Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 39 - Pembiasan Jalan Cintaan

Chapter 39 - Pembiasan Jalan Cintaan

Siang itu mereka sedang bergembira bersama, walau sebenarnya urusan masalah yang baru saja menimpa mereka belum benar-benar tuntas.

Mereka bergembira karena satu sama lain sudah saling berdamai kembali.

Sementara itu di tempat berbeda, di dalam Rumah Sakit Timur, Lera dan ibunya masih terlihat lesu mukanya oleh karena lelaki yang ditungguinya belum juga sadarkan diri.

Sesekali Lera menangis sambil mengelus lengan bapaknya yang terasa dingin.

"Bu, apakah bapak akan baik-baik saja?" tanya Lera dengan matanya yang sudah dipenuhi peluh.

"Bapakmu akan baik-baik saja kok Nak. Memang kalau benturan seperti bapakmu ini, untuk pulih itu tidak sebentar!" jawab ibunya berusaha menghibur anaknya.

"Pak.... cepat sehat ya pak, aku kangen makan bareng sama bapak ibu. Ayo pak... jangan sakit terus!" gumam Lera di samping bantal bapaknya.

Setelah Lera berulang kali mengeluh seperti itu di samping bantal bapaknya, ibunya terkejut sekaligus gembira melihat bulu mata suaminya mulai bergerak-gerak perlahan. Lalu...

"Lera... lihat!" ucap ibunya sambil menunjuk muka bapaknya.

Mendengar ibunya memanggil, Lera menengok ke ibunya, lalu sebentar kemudian melihat bapaknya. Dan Lera pun memegang pipi kanan kiri bapaknya sambil menggoyangnya, lalu katanya lagi:

"Bapak... bapak mendengar suara saya? Pak... lihat, ini aku!" kata Lera seraya mendekat ke wajah bapaknya yang masih bergerak-gerak bulu matanya.

Tampak bapaknya Lera sedikit sekali membuka matanya, lalu:

"Llleee...erraa!" bapaknya bersuara sangat lirih dan putus-putus.

Sambil menetes air matanya, Lera merangkul bapaknya, dan kemudian ibu juga menyusul mendekap suaminya. Lera dan ibunya menangis haru saat itu.

"Ayo pak, semangat... bapak harus kuat, bapak pasti bisa!" kata Lera pelan.

Sementara Lera dan.ibunya madih mendekap bapaknya dengan penuh haru, pintu ruangan diketuk seseorang, ibunya Lera segera menoleh ke pintu, dan dilihatnya pak dokter berdiri di sana.

"Selamat siang bu!" sapa pak dokter.

"Selamat siang pak dokter!" balas ibunya Lera.

"Mau cek lagi pak?" tanya ibunya Lera kemudian.

"Tidak bu. Ngantar... ini ada tamu!" jawab pak dokter.

Ibunya Lera belum sempat bicara, pak dokter menyambung:

"Lho... bapak sudah siuman ya?!" pak dokter tersenyum gembira.

"Baru saja pak. Belum bisa bicara juga, dan buka mata pun belum bisa terlalu lebar!" jawab ibunya Lera.

Kemudian...

"Bu, ini ada tamu dari Polsek!" kata pak dokter.

Ibunya Lera tersenyum menyambut dan menyalami seorang lelaki setengah baya yang berseragam polisi itu.

Dan ibu Lera yang tadinya menyangka bahwa tamu itu adalah mantan anak buah suaminya, langsung ceria menyambutnya seraya mengajak bincang-bincang, katanya:

"Bapak dapat kabar dari siapa kok tau kalau bapaknya Lera sedang dirawat di sini?" tanya ibunya Lera.

"Saya dapat kabar dari orang-orang hotel melaporkan tentang pelanggaran yang dilakukan suami ibu!" ujar bapak polisi tersebut.

Mendengar pernyataan dari bapak polisi itu, mendadak wajah ibunya Lera berubah garang dan tampak sangat terkejut.

"Bapak jangan sembarangan bicara seperti itu ya. Suami saya itu pensiunan polisi, sudah pasti tau tentang hukum dan aturan yang ada, bagaimana mungkin melakukan pelanggaran, hah!" ucap ibunya Lera keras dan tidak terima pernyataan polisi itu.

"Maaf ibu, jangan teriak-teriak di sini, ini Rumah Sakit bu. Pelan sedikit!" ujar pak dokter tiba-tiba.

"Diam kamu dokter... tau urusan apa kamu?! Urus saja suamiku dengan baik, jangan coba-coba urusi saya!" kata ibunya Lera jengkel.

"Saya urusi suami ibu dengan baik, tapi ibu malah teriak-teriak di sini!" kata pak dokter.

"Apa aku kamu pikir masih kurang keras, begitu ya?!" bentak ibunya Lera.

"Aduuuh, bu. Tolong mengerti maksud saya bu!" ucap dokter dengan sabar.

Lalu ...

"Pasien saya butuh tenang bu, termasuk suami ibu juga!" lanjut pak dokter.

"Saya sudah mengerti maksudmu dookteeerrr!" jawab ibunya Lera tampak jengkel.

Tampak Lera dari tadi kebingungan... dia hanya diam menangis sambil memegangi lengan ibunya. Lalu...

"Sudah... ibu jangan marah-marah begitu, kasihan bapak kan kalau berisik begini?!" ucap Lera.

"Orang satu ini yang menyebabkan jadi berisik!" balas ibunya Lera sambil melirik bapak polisi.

Melihat situasi seperti itu, bapak petugas polisi memegang pundak pak dokter, lalu katanya:

"Pak, maaf... saya permisi dulu. Saya rasa waktunya belum memungkinkan untuk sekarang!"

"Iya pak, mungkin di lain waktu saja, ketika situasi stabil semua!" sahut pak dokter.

Kemudian petugas polisi berpamitan keluar pada ibunya Lera, dan pak dokter mengikuti sampai keluar juga. Dan saat di luar kamar...

"Pak, bisa minta waktu sedikit untuk saya bicara?" kata bapak petugas polisi.

"Bisa pak. Mari kita di ruang sana saja yang lebih tenang!" jawab pak dokter.

Mereka berdua menuju di ruang dekat loket perawat jaga.

"Pak dokter, tolong sewaktu-waktu bila pasien sudah siuman, segera hubungi kami. Silahkan bisa di Nomor ini, atau Nomor kantor juga bisa, sama saja!" ujar pak polisi sembari sodorkan Nomor kepolisian dan Nomor pribadi.

"Baik pak. Maaf, kalau boleh tau... sebenarnya pasien ini apakah ada urusan, sehingga bapak berpesan begitu?" tanya pak dokter.

"Benar, dia ada masalah cukup serius dengan beberapa pihak lain, dan pihak yang lain itu tadi pagi sudah melapor ke kantor saya. Begitu pak dokter!" ungkap pak polisi.

"Hmm, baiklah pak, kalau begitu saya akan awasi juga, jangan sampai dia kabur dari sini. Nanti saya juga minta kerja samanya security Rumah Sakit!" ucap pak dokter.

"Bagus. Ya sudah, saya pamit dulu ya dok, mau balik ke kantor lengkapi data kasus ini!" ucap petugas polisi seraya jabat tangan.

"Baik pak, terima kasih infonya!" sahut pak dokter.

"Sama-sama!" balas pak polisi.

Sementara pak dokter kembali ke ruangnya, bapak petugas polisi itu pergi meninggalkan Rumah Sakit dan kembali ke kantor lagi.

Di hari berikutnya, pak Herdi bersama empat orang petugas polisi mendatangi tempat mobil pak Herdi ditabrakkan ke sebuah pohon besar.

Beberapa orang di lokasi kejadian juga ditanyai polisi seputar waktu kejadian. Dan setelah dari lokasi tersebut, petugas polisi juga minta pak Herdi menunjukkan kondisi mobil yang dibawanya saat kejadian.

Setelah selesai menunjukkan mobilnya, petugas polisi meminta pak Herdi bersedia membuat rekonstruksi kejadian di dalam mobil selama perjalanan hingga pak Herdi menabrakkan mobil ke sebuah pohon besar.

Sementara itu di rumah Fiko juga sedang berkumpul teman-teman band'nya. Mereka semua bergembira setelah mendapat kabar bahwa Kontrak Job yang di'CANSEL bakal ada Pembaruan Kontrak Job lagi.

"Ingat ya, urusan ini dianggap beres hanya terbatas pada yang berkaitan antara kita dan pak Benny lho!" ucap Fiko.

"Maksudnya?" tanya Ramli.

"Artinya, yang ada kaitannya dengan bapaknya Lera, masih ada kemungkinan akan berlanjut. Karena saat polisi mau menginterogasi, ternyata bapaknya Lera masih dalam keadaan koma!" ungkap Robi.

"Lho, kalau itu kan cuma Fiko, hahahaa!" canda Ramli.

"Memang bisa kalian bilang atau beranggapan seperti itu. Tapi kemarin kenyataan yang terjadi... satu Group disuruh Off kan!?" kata Robi.

"Hehehe... iya juga ya!?" Sahut Ramli.

"Kalau dari saya nih... maksudku kita persiapkan saja, supaya kita sudah punya kesepakatan jawaban bila sewaktu-waktu ada panggilan dari kepolisian untuk dimintai keterangan!" tegas Fiko.

*)bersambung___