Tampak Fiko kerja keras buka baut-baru penjepit roda, berusaha melepas rodanya dan menggantinya dengan roda cadangan berapa lamanya waktu Fiko mengganti roda, setelah kelar, Fiko dan Lera segera jalan keluar.
Saat hendak melintasi portal pintu gerbang hotel, petugas Security menghentikan sejenak, kemudian:
"Mas, tadi ada yang cari mas'é. Karena mengaku teman dan lama tidak ketemu, saya persilahkan masuk saja, tapi dia menolak saat saya suruh masuk.
Selanjutnya petugas Security juga menceritakan ciri-ciri orang yang menanyakan Fiko.
Setelah itu Fiko lanjutkan jalan.
"Terima kasih ya pak infonya. Permisi pak, saya pulang dulu!" Fiko lanjutkan jalan.
"Yuuk kita turun di sini. Ini restaurant yang saya bilang langganan keluarga saya!" jelas Lera.
"Wuuiiih, mewah betul, ini pasti mahal!" gumam Fiko dalam hati.
Lalu...
"Kita mau makan di restaurant ini kah?!" tanya Fiko khawatir.
"Hehehe... udah ayoo turun. Aku yang ngajak, jadi aku yang traktir kamu. Yuuk!" Lera paham pikiran Fiko.
Mereka berdua memesan makanan dan minuman. Dan beberapa saat kemudian setelah makanan yang mereka order sudah disajikan, merekapun menyantapnya sambilan ngobrol juga.
Di tengah obrolan mereka...
"Lera, bagaimana pendapatmu setelah mendengar cerita petugas Security hotel tadi?" tanya Fiko.
"Aku seperti gak asing dengan ciri-ciri itu. Tapi di mana ya aku pernah ketemu orang itu?!" jawab Lera.
"Kalau pendapatmu bagaimana, Fiko?" tanya Lera balik.
"Saya pun juga gak asing, terutama motor nya. Saya mendadak ingat motor yang menerjang saya di parkiran sebuah cafe, yang kemudian ada orang bersenjata yang menolong dan akhirnya meringkus pelaku bermotor tersebut!" ungkap Fiko.
Dan spontan...
"Oh iya, saya ingat sekarang. Itu motor yang sama dengan motor yang menabrak di parkiran dulu itu. Saya sangat jelas motor itu, karena saya melihat sejak motor itu datang hingga menabrakmu!" tegas Lera.
"Kalau benar itu adalah orang dan motor yang sama, saya harus melakukan sesuatu terkait ban kempes malam ini!" ujar Fiko.
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Lera.
"Aku akan cari info, siapa yang meringkus pemotor yang menabrak di parkiran cafe dulu itu. Saya pastikan orang tersebut sudah menginterogasi pelaku!" ungkap Fiko.
"Jangan ditunda, yuuk kapan kamu siap? Saya temani dan ngantar kamu ketemu orang tersebut!" ucap Lera.
"Kamu mau nemani saya cari orang yang bersenjata itu?!" tegas Fiko.
"Iya, karena saya hanya butuh waktu sedikit saja untuk ketemu orang tersebut, hehehe!" kata Lera tertawa.
"Bagaimana kamu bisa bilang begitu?" tanya Fiko seraya kerutkan dahi.
"Hehehe, saya memang sengaja tidak cerita ke kamu, bahwa orang yang bersenjata itu adalah bawahan bapakku di kepolisian. Dan hari itu bapakku dengan sengaja memberi perintah pada mereka untuk lakukan pengawalan terhadap kita berdua!" jelas Lera.
"Jadi... bapakmu seo....!" kata-kata Fiko terhenti.
"Iya, betul pikirmu. Saya memang tidak pernah cerita kepada siapapun termasuk ke kamu, karena menyesuaikan posisi dan status bapakku yang adalah anggota Dinas Intelijen. Karena bapak juga pernah pesan saya tidak boleh cerita di luar, kecuali mereka tau dengan sendirinya!" ungkap Lera.
"Kok sekarang kamu cerita sama saya?" tanya Fiko.
"Karena kamu saya anggap telah tau sendiri!" jawab Lera.
"Tapi ini hanya kamu saja, dan jangan pernah cerita ke lain orang. Karena yang namanya Dinas Intelijen itu kan memang dinas rahasia, dalam arti tidak boleh diketahui orang atau pihak lain, begitu!" lanjut Lera menjelaskan.
"Pantesan saja saat seseorang menabrakku dengan sengaja, tau-tau seorang petugas sudah ada di lokasi dan melakukan penyergapan!" gumam Fiko dalam hati.
Fiko terdiam sesaat serta merta melamun:
"Ternyata selama ini saya jalan dengan anak seorang petinggi!" kata Fiko dalam hati.
"Ngomong-ngomong, terus bagaimana rencanamu bila sudah bertemu dengan personil anak buah bapakku?" tanya Lera membubarkan lamunan Fiko.
"Saya akan menyampaikan bahwa ada orang yang dengan sengaja kempeskan ban mobilmu!" ungkap Fiko.
"Hehehe, kalau cuma itu, biar saya sendiri aja yang akan menyampaikan pada bapakku. Sekaligus saya cerita data-data di lapangan yang dapat dari bapak Security!" tegas Lera.
Di saat yang sama ternyata Lera juga berpikir:
"Aku makin suka sama Fiko, dia ternyata punya rasa peduli yang besar padaku!" Lera tampak senyum-senyum.
Berjalan hingga beberapa Minggu ke depan antara Fiko dan Lera terlihat komunikasi makin dekat dan membaik.
Akan tetapi, karena pihak hotel sangat suka dengan Band nya Fiko, mereka mendapatkan tambahan jadwal untuk performence di hotel tersebut.
Kini jadwal Band Fiko lima kali dalam satu Minggu, sedangkan dua hari lainnya mereka ketemuan untuk latihan saja.
Oleh karenanya, Lera menjadi jengkel hatinya karena Fiko menjadi jarang bertemu dengannya.
"Bisa apa nggak hari Minggu akan datang kamu ijin libur pada Band mu?" tanya Lera tiba-tiba ketika mereka ngobrol di rumah Lera.
"Saya coba bicara sama teman-teman, karena harus cari pemain pengganti. Ada apa emangnya kalau saya libur?" tanya Fiko.
"Kamu ini bagaimana sih? Kalau kamu tiap hari urusan dengan musik, lalu kapan waktu untukku?!" kata Lera agak keras.
"Lera, saya itu butuh menabung supaya bisa lanjutkan sekolah, karena tidak mungkin lagi bagi keuangan orang tuaku bila aku sekolah lagi. Maka dari itu, saya harus bergerak juga membantu ibuku!" kata Fiko.
"Masa libur tidak boleh?!" ucap Lera kesal.
"Bukan tidak boleh, tapi memang tidak ada yang melarang. Cuma... semakin banyak jadwal saya, itu berarti makin lebih banyak honor yang akan saya terima, dan itu adalah harapan saya!" jelas Fiko.
Dan pada suatu hari, terjadilah situasi yang berbeda. Pada saat Kontrak JOB sudah berakhir, maka Band nya Fiko pun mengajukan kontrak yang baru, namun jumlah jadwal telah dikurangi oleh pihak hotel.
"Sekarang Kontrak Job hanya dua kali dalam seminggu. Namun sebaliknya, Lera malah sudah mulai masuk kuliah nya. Sama saja... pertemuan tidak bisa lagi setiap hari!" kata Fiko dalam hati.
Fiko coba kirim pesan tertulis pada Lera, tetapi:
"Fiko, maaf jangan hubungi dulu, aku sedang ada kuliah. Nanti saja seusai kuliah ya!" balas Lera dalam pesan tertulisnya.
Satu jam kemudian...
"Sudah satu jam. Baik, saya coba hubungi dia lagi, kalau-kalau ini sedang istirahat!" kata Fiko dalam hati.
Akan tetapi...
"Fiko, maaf ya... jangan hubungi dulu sekarang, gak enak, ini saya masih ada kuliah, nanti aja!" ucap Lera.
Waktu berjalan makin panjang dan kejenuhan pun mulai menghampiri pikiran Fiko.
"Aku harus bergerak untuk mencari kesibukan, saya tidak bisa diam tanpa mengerjakan sesuatu apapun!" kata Fiko dalam hati.
Fiko mendapatkan inspirasi, dan mulai lah dia berkarya dengan guitarnya. Dia membuat suatu karya musik dan kemudian membuat suatu komposisi yang sangat bagus, sehingga menjadi karya yang benar-benar enak didengar.
Sementara Fiko sedang fokus dengan karya musiknya, saat itu di sisi lain tanpa diketahuinya, seorang pemuda telah jatuh cinta pada Lera.
*)bersambung ___