Kala itu pak Steven di loket pedaftaran pasien...
"Permisi mbak mau nanya, pasien baru dengan nama pak Herdi, di ruang mana ya mbak?" tanya pak Steven.
"Pasien masuk kapan ya pak?" tanya petugas pendaftaran.
"Pasien masuk hari ini mbak!" kata pak Steven.
"Sebentar, saya cek dulu ya pak!" kata si petugas.
Dan sebentar kemudian...
"Pak, pasien bernama pak Herdi mendapat penanganan di UGD, sekarang masih di sana pak!" jelas si petugas.
"Baik, saya ke sana. Terima kasih ya mbak!" ucap pak Steven.
Setelah itu pak Steven bergegas menuju ruang UGD. Dan di sana langsung mencari, hingga akhirnya pak Steven pun bertemu, kemudian...
"Pak Herdi!" sapa pak Steven sembari mendekat dan merangkul pak Herdi.
"Bagaimana ini pak bisa sampai seperti ini?" tanya pak Steven sembari memegangi pundak pak Herdi.
"Maaf pak Steven, ceritanya nanti saja, waktu kita tidak banyak. Sekarang saya harus cepat keluar dari sini, sebelum orang yang bersamaku tadi menemukan saya lagi!" tegas pak Herdi.
"Baik, sekarang penanganan dokter apa lagi yang kurang?" tanya pak Steven.
"Ini sudah selesai pak, tinggal urusan administrasi. Ambillah ini, dan minta tolong pak Steven selesaikan administrasi Rumah Sakit, setelah itu kita harus cepat cek-out dari sini!" kata pak Herdi seraya serahkan sebuah Credit Card.
"Biar saya yang menanggung semua biayanya pak. Pak Herdi bersiap diri saja, sambil cek barang bawaan jangan sampai ada yang ketinggalan di sini!" ujar pak Steven sembari bergegas keluar.
Lalu pak Steven menyelesaikan semua urusan administrasi Rumah Sakit. Dan setelah semuanya beres pak Steven segera kembali ke UGD dan membawa psk Herdi keluar.
Sementara itu, Fiko yang sedang ngobrol di taman bersama empat temannya, tiba-tiba:
"Robi, itu pak Steven keluar bersama seorang perawat yang mendorong kursi roda!" ucap Fiko.
"Ya betul, sepertinya pak Herdi cedera pada kakinya!" tambah Robi.
"Yuk kita bantu beliau ke mobil!" kata Fiko.
Fiko dan temannya serentak berlari menuju pak Herdi serta membantu naik ke mobil, dan setelah itu lainnya menyusul masuk mobil.
Dan sebelum mobil berjalan, mereka tampak berembug sebentar di dalam mobil. Lalu...
"Kita nanti pasti akan butuhkan data-data orang yang bersama pak Herdi, dan kita bisa dapatkan info tentang orang itu dari Rumah Sakit ini!" ujar pak Steven.
"Lantas rencana pak Steven selarang bagaimana?" tanya Fiko.
"Kita harus gerak cepat dapatkan data orang itu, dan segera pergi dari sini!" kata pak Herdi.
"Kenapa harus cepat-cepat pak?" tanya Robi.
"Dia tadi pingsan saat kecelakaan, dan pastinya dia akan mengejar saya lagi saat siuman, karena sebelumnya saya dijadikan orang sandraan milik dia. Otomatis dia gak mau kehilangan saya!" jelas pak Herdi.
"Kalau begitu tunggu saya di sini, sementara saya kembali masuk untuk tanya data orang itu!" ujar pak Steven.
Sementara pak Steven baru saja selesai bicara, belum sampai keluar mobil, Robi mendadak menahan pak Steven:
"Sebentar pak, Fiko lihat di luar sana itu... bukankah yang di pintu mobil putih itu ibunya Lera?!" ucap Robi sambil menunjuk keluar mobil.
"Ya betul, itu ibunya Lera. Tampaknya dia baru datang! Sebentar pak Steven tahan dulu, kita lihat apa yang terlihat setelah ini!" tegas Fiko.
Selang dua menit kemudian setelah ibunya Lera menutup pintu mobil, tampak Lera keluar dari Rumah Sakit lalu menghampiri ibunya.
"Nah, itu dia Lera datang!" kata Robi.
"Sebentar... jangan-jangan yang bersama pak Herdi tadi adalah bapaknya Lera?!" kata Fiko.
"Baiklah, mari pak Steven sebelum perempuan itu masuk dan kita kehilangan jejaknya, kita bergerak sekarang!" tegas Fiko kemudian.
"Jadi, bagaimana rencanamu sekarang?" tanya pak Steven.
"Kita masuk berdua. Sementara nanti pak Steven cari info tentang dia di loket pendaftaran pasien, saya akan mengikuti dua perempuan itu untuk memastikan mereka membesuk siapa di sini!" ungkap Fiko.
"Kalau begitu kita segera jalan sebelum terlambat!" kata pak Steven.
Setelah itu pak Steven langsung menuju ke tempat pendaftaran pasien. Namun saat hendak ke loket, pak Steven melihat Lera dan ibunya sedang di sana juga, sehingga dia memutuskan duduk di salah satu bangku di ruang tunggu, sambil berpura-pura mainan Hp.
Di saat yang sama, Fiko juga melihat Lera dan ibunya berhenti, maka diapun ikutan berhenti, lalu:
"Baik, aku duduk di sini dulu aja!" kata Fiko dalam hati sembari duduk di bangku deretan belakang pak Steven.
Antara Fiko dan pak Steven pura-pura tidak saling kenal dan mereka sepakat saling tidak menyapa.
Beberapa saat kemudian tampak Lera dan ibunya berjalan. Saat itu juga terlihat Fiko segera berdiri dan mengikuti mereka dari jarak jauh. Sedangkan psk Steven juga bergegas menuju Loket pendaftaran pasien.
"Permisi mbak, mau tanya... apakah pasien yang kecelakaan berdua yang bernama pak Herdi tadi itu...?" pertanyaan pak Steven belum selesai, lalu...
"Lho, ini kan bapak yang tadi ke sini dan juga sudah tanya?! Dan saya juga sudah tunjukkan bahwa pasien ada di UGD! Belum di'cek ke sanakah?" kata si petugas pendaftaran.
"Maaf mbak, saya ingin nanya tentang temannya. Namanya siapa dan alamatnya di mana, saya mau ke rumahnya untuk kasih kabar pada keluarga di rumahnya !" ujar pak Steven.
"Tapi pak, setau saya keluarga nya sudah tau, bahkan baru saja ini tadi istri dan anaknya sudah ke sini. Tapi kalau bapak ingin ketemu keluarganya, bisa langsung saja ke ruang inapnya pak. Deretan jalan ini lurus saja... kamar paling ujung!" jelas si petugas.
"Kalau saya tanya lagi, dan memaksa dia untuk menjawab, bisa-bisa mbak ini malah curiga terhadap saya. Saya batalkan saja, karena dia tadi sudah bilang bahwa anak dan istrinya datang!" gumam pak Steven dalam hati.
Lalu...
"Ya udah, terima kasih mbak!" kata pak Steven.
Kemudian pak Steven meninggalkan loket dan kembali mobilnya.
Sementara itu, terlihat juga Fiko yang sedang berjalan menuju keluar.
Di saat yang sama, di dalam mobil pak Steven...
"Itu dia pak Steven sudah balik ke sini!" kata pak Herdi.
"Tu... Fiko juga sudah keluar!" sahut Robi.
Beberapa saat kemudian, Fiko dan pak Steven tampak sudah masuk ke dalam mobil. Dan kemudian...
"Bagaimana pak hasilnya?" tanya pak Herdi.
"Petugas tidak menjawab pertanyaan ku. Alasan dia, karena anak istrinya sudah datang!" jawab pak Steven.
"Berarti tidak dapatkan hasil dong?!" sambung pak Herdi.
"Saya menangkap pernyataan bahwa anak istrinya sudah datang, itu saya yakini kecurigaan Fiko adalah benar!" ungkap pak Steven.
"Saya katakan itu benar, karena tadi itu saat Lera dan ibunya sudah masuk kamar, saya cepat-cepat mendekat supaya bisa baca dengan jelas tulisan NAMA PASIEN yang ditempel pada pintu!" jelas Fiko.
"Jadi, apakah itu artinya BENAR, bahwa yang bersama pak Herdi adalah bapaknya Lera?!" sela Robi.
"Saya bilang IYA!" tegas Fiko.
"Apa? Bapaknya Lera!" salah satu teman Fiko terkejut.
"Lantas, apa yang akan kita lakukan setelah ini?" tanya Robi.
"Bagaimana bila lebih dulu sekarang kita tinggalkan tempat ini, kita cari tempat untuk makan dan minum, mungkin kita akan lebih bijak mengambil keputusan. Karena saat ini kita semua sedang keadaan capai, terutama pak Herdi!" ungkap pak Steven.
"Setuju!" jawab Fiko dan lainnya.
Sebentar kemudian mereka pergi meninggalkan Rumah Sakit tersebut.
*)bersambung ___