Pagi hari itu Fiko dan Robi tampak sedang serius ngobrol bersama pak Herdi di Lobby.
Dalam obrolan itu terlihat Fiko dan Robi yang mewakili Fiko Band berambisi untuk segera mendapatkan JOB.
"Jadi... rencana pak Herdi terkait ini bagaimana?" tanya Fiko.
"Rencana saya, group kalian akan saya jadwalkan performance di sini lagi!" ujar pak Herdi.
"Kira-kira bisa diefektifkan kapan ya pak?" tanya Robi.
"Saya usahakan bulan akan datang ini kontrak kalian sudah bisa mulai!" kata pak Herdi.
"Hehehe... kirain lanjut di tempat pak Steven!" sela Fiko.
"Kalau pendapat pak Benny kemarin seperti itu. Tapi coba kalian ingat-ingat saat kalian mendapat kontrak baru di tempat pak Steven, yang kemudian di'CANSEL!" ungkap pak Herdi.
"Iya, bagaimana pak?" sahut Fiko.
"Group kalian saat itu kan kontrak di sini, dan kontrak itu kan baru berlangsung satu bulan. Artinya... kontrak Fiko Band belum berakhir!" jelas pak Herdi.
"Ooh iya, saya ingat itu!" sahut Robi.
"Naah, itu sebenarnya kan tidak boleh terjadi, dan bisa saja hal itu diperkarakan di pengadilan!" kata pak Herdi.
"Saya saat itu sempat berpikir juga untuk menuntut pak, karena kami merasa dirugikan atas putusan yang kami nilai adalah sepihak!" ungkap Fiko.
"Naah, itu terjadi juga dalam pikiran saya. Saat itu saya berpikir, seandainya Fiko Band menuntut di pengadilan, maka saya adalah orang yang pertama kali yang menghadapi ancaman vonis terhukum!" ujar pak Herdi.
"Lho, kok bisa pak?!" sahut Fiko.
"Agreement itu kan ditanda tangani kedua belah pihak. Dan sebagai pihak pertama yang menanda tangani Agreement itu... kan saya!" ujar pak Herdi.
Lalu...
"Karena Agreement tersebut bersegel, berarti ada kekuatan hukum juga!" tegas pak Herdi kemudian.
"Mmm...!" Fiko dan Robi manggut-manggut.
"Jadi, oleh karena itu psk Herdi ingin Group kami kembali ke sini?!" sambung Fiko.
"Tepat sekali. Dan lebih tepat lagi, saya saat itu merasa berhutang pada kalian karena tidak bisa mempertahankan Fiko Band, yang kemudian kslian dipindahkan ke hotel pak Steven!" ungkap pak Herdi.
"Aah, itu sih sudah tidak jadi masalah lagi pak. Kan sudah DEAL bahwa Kontrak Job di Hotel pak Steven di'CANSEL, walaupun tidak secara resmi ada surat tertulis untuk pemberhentian!" ungkap Fiko.
"Betul. Itu semua bisa terjadi hanya semata-mata karena yang melakukan pemberhentian Kontrak Job adalah The Owner langsung!" ujar pak Herdi.
"Lantas selanjutnya bagaimana pak?" tanya Fiko.
"Saya akan adakan meeting dengan semua departemen plus pak Benny. Salah satu makalah yang akan kami bahas adalah Kontrak Job untuk Fiko Band!" ujar pak Herdi.
"Apakah itu artinya group kami akan performance di sini lagi pak?!" tanya Fiko tersenyum.
"Iya. Saya tetap memperjuangkan Kontrak Job kalian di sini. Dan alasan saya, karena Kontrak Job kalian yang sebelumnya belum berakhir!" tegas pak Herdi.
"Terima kasih banyak untuk sebelumnya pak!" ucap Fiko.
"Lantas bagaimana pak, seandainya pak Steven juga menghendaki Fiko Band lanjut Kontrak Job yang lalu itu, yang adalah belum terlaksana?" sela Robi.
"Iya pak, setau saya pak Steven juga memiliki kekhawatiran sebagaimana yang dirasakan pak Herdi sebelumnya!" sambung Fiko.
"Betul, saya bisa rasakan itu. Namun saya meyakini pak Steven bisa menerima idea yang barusan saya jelaskan tadi!" kata pak Herdi.
"Bapak yakin?!" sahut Fiko.
"Sangat yakin, karena Kontrak yang lalu itu sepenuhnya atas kemauan pak Benny!" ujar pak Herdi.
Kemudian...
"Hanya saja, untuk menghapus kekhawatiran yang beliau miliki itu, Group kalian harus memberi pernyataan secara langsung pada beliau, bahwa kalian berjanji tidak akan menuntut atas pembatalan kontrak!" tambah pak Herdi.
"Iya pak. Nanti saya dan team akan rembug'an masalah ini!" kata Fiko kemudian.
"Bagus. Dan saya juga akan selesaikan management di sini secepatnya, agar group kalian bisa mulai performance di bulan akan datang ini!" ujar pak Herdi.
Setelah itu pertemuan mereka selesai. Fiko dan Robi berpamitan pulang, sedang Pak Herdi kembali ke ruang kerjanya.
Sementara itu di tempat berbeda...
"Selamat pagi bu!" dua orang petugas polisi datang ke Rumah Lera.
"Ada apa lagi ini ya pak pagi-pagi begini?" tanya ibu Lera.
"Bisa ketemu bapak?" kata petugas polisi.
"Jawab dulu pertanyaan saya... Ada apa ini?" tanya ibunya Lera agak keras.
"Saya dapat perintah penangkapan atas pelanggaran yang dilakukan bapak!" jelas petugas polisi.
"Jangan sembarangan bicara ya! Suami saya itu juga mantan penegak hukum, jadi tahu tentang hukum, jadi mana mungkin suami saya melakukan pelanggaran.... kayak orang gak tau hukum saja!" ujar ibu Lera seraya melotot matanya.
"Bu maaf, ini Surat Perintah bagi saya!" ujar petugas polisi.
"Tidak bisa! Eeh, kalian pulang saja kalau mau selamat!" tegas ibu Lera sinis.
"Bu, saya sudah sampaikan... saya ada perintah, dan ini dari atasan kami. Ibu tidak bisa menghalangi saya!" tegas petugas polisi lagi.
"Sudah saya bilang... tidak bisa, dengar atau tidak?!" bentak ibu Lera sembari dorong badan petugas polisi.
Di saat itu juga, bapak polisi tersebut beri kode pada temannya, dan temannya tetlihat beri hormat serta lanjut menelpon.
Setelah itu...
"Permisi bu, saya terpaksa melakukan selidik ke dalam!" ucap bapak polisi tersebut sembari melangkah masuk.
Namun saat bapak polisi melangkah, dengan cepatnya ibu Lera mendahului melangkah, serta berdiri tepat di tengah-tengah pintu, sehingga menghalangi jalan bapak polisi itu.
"Mohon ibu jangan menghalangi petugas seperti ini, karena ini perintah resmi dari atasan, dan Surat Perintah sudah saya tunjukkan!" ujar pak Polisi.
"TIDAK!" bentak ibunya Lera.
Petugas berusaha mendesak ibu Lera untuk bisa masuk rumahnya. Namun ibunya Lera bersikeras menahan bapak petugas polisi untuk tidak masuk.
Tak lama kemudian...
"Glodhaaag!" terdengar suara dari dalam rumah.
"Siapa itu bu?" tanya bapak polisi.
Ibunya Lera tidak menjawab, hanya melirik sinis, dari menengok sebentar ke arah belakang.
Dan saat ibu Lera menengok ke belakang, dengan sigap dua orang bapak polisi itu menyerobot masuk ke dalam rumah.
Lalu...
"Hey!" ibu Lera meneriaki dia polisi tersebut.
Kemudian...
"Satpam!" teriak ibu Lera lagi memanggil SATPAM rumahnya.
Melihat SATPAM tidak kunjung datang, ibu Lera berlari ke depan gerbang bermaksud memanggil SATPAM nya.
Sementara itu di dalam rumah sedang terjadi kejar-kejaran polisi dan bapak Lera. Hingga sesaat kemudian terlihat bapak Lera lari keluar lewat pintu belakang.
Saat itu juga tiba-tiba bermunculan beberapa petugas polisi yang melompat dari atas pagar rumah Lera.
Lalu...
"Daarr... doorr... doorr!" terdengar suara beberapa kali tembakan.
Ibu Lera terkejut dan tidak bisa bicara apa-apa ketika melihat SATPAM nya yang dijagai seorang polisi, sedang di luar pos SATPAM terlihat juga beberapa polusi yang berjaga-jaga dengan memegang senjata laras panjang.
Di saat ibunya Lera sedang diam dalam kebingungan, tiba-tiba dari arah samping rumah terdengar lagi suara tembakan berulang kali.
Yaaa.... bapaknya Lera terlibat baku tembak dengan petugas polisi yang sudah mengepung rumahnya.
*)bersambung___