti tidak melakukan CANSEL, dan melakukan tuntutan balik, kalian lah yang berstatus melanggar perjanjian!" ujar pak Herdi tegas.

"Memang pak Herdi tidak melakukan nya, tapi secara tidak langsung pak Herdi juga terlibat kasus ini!" ujar Fiko.

"Sebentar, kamu jangan asal bicara ya!" pak Herdi melotot.

"Saya tidak asal bicara pak. Dan tidak mungkin juga kami meninggalkan Kontrak JOB bila tanpa ada masalah, karena pada dasarnya kami membutuhkan JOB!" jelas Fiko.

"Lantas, mengapa kalian meninggalkan Tanggung Jawab di sana dan ke sini rombongan untuk menuntut saya, yang padahal kontrak masih berlangsung!?" ucap pak Herdi emosi.

*)bersambung ___