Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 40 - Dendamnya Gagal Cinta

Chapter 40 - Dendamnya Gagal Cinta

Suatu saat di siang hari...

"Rob, kita kapan nih kumpul-kumpul lagi untuk bahas materi musik?" tanya Fiko.

"Ini kan pada gak ada kegiatan rutin... bagaimana kalau nanti malam kumpul?!" Robi mengusulkan.

"Boleh. Bagaiman kalau sekarang saja kita jalan, sekalian kasih kabar pada teman-teman?!" sahut Fiko.

Lalu Fiko dan Robi menuju rumah teman band'nya dengan sepeda kesayangan Robi.

Saat di tengah perjalanan menuju rumah Ramli, tak disangka tiba-tiba...

"Fiko... Robi!" terdengar suara memanggil nama mereka.

Robi menghentikan sepedanya, lalu menepi, dan kemudian...

"Siapa itu tadi seperti memanggil kita?" tanya Robi.

"Aku juga mendengar, tapi di mana? Tidak ada siapa-siapa di sini!" sahut Fiko.

Mereka berdua tengok sana sini, namun tidak melihat seseorang yang mereka kenal. Mereka berniat lanjutkan lagi perjalanan, akan tetapi saat hendak mengayuh sepedanya:

"Hoeyy, saya di sini, hehehe!" Angel lambaikan tangan sembari tertawa.

"Nahh, itu tu... dia di warung bakso!" Fiko melihat Angel lambaikan tangan.

Mereka kemudian menuju warung bakso yang berada di seberang jalan. Kemudian...

"Eeh Angel, lama sekali tidak bertemu!" kata Fiko.

"Kan kamu sibuk ke luar kota, jadi bagaimana bisa bertemu?!" balas Angel.

"Bagaimana kabar Wida? Masih bersama kan?!" tanya Fiko.

"Nanti bisa kamu lihat dan tanya langsung sama orangnya, karena aku di sini ini sedang menunggu dia!" ungkap Angel.

"Kok janjian di sini sih? Kenapa nggak di rumah?" tanya Fiko

"Saya tadi berangkat dan ke sini berdua, cuma sekarang lagi pamit beli rokok di toko sana itu lho!" jawab Angel.

Sementara mereka sedang ngobrol di sana, di tempat lain suasana sedang memanas...

"Apa? Polisi mencari dan datang ke sini?" ucap bapaknya Lera saat siuman.

"Iya pak, sebenarnya ada kejadian apa dengan bapak hingga masuk Rumah Sakit ini?" tanya ibunya Lera bingung.

"Baiklah, kita sekarang kabur dari sini!" kata bapak Lera.

"Bagaimana pak, saya bingung?" kata ibu Lera.

"Lera, kamu berjaga di luar sambil amati, cepat sampaikan bila ada yang akan masuk sini. Sementara itu bapak bersiap keluar lewat jendela. Bila bapak sudah keluar, kamu cepat menyusul lewat pintu depan, kita ketemu di luar!" jelas bapak Lera.

"Ibu bagaimana pak?" tanya Lera.

"Ibu membantu bapak lompat jendela, karena bapak masih belum kuat betul!" kata bapak Lera.

"Baik pak!" jawab Lera.

Setelah itu Lera bersantai di depan kamar inap bapaknya sambil awasi sekitar. Sementara itu bapaknya dengan bantuan sang istri berusaha kabur lewat jendela.

Saat yang sama, ketika Lera di luar...

"Ini gara-gara Fiko. Aku harus beri dia pelajaran sekarang!" gumam dalam hati Lera sambil gemertakan giginya menahan amarah.

Lalu...

"Agam, minta tolong kamu cari Fiko sekarang sampai ketemu. Urusan seperti biasanya!" kata Lera lewat telepone.

"Hehee, jangan lupa bonusnya ditambah!" balas Agam di telepon.

"Ya udah, cepat berangkat!" perintah Lera.

"Siap!" sahut Agam.

Setelah itu Lera mematikan Hp'nya, kemudian...

"Hmm... bersiaplah Fiko menerima pelajaran dariku, sekaligus ini buat pembalasan atas kesakitan bapakku!" kata Lera dalam hati.

*Di tempat lain...

Sementara Fiko yang saat itu masih berada di warung bersama Angel dan Robi, terkejut mendengar suara motor yang agak kencang di luar warung.

Mereka tetap santai menikmati obrolan, lalu...

"Mana Wida kok lama?" tanya Robi.

"Paling juga sebentar lagi, karena dia cuma beli rokok saja kok!" jelas Angel.

Sebentar kemudian suara motor tadi kembali dan kali ini berhenti di depan warung sambil menarik gas kenceng-kenceng, sehingga suara terdengar sangat berisik.

Robi yang merasa terganggu, berdiri dan melihat keluar, lalu...

"Apa lihat-lihat? Mau marah?" si pemotor itu melotot matanya.

Fiko mendengar, lalu katanya pada Robi:

"Siapa sih Rob?" Fiko berdiri dan melihat luar.

Namun, begitu Fiko berdiri, si pemotor tadi tertawa ngelèdèk, sambil:

"Jadi, kamu di sini? Hehehe, kebetulan banget nih, aku gak repot-repot cari kamu!" kata si pemotor pada Fiko.

Lelaki si pemotor menarik gas kenceng, lalu turun dan mendatangi Fiko ke warung.

"Fiko, sini, aku mau bicara sedikit sama kamu!" lelaki itu berdiri di pintu warung sambil tangan bersandar pada tiangnya.

Tanpa disadari lelaki itu, Wida berjalan dari arah belakangnya hendak masuk warung. Wida sangat terkejut melihat lelaki itu berpegangan tiang warung, sedangkan satu tangannya yang lain dilipat ke belakang badan sambil memegang sebilah pisau kecil.

Saat Wida melihat Fiko hendak mendekat lelaki itu, dia langsung bergegas standby mendekat di belakang lelaki itu.

"Fiko dalam bahaya nih!" kata Wida dalam hati.

Sebentar kemudian...

"Lho, Agam,... kok kamu? Ada apa?" tanya Fiko.

"Hehehe, kenapa... kagèt ya? Kamu pasti menyangka aku masih di dalam penjara. Dekat sini, aku mau katakan sesuatu yang sangat penting!" ucap Agam.

Fiko sempat melihat keluar, dan lihat Wida berdiri sambil memberi isyarat agar Fiko diam.

Begitu Fiko mendekat, tangan Agam yang di belakang mulai bergerak ke depan. Saat tangan yang memegang pisau itu hendak diayunkan ke arah Fiko, tiba-tiba...

"Dhaaag, blug!" sebuah pukulan keras Wida yang nyasar di batang leher Agam.

Agam jatuh tersungkur tengkurap di depan kaki Fiko. Sedangkan pisau yang di tangan Agam menggores pinggulnya sendiri, sehingga warung yang masih berlantai tanah itu bersimbah darah.

Robi dan Angel serta pemilik warung datang berkerumun...

"Ada apa ini ribut di sini? Ini tempat jualan, bukan tempat beginian mas!" pemilik warung marah.

"Kami di sini dari tadi berniat membeli minum pak, tapi anak ini datang hendak menusuk teman saya. Kalau bapak sebagai saya, akankah bapak berdiam diri dan melihat temannya ditusuk orang lain?!" sahut Wida kemudian.

"Hhhfff... lagi-lagi anak ini... plastik!" ucap pemilik warung sambil memukul Agam dengan batang sapu.

Agam yang masih posisi tengkurap membalikkan badan, lalu berusaha menyerang kaki Fiko dengan pisau di tangannya.

"Beeehhttt!" tangan Agam diayunkan.

Fiko melihat lalu menghindar, namun terlambat, sehingga ujung pisau Agam menggores kaki Fiko bagian bawah.

"Aduuhhh!" teriak Fiko kesakitan.

"Jlêêg!" tangan Agam diinjak Wida.

"Aaahhkkk!" teriak Agam.

Di belakang Fiko, diam-diam pemilik warung menelepon Polisi. Dan tidak lama setelah itu, polisi pun datang. Kemudian Agam, Wida, dan Fiko dibawa ke kantor polisi.

Sementara Angel dan Robi dengan menggunakan motor Wida, mengikuti dari belakang mobil polisi.

*Di tempat berbeda....

"Pak, kenapa sih harus kabur? Bapak mantan polisi juga, tapi kenapa takut sama polisi?!" kata ibu Lera di sela-sela usaha melompati jendela.

"Aah, nanti aja ceritanya, cepat bantu aku naik jendela ini sebelum ketahuan orang Rumah Sakit!" balas bapak Lera.

Setelah berhasil melompati jendela, bapak Lera segera berusaha mencari jalan keluar Rumah Sakit. Sedangkan ibunya Lera kembali keluar melewati pintu kamar, menemui Lera... lalu:

"Lera, cepat kita keluar dari sini, bapakmu sudah keluar kamar, sekarang menuju jalan keluar juga!" bisik ibunya Lera.

Baru sekitar 10 meter mereka berjalan, berpapasan dengan seorang perawat jalan bersama dokter yang menangani bapak Lera.

"Siang bu, mau ke mana?" sapa dokter.

"Siang pak dokter. Ini mau beli makan pak, lapar di dalam gak ada makanan, lupa... tadi bekal makanan gak kebawa!" jawab ibu Lera.

"Maaf pak, permisi... sudah gak kuat nahan lapar nih!" sambung Lera sembari menarik tangan ibunya dan jalan cepat.

Dokter dan perawat tampak santai dan tidak curiga apapun. Namun saat dokter masuk kamar inap bapak Lera...

"Kok pintu kamar gak ditutup, ditinggal begitu saja!" ucap dokter.

"Lho... pasien di sini mana?!" perawat terkejut melihat bapaknya Lera tidak ada di kamar.

Dokter dan perawat cek sekeliling dan juga toilet, namun tidak melihat bapaknya Lera.

Kemudian perawat lanjutkan cek ke wilayah sekitar kamar, sedangkan pak dokter menelepon security untuk mengawasi setiap orang yang keluar dari area rawat inap.

*)bersambung ___