Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 41 - Kekasih Menebar Perkara

Chapter 41 - Kekasih Menebar Perkara

Siang hari itu seluruh security Rumah Sakit Timur berkeliling dan sibuk mencari pasien yang kabur.

Sementara di saat yang sama, Wida dan Fiko serta Agam sedang diinterogasi di kantor polisi.

Tampak 2 orang polisi datang ke Rumah Sakit hendak meminta keterangan pada bapaknya Lera. Sesampai di Rumah Sakit, polisi terpaksa harus memburu bapaknya Lera yang diberitakan kabur oleh Rumah Sakit tersebut.

Siang itu juga di rumah Fiko, sang ibu sedang duduk bersantai di depan rumah setelah capai lama di dapur.

Saat itu sang ibu dikejutkan oleh datang nya dua orang petugas polisi yang mengatakan mencari Fiko.

"Ada masalah dengan anak saya pak? Tadi dia keluar sama temannya, pamitnya mau ngurus Kontrak Job musik, begitu!" sang ibu agak gemetaran.

"Ibu tidak usah takut dan khawatir, karena anak ibu tidak ada masalah apa-apa. Kami dari kepolisian menemui Fiko hanya akan meminta keterangan sedikit tentang orang yang bermasalah dengan hotel beberapa hari lalu itu!" jelas bapak polisi.

"Lantas bagaimana saya juga tidak tau nanti pulang jam berapa?!" kata sang ibu.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Saya pesan saja, nanti malam saya datang lagi, tolong ditunggu, karena ini penting!" jelas bapak polisi.

"Iya pak, nanti saya sampaikan!" balas sang ibu.

Setelah petugas polisi pergi, sang ibu terlihat diam sambil katanya dalam hati:

"Aku sudah dheg-dhegan, syukurlah tidak terjadi apa-apa pada anakku... kirain Fiko ada masalah dengan kepolisian, hhhfff...!"

Lalu sang ibu masuk rumah, duduk lega di ruang tamu menghadap ke luar... sesekali geleng kepala merenungi anaknya.

Dan tak lama kemudian...

"Naah, itu dia datang... ooh sama Robi!" katanya dalam hati.

"Selamat siang bu!" sapa Robi pada ibunya Fiko.

"Masuk sini Robi. Ibu ambilkan minum dulu buat kalian!" kata ibu Fiko.

Robi dan Fiko duduk sambil menghela nafas lega. Lalu...

"Rob, gak usah cerita ibuku kejadian tadi itu ya. Kasihan kalau beliau mikir terus, biarlah ibu tetap tenang pikirannya!" ucap Fiko.

"Iya, aku faham!" jawab Robi.

Sebentar kemudian...

"Naah, ini buat kalian, pasti haus kan?! Di luar sana kelihatan cukup panas, yuk minum dulu!" kata ibunya Fiko sambil sajikan dua gelas minum di meja.

"Terima kasih bu!" ucap mereka berdua.

"Fiko, tadi saat kamu belum datang, ada petugas polisi yang datang kemari ingin ketemu kamu!" ujar ibunya.

Sejenak Fiko dan Robi saling berpandangan...

"Aah, ada apa nih? Tadi kan sudah selesai urusannya, lantas ada perlu apa lagi ya?" gumam Fiko dalam hati.

"Ada apa bu katanya?" tanya Fiko penasaran.

"Katanya sih tidak ada masalah apa-apa dengan kamu. Mereka berdua tadi cuma ingin minta keterangan tentang seorang yang bermasalah dengan hotel waktu lalu itu!" ungkap sang ibu.

"Ooh, mungkin yang dimaksud itu adalah bapaknya Lera, bu!" ucap Fiko.

"Bisa jadi begitu. Tapi tadi bapak polisi itu pesan kamu diminta menunggu, karena nanti mau ke sini lagi!" ungkap sang ibu.

Saat tu bertiga ngobrol dan saling bercerita, dan di tengah obrolan mereka, sang ibu bertanya:

"Bagaimana group'mu, kapan mulai kontraknya yang di luar kota itu?"

"Maksud ibu yang di tempat pak Steven itukah?!" tanya Fiko balik.

"Iya!" jawab sang ibu.

"Nunggu kabar dari pak Steven bu, karena pihak management sana masih memperbarui agreement yang sebelumnya!" ungkap Fiko.

*Malam harinya...

Fiko dan ibunya sedang ngobrol di halaman menikmati terang bulan sambil bercerita. Saat itu datang tamu 2 orang laki setengah baya.

"Selamat malam bu, saya yang ke sini tadi siang!" sapa tamu itu seraya memperkenalkan diri.

"Oh iya, mari pak silahkan masuk!" sahut ibu Fiko.

"Maaf bu, kami sebenarnya santai saja. Kalau ibu berkenan, biar ngobrolnya di sini saja!" balas si tamu itu.

"Hehehe, di dalam ruangnya gak karuan ya pak!" kata ibunya Fiko.

"Aah, ya enggak lah bu, cm nanti terlihat terlalu resmi, hehehe!" kata si tamu.

"Ya udah kalau begitu!" kata ibu Fiko.

Lalu...

"Oh iya Fiko, ini bapak-bapak dari kepolisian yang ibu bilang tadi!" ibu Fiko memperkenalkan.

"Saya sudah ketemu sebelumnya kok bu, saat bareng-bareng sama pak Benny juga!" ucap Fiko.

"Iya bu betul, kami sudah kenal sama Fiko!" jelas bapak polisi tersebut.

"Begini Fiko. Kami tadi ke Rumah Sakit tempat bapaknya Lera dirawat, bermaksud meminta keterangan darinya. Namun sesampai di sana dia tidak ada di ruang inapnya, kemudian dokter melaporkan bahwa pasien tersebut kabur!" ungkap bapak polisi.

"Lalu bagaimana pak?" tanya Fiko.

"Kami pihak kepolisian minta tolong Fiko bersedia bekerja sama, demi cepat dan lancarnya proses penyidikan kasus dia dengan hotel beberapa waktu lalu itu!" ungkap bapak polisi itu.

"Pak, bukankah setiap pasien yang menjalani rawat inap di sebuah Rumah Sakit, data-datanya pasti ada di Rumah Sakit itu?!" jelas Fiko.

"Itu sangat tepat. Namun pasien yang satu ini ternyata telah mencuri berkas-berkas itu dari Rumah Sakit, sehingga kami kesulitan melacaknya. Dan itu alasan kami untuk meminta kerja samanya Fiko!" ujar bapak polisi.

"Lalu saya bisa bantu apa pak terhadap kepolisian?" tanya Fiko polos.

"Mungkin bisa ceritakan sedikit yang Fiko tau tentang orang itu, misalnya; tinggalnya di mana? Pekerjaannya apa? Saudara dekatnya di mana?... begitu!" jelas bapak polisi.

"Kalau dia tau bahwa info ini dari saya, bagaimana kalau dia mengganggu saya atau ibu saya?" Fiko khawatir.

"Tentang itu, kepolisian akan membantu bahkan melindungi Fiko dan ibunya. Ini adalah sudah menjadi konsekuensi kami sebagai polisi untuk melindungi setiap masyarakat yang memberikan info terkait kejahatan dalam masyarakat!" ungkap bapak polisi.

Setelah itu Fiko menceritakan hal-hal yang sudah Fiko kenal tentang bapaknya Lera.

"Jadi... dia itu pensiunan polisi?!" tanya bapak polisi terkejut.

"Iya, betul pak!" jawab Fiko.

"Hmmm, ya, ya, yaaa!" bapak polisi manggut-manggut sembari beradu pandangan dengan temannya.

Tidak lama setelah itu, dua polisi itupun berpamitan hendak kembali ke kantor.

"Terima kasih Fiko untuk informasinya. Terkait dengan ini, bila terjadi apa-apa atau Fiko mendapat teror dan merasa tidak nyaman, tolong segera melapor pada kami, dan jajaran kami yang akan ambil tindakan!" ungkap bapak polisi sembari jabat tangan Fiko dan ibunya.

Selanjutnya dua orang polisi tersebut langsung melanjutkan bersama anggota team khususnya melakukan pengejaran terhadap bapaknya Lera.

*Satu Minggu kemudian, Fiko Band sedang kumpul berlatih di rumah Ramli.

"Robi, besok nemani aku ke hotel ya?" tanya Fiko saat sehabis latihan.

"Jam berapa?" tanya Robi balik.

"Jam 09:00... bagaimana?" kata Fiko.

"Baik, saya jam 08:00 ke rumahmu, kita berangkat dari rumahmu saja!" kata Robi.

Tidak lama kemudian mereka membubarkan diri, dan pulang ke rumah masing-masing.

Esok harinya...

"Selamat pagi mas!" sapa Fiko pada sang Receptionis.

"Eeh... mas Fiko. Bagaimana, mau ketemu pak Herdi kah?" balas sang Receptionis.

"Hehehe... tau aja mas ini. Betul mas. Apakah beliau ada?" tanya Fiko kemudian.

"Ada, kebetulan saja baru datang. Ditunggu sebentar ya mas, saya panggilkan!" kata sang Receptionis sembari mengangkat gagang telepon.

Sebentar kemudian...

"Silahkan duduk mas. Pak Herdi sedang cek file komputer, sebentar keluar!" kata receptionis.

Fiko dan Robi duduk di Lobby menunggu pak Herdi.

Tidak lama kemudian terlihat pak Herdi keluar ruangnya, lalu...

"Hallo Fiko!" sapa pak Herdi.

"Selamat pagi pak!" balas Fiko dan Robi.

*)bersambung___