Hari itu masih pagi, sinar matahari masih terasa hangat di kulit lengan Ratis yang sedang menarik koper pakaian memasuki area terminal bus saat itu.
Ratis yang diantar ibunya menuju terminal itu duduk di sebuah bangku menunggu bus nya. Tanpa diduga sebelumnya, tiba-tiba dari belakang;
"Mau ini, biar lebih santai sambil menunggu bus!" seseorang menawarkan pepermint.
Ratis yang menunggu bus sambilan melamun menjadi kagèt saat menoleh Fiko sudah di belakang bangku yang diduduki bersama ibunya.
"Lho, kok kamu di sini? Sama siapa ke sini?" tanya Ratis hampir tak percaya apa yang dialami saat itu.
"Saya di sini sendiri!" jawab Fiko tersenyum.
"Bu!" sapa Fiko pada ibunya Ratis.
"Fiko, kamu mau ke mana?" tanya ibu Ratis.
"Tidak ke mana-mana bu, sengaja ke sini saja, temui Ratis!" jawab Fiko.
"Baik, silahkan!" kata ibu Ratis seraya buka lipatan koran yang dipegangnya.
"Ada apa Fiko?" tanya Ratis lagi.
"Hehehe, ini buatmu untuk di perjalanan!" Fiko tertawa sambil sodorkan sebungkus pepermint mentol.
"Rasanya pamitan sekali masih kurang bagiku!" ungkap Fiko pelan sembari pegang tangannya memegang tangan Ratis.
"Hm, hm!" ibunya Ratis berdehem sambil tetap melihat halaman korannya.
"Bawa kok pepermint sih, hehehe?!" canda Ratis.
"Ini harga nya memang tidak semahal roti yang bermerk terkenal, tapi saya sengaja pilih ini, karena lebih awet di mulut, dan sebentar-sebentar pasti kamu kecap dan nikmati, hahaha!" jawab Fiko.
Setelah sekitar setengah jam Fiko bincang-bincang dengan Ratis, Lera perlahan mendekat sembari katanya:
"Gak tega ya, hehehe?!" goda Lera mengejutkan Ratis.
"Eeh, apa nih maksud kalian kok muncul satu persatu!" ucap Ratis.
"Aku kasihan melihat sobat satu ini yang loyo setelah ada yang berpamitan, sehingga saya tawarkan untuk antar ke sini supaya bisa temui idolanya!" ungkap Lera.
Sementara itu terlihat ibunya Ratis geleng-geleng kepala, lalu:
"Aku terharu melihat Fiko dan anakku!" kata ibunya dalam hati.
Kemudian Fiko lanjut ngobrol berdua dengan Ratis, sedangkan Lera ngobrol dengan ibu Ratis.
Saat bus yang ditunggu Ratis sudah tiba, Ratis mulai bersiap untuk naik. Lalu...
"Biar saya yang angkat kopermu!" kata Fiko pada Ratis.
Beberapa saat setelah itu, Fiko jabat tangan Ratis, sambil katanya:
"Selamat berjuang, sukses di sana!" kata Fiko seraya menatap mata Ratis.
"Kamu juga, sukses di sini semoga cepat dapatkan Job!" tampak air mulai menggenang di kelopak mata Ratis.
Saat Fiko melihat itu:
"Ingin dipeluk, namun aku malu di depan ibumu!" kata Fiko dalam hati.
Setelah bus yang bawa Ratis berangkat, Fiko dan Lera bersiap pulang lalu:
"Ibu tadi ke sini naik apa bu?" tanya Fiko pada ibu Ratis.
"Naik taxi!" jawab ibu Ratis.
"Ya udah sekarang bareng sama saya saja bu!" ucap Fiko.
"Lera, kita antar ibu Ratis pulang ya?" kata Fiko pada Lera.
"Iya, saya juga sedang pikirkan itu!" jawab Lera.
Kemudian Fiko ngantar ibunya Ratis pulang hingga ke rumahnya. Setelah itu Fiko lanjut jalan berdua dengan Lera.
*Satu bulan kemudian...
"Fiko, nanti malam bisa nggak gabung di studio Ramli?" tanya Robi.
"Boleh, boleh... daripada suntuk belum dapat Job juga nih!" jawab Fiko.
"Kebetulan ini teman-teman band baru ada tawaran Job, mangkanya ngajak kumpul di studio Ramli sekalian untuk rembug'an Job itu!" ungkap Robi.
"Waah, siip!" sahut Fiko.
Malam itu Fiko dan Robi bersama tiga teman band lamanya dulu, rapat tentang tawaran Job. Setelah itu mereka langsung lanjut latihan.
Di saat istirahat latihan, Hp Fiko berdering, dan saat dicek:
"Lera tadi telphone? Baik saya telphone dia sekarang!" gumam Fiko dalam hati.
"Robi, saya tinggal telphone sebentar ya?!" Fiko pamit temannya.
"Hallo Lera, tadi telphone ya?" tanya Fiko lewat telphone.
"Iya, sampai tiga kali nggak kamu angkat, kirain kamu sudah di rumah!" kata Lera di telphone.
"Belum. Sekarang ini aja juga masih di studio. LTadi setelah rembug'an Job, langsung dilanjut latihan, dan ini baru saja selesai!" ungkap Fiko.
"Bagaimana, ada apa Lera?" lanjut Fiko.
"Tidak ada apa-apa kok, cuma pingin ngobrol aja. Ya udah, silahkan kalau kamu mau beresin alat!" kata Lera.
*Dua minggu berikutnya...
"Robi, bagaimana hasil obrolan dengan orang hotel, katanya kemarin kamu janjian ada pertemuan dengan pihak hotel terkait tawaran dua Minggu lalu itu?!" tanya Fiko.
"Band kita sudah DEAL KONTRAK dan awal bulan depan kita sudah performance di sana!" jelas Robi.
"Berarti harus kumpul latihan dong!" kata Fiko.
"Iya, kita harus buat jadwal latihan!" tambah Robi.
"Baiklah, kalau begitu segera kita kumpul latihan lagi aja, sekalian kita buat jadwal!" ucap Fiko.
"Siiip. Sori, saya lanjut jalan dulu ya Fik, ini tadi sedang disuruh bapakku beli kopi!" kata Robi.
"Ya udah, saya tunggu beritanya!" sahut Fiko.
Mendengar kabar bahwa Band Fiko mendapat Kontrak Job, Lera menjadi ikut bangga.
Dan sudah beberapa kali Lera ikut hadir di Restaurant tempat Band Fiko performance. Bahkan juga sudah beberapa kali Fiko ke hotel dengan antar jemput oleh Lera.
Dengan seringnya Lera ikut ke hotel, hubungan mereka semakin lengket, hingga membuat salah satu temannya jadi iri terhadap Fiko.
Pada suatu sore, ketika mobil Lera yang membawa Fiko dan Lera memasuki area parkir, seorang pria0⁰ mendekati security penjaga pintu gerbang, lalu:
"Pak, apakah itu tadi mobil pemain musik ngisi di Restaurant itu?" tanya pria berjaket biru pada security.
"Setau saya begitu. Tapi coba aja lihat sebentar yang keluar siapa?" ucap security.
Sesaat kemudian...
"Oh iya mas benar, tu dia personil band restaurant!" kata Security.
"Yang perempuan itu siapa pak?" tanya pria berjaket biru itu.
"Itu pacarnya mas!" jawab Security.
"Kalau mas ini apanya dia?" tanya Security balik.
"Saya teman, tapi lama tidak ketemu. Karena dia sekarang sibuk, dan sejak ke mana-mana bawa mobil gak ingat lagi dengan saya!" ungkap pria berjaket biru.
"Ya udah pak, saya permisi dulu!" kata pria berjaket biru itu.
"Lho, kenapa tidak masuk saja mas? Gak apa-apa kok masuk sana, katanya lama gak ketemu temannya!" kata Security.
"Gak enak pak, dia lagi kerja!" kata orang berjaket biru.
Tanpa setau Security, setelah pria berjaket biru itu keluar pagar, ternyata dia putar balik dan melompat dinding di balik pos Security.
Pria berjaket biru menyelinap melalui pepohonan di taman, dan lanjut masuk area parkir. Dia sedang mencari mobil yang membawa Fiko.
Setelah pria berjaket biru itu temukan mobil Lera, sebentar dia di sana, kemudian dengan buru-buru dia keluar, lalu pergi.
Malam itu seusai Band Fiko performance, Lera berbisik pada Fiko:
"Bagaimana kalau pulang duluan aja?" bisik Lera.
"Lho, seperti biasa, habis performance selalu dapat jatah makan, setelah itu pulang!" jelas Fiko.
"Kita makan di luar, saya pingin ngajak kamu makan di sebuah restaurant langganan keluargaku!" tegas Lera.
"Baiklah kalau begitu saya pamit dulu teman-teman saya!" kata Fiko.
Setelah Fiko dan Lera masuk parkiran, Fiko terkejut saat di kejauhan dia melihat ban mobil itu kempès.
"Lera, kok sepertinya roda mobilmu itu kempes!?" kata Fiko seraya menunjuk roda mobil.
*)bersambung ___