Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 38 - Mendamaikan Sengketa

Chapter 38 - Mendamaikan Sengketa

Pagi mulai bergeser, dan matahari pun sedikit demi sedikit mulai menyapa di permukaan kulit tangan Fiko yang mengenakan baju lengan pendek.

Saat itu terlihat Fiko dan Robi beserta pak Benny dan pak Herdi yang masih menggunakan tongkat untuk berjalan.

Mereka berempat sedang menuju ke kantor polisi.

Baru beberapa menit mereka masuk kantor polisi, tampak sebuah mobil warna merah masuk di parkiran. Dan tak lama kemudian pak Steven turun dari mobil tersebut.

"Lho, itu kan pak Steven!" kata Fiko yang melihatnya.

"Iya Fiko, tadi saya yang menelepon beliau, untuk saya minta hadir ke sini juga, agar laporan kita lebih kuat lagi!" jelas pak Herdi.

Setelah mereka memperkenalkan diri, dilanjut menyampaikan maksud mereka. Tampak pak Benny yang memulai menyampaikan laporan, dan kemudian dilanjutkan yang lain, hingga akhirnya semua laporan sudah tersampaikan.

Setelah semua sudah menyampaikan, pihak polisi pun mencatat semua laporan dari mereka. Dan kemudian seorang petugas yang berhadapan dengan mereka, mulai dialog dengan Fiko untuk interigasi:

"Fiko kenal dengan pelaku yang menyandera pak Herdi?" tanya petugas.

"Sebelumnya hanya prasangka pak. Namun saat saya ikuti Lera dan ibunya yang ternyata membesuk orang itu, baru saya memastikan bahwa orang itu adalah bapaknya Lera!" ungkap Fiko.

"Sudah lama Fiko kenal bapaknya Lera?" tanya petugas.

"Belum begitu lama pak!" jawab Fiko.

"Kalau sama Lera sudah kenal lama?" tanya petugas.

"Sudah pak, dia teman saya sekelas di SMA sejak kelas I hingga lulus!" jawab Fiko.

"Hanya teman? Atau... pernah jadi pacar juga?!" tanya petugas kemudian.

"Semester terakhir jadi pacar saya pak, tapi hanya sekitar dua bulan, itu pun juga jarang ketemuan... terutama menjelang Ujian Akhir. Dan ketika sudah Lulus semakin jarang bertemu pak!" ungkap Fiko.

"Kenapa kok jarang ketemuan, apa nggak kangen?" tanya petugas.

"Saat itu saya punya jadwal musik penuh dalam satu Minggu, pak. Karena saya sangat ingin membantu perekonomian orang tua saya, jadi saya lebih fokus pada kerja dibanding pacaran!" jelas Fiko.

"Baik!" kata petugas.

Kemudian...

"Pak Herdi... tadi bilang bahwa belum kenal sebelumnya, dan bertemu baru sekali!" ucap petugas.

"Itu betul pak!" sahut pak Herdi.

"Lantas, pak Herdi sebelum ketemuan di hari petaka itu, bilang juga komunikasi lewat Hp. Saya ingin tau, bagaimana mungkin pak Herdi bisa komunikasi dengan orang yang belum kenal dan juga belum pernah ketemu? Yang pasti, orang itu tidak memiliki kontak pak Herdi kan?!" kata petugas.

"Memiliki kontak saya kan tidak bisa dipastikan orang yang sudah kenal dengan saya pak! Bisa saja dia dapat dari teman saya!" ungkap pak Herdi.

"Baik!" kata petugas.

"Fiko... apakah kamu pernah menelpone atau berkomunikasi dengan pak Herdi saat duduk bersama Lera?" tanya petugas.

"Belum pernah pak!" jawab Fiko.

"Pak Benny, pak Steven... di antara bapak ini ada yang pernah komunikasi dengan orang itu sebelumnya?" tanya petugas.

"Belum pak!" jawab mereka.

"Oleh karena itu saya kagèt tiba-tiba ada telepon dari orang tidak dikenal. Dan lebih kagèt lagi setelah dia mengancam saya!" ungkap pak Benny.

"Tapi, sebentar pak... Saya ingat saat dia mengancam, salah satu kalimatnya juga menyebut nama Fiko. Dia bilang bahwa Fiko itu saat ini adalah buronan, begitu kalimat yang disampaikan!" pak Benny menambahkan.

"Baik!" kata petugas.

"Fiko... coba kamu ingat-ingat lagi; pernah atau menelpon pak Herdi di depan Lera?" kata petugas kemudian.

Fiko tampak diam sambil mengingat sesuatu. Tak lama kemudian...

"Pak, saat group kami baru tiba di Hotel pak Steven, saya mengirimkan Hp saya kepada Lera. Mungkin dia dapatkan kontak pak Benny, pak Herdi, dan pak Steven dari Hp saya!" ungkap Fiko.

"Iya betul, saya juga ingat hal itu!" celetuk Robi.

"Hmm, mengapa kamu mengirimkan Hp'mu pada Lera? Apa sebagai bentuk hadiah?" tanya petugas.

"Begini pak!" sahut Fiko.

Kemudian Fiko menceritakan saat Lera datang ke rumahnya namun tidak bertemu Fiko, yang kemudian memaki ibunya juga.

"Begitu pak!" kata Fiko seusai bercerita.

"Lalu kenapa itu kamu kirimkan kembali? Kan itu sudah jadi milik kamu sejak diberikan?! Kamu gak sadar bila di dalam Memory Hp itu sudah sempat kamu simpan beberapa file pribadimu? Iya kan?!" ujar sang petugas.

"Iya pak, bahkan Robi teman saya ini juga ikut menyesalkan setelah saya selesai kirimkan Hp itu!" ucap Fiko.

"Baik, semua data sudah saya catat. Bila nanti ada yang kurang dan saya membutuhkan kalian untuk melengkapi data lapangan ini, tolong bapak-bapak atau mas-mas ini siap untuk datang bila kami undang!" ujar petugas.

"Iya pak, kami akan selalu siap dan sanggup untuk atau dalam proses ini!" kata Fiko.

"Bagaimana, masih ada tambahan dari bapak-bapak atau mas-mas?" tanya sang petugas.

Mereka tampak saling berpandangan, dan sejenak kemudian:

"Saya rasa sudah cukup pak!" jawab pak Benny.

"Kalau begitu bapak-bapak dan mas-mas ini silahkan mengisi data-data lengkap nya di sini!" kata petugas sembari menyodorkan buku besar serta pena.

Kemudian mereka semua bergantian mengisi data masing-masing. Dan setelah semua sudah mengisi, lalu...

"Sekarang boleh kembali pulang, dan team kami akan bergerak mencari orang terlapor. Setelsh itu pihak kami akan mengusut semua terkait laporan dari bapak-bapak dan mas-mas ini!" ujar sang petugas seraya berdiri.

Setelah itu rombongan pak Benny keluar ruangan. Dan saat di parkiran, pak Benny menghentikan mereka sebentar, lalu...

"Maaf... pak Herdi, pak Steven, serta Fiko dan Robi, saya harap jangan pulang dulu. Kita ke hotel sebentar untuk ngobrol sedikit sambil menikmati makan siang bersama!" ujar pak Benny.

*Satu jam berikutnya mereka semua sudah berada di restaurant pada hotel tempat pak Herdi memimpin.

"Fiko, saya atas nama pribadi saya sendiri, minta maaf telah berlaku kasar yang mengakibatkan Fiko serta kawan-kawannya merasa sangat kecewa, mungkin juga ada sejumlah kerugian yang tidak saya ketahui. Saya berjanji akan mengganti semua kerugian itu!" ujar pak Benny sembari menyalami dan merangkul Fiko maupun Robi.

"Iya pak, tidak apa-apa, sekarang saya sudah lega melihat pak Benny tidak lagi berada dalam kendali orang lain yang tidak jelas!" balas Fiko.

"Nanti silahkan rembug sama pak Steven lagi untuk melanjutkan Kontrak Job kalian yang di'CANSEL itu!" ujar pak Benny sambil tersenyum.

Bersamaan dengan itu, tampak pak Herdi dan pak Steven serta Robi juga tersenyum menyaksikan Fiko dan pak Benny yang sedang mendamaikan hubungan.

"Saya mewakili group saya, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, dan jujur... kami sangat senang bapak bisa menerima kami lagi!" tegas Fiko.

Kemudian...

"Saya juga senang bisa kembali berdamai dengan seniman yang pernah jadi andalan saya, dan yang akan menjadi andalan saya lagi, hehehe!" kata pak Benny tertawa.

Spontan yang lain langsung serentak tepuk tangan. Dan kemudian...

"Silahkan duduk!" kata pak Benny seraya memegang pundak Fiko.

"Selanjutnya... secara khusus saya juga ucapkan maaf pada pak Herdi serta pak Steven atas rentetan kejadian ini. Walaupun ini sebenarnya belum kelar tuntas, karena masih dalam proses penyidikan pihak berwajib, namun di antara kita sekarang, saya anggap sudah beres. Kiranya ini bisa kita ambil sebagai pelajaran, yang mana kita perlu bergandengan lebih erat, agar tidak mudah dikacaukan pihak lain seperti kejadian kemarin!" ungkap pak Benny.

"Hidup pak Benny!" seru pak Steven yang kemudian disambut tepuk tangan yang lain.

"Waitter!" pak Benny memanggil seorang waitter.

"Silahkan semua memesan makan dan minum, kita makan siang bersama!" kata pak Benny.

Sesaat kemudian seorang waitter datang, lalu masing-masing dari mereka memesan makan dan minum.

*)bersambung ___