Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 19 - Badai Mengguncang Persahabatan

Chapter 19 - Badai Mengguncang Persahabatan

Pagi di halaman sekolah sebelum bell berbunyi...

"Fiko, kemarin kemana begitu bell terakhir kamu langsung keluar, saat aku kejar sudah hilang. Kelihatannya buru-buru betul... tidak ada masalah apa-apa kan?" tanya Ratis.

"Tidak ada apa-apa kok Rat!" jawab Fiko.

Kemudian...

"Aku cerita atau tidak ya masalah kemarin itu? Kalau aku diam takutnya Ratis salah paham! Kalau aku cerita, kasihan kalau dia ikut mikir! Aah, gimana ya?!" Fiko melamun.

"Hei, melamun aja!" Ratis menepuk lengan Fiko.

"Sepertinya kamu sembunyikan sesuatu dari aku. Cerita dong... siapa tau aku bisa bantu!" kata Ratis.

"Apa sih, orang gak ada apa-apa lho!" ucap Fiko.

Lalu...

"Kok perasaanku mendadak gak enak ya? Ada apa sebenarnya dengan Fiko ya?!" gumam Ratis dalam hati.

Sebentar kemudian bell berbunyi dan mereka berdua masuk kelas. Fiko tampak terus berusaha jalan sendiri, namun Ratis sebaliknya, dia berusaha terus ingin jalan bersama-sama.

Hingga dekat dengan ruang kelas, Ratis terus berjalan bareng, dan akhirnya:

"Huaaaa, pengantinnya sudah datang!" teriak teman-temannya di dalam kelas.

Fiko sedikit menunduk menahan malu, dan langsung nyelonong ke bangkunya lalu pura-pura sibuk mencari sesuatu di dalam tas nya.

Sedangkan Ratis berdiam sejenak di deretan bangku paling depan, sambil katanya:

"Kenapa teriak begitu? Iri ya?!" Ratis sedikit melotot matanya.

Sebentar kemudian sang guru masuk, lalu mereka semua diam.

Dan, tiga hari kemudian Ratis tidak berangkat ke sekolah karena ada acara keluarga, dan dia harus ikut mendampingi ibunya.

Dan di hari yang sama Angel juga merasa kurang sehat, sehingga memutuskan untuk ijin libur.

Angel menulis surat ijin, lalu minta tolong Wida untuk menyampaikan suratnya ke sekolahan.

Jam istirahat hari itu Fiko terlihat masih diam di bangkunya untuk meneruskan tugas yang kurang sedikit selesai.

"Fik, nulis apa? Gak butuh ke kantinkah?" tanya Sanda.

"Ini, kerjaan yang tadi masih kurang sedikit lagi, nanggung dibawa pulang... sekalian selesai di sini saja, agar di rumah bisa kerjakan yang lain!" ungkap Fiko.

"Ada yang kamu di kantin tu!" kata Sanda.

"Siapa?" tanya Fiko.

"Lera, tadi juga sempat tanya saya!" ucap Sanda.

"Kamu masih mau ke kantin lagi apa nggak?" tanya Fiko.

"Iya, minum dan makanku aja belum selesai kok. Ini masuk karena uang ku tertinggal di tas!" ucap Sanda.

"Tunggu sebentar, aku mau bareng!" kata Fiko.

Sesaat kemudian kerjaan Fiko selesai, dan kemudian lanjut ke kantin. Dan baru saja mereka keluar pintu, Lera juga di depan pintu, lalu...

"Jadi, kamu dari tadi tu belum keluar?" tanya Lera.

"Belum. Tadi nerusin tugas yang belum selesai, tapi cuma kurang sedikit!" jawab Fiko.

Lera mendadak langsung menggandeng lengan Fiko, sambil katanya:

"Aku sudah nunggu di warung bakso lama, yuk cepat, keburu bell berbunyi!" ucap Lera.

Bertepatan Fiko masuk warung bakso bersama Lera, sebuah motor mendekat dan parkir di samping warung. Kemudian...

"Fiko!" panggil Wida.

"Eeh, Wida. Dari mana? Tumben nih?!" ucap Fiko.

"Dik, sejak kapan kamu ganti sama dia!" Wida ngelèdèk sambil melirik Lera sinis.

"Sesaat!" jari Fiko nempel bibir memberi kode diam.

Lalu Fiko mendekat Wida, serta:

"Lera, sebentar ya!" kata Fiko.

Tanpa disangka Wida, Lera pun ikut mendekat, lalu:

"Wid, aku minta maaf atas kejadian lalu itu. Kami semua sudah baikan, bahkan beberapa hari ini kami ke mana-mana selalu bersama; Fiko, Angel, dan Ratis!" ungkap Lera.

"Iya, kami sudah berkomitmen jalin persahabatan!" tambah Fiko.

"Aku juga maaf, karena aku baru mendengarnya sekarang kalau sudah seperti itu. Tapi, aku ikut senang mendengarnya!" kata Wida.

"Terus ini Wida mau ke mana?" tanya Fiko.

"Saya memang tujuannya kemari, mau mengantarkan surat ijin Angel!" jawab Wida.

"Kasih saya juga gak apa-apa, biar nanti saya yang sampaikan ke kantor!" kata Fiko.

"Baiklah kalau begitu. Ini suratnya!" Wida menyerahkan surat ijin Angel.

"Thèèètt!" terdengar bell berbunyi.

"Yaaa... gak jadi beneran kan! Kamu sih tadi kelamaan di kelas!" Lera cemberut.

"Hehehe, kita masih punya waktu nanti pulangnya!" Fiko tertawa.

"Wida aku masuk dulu ya! Kalau gak buru-buru pulang, di sini aja dulu, nanti kita makan-makan!" ucap Lera.

"Iya Wida, ini cuma dua jam pelajaran terus habis kok!" tambah Fiko.

"Hehehe, lain waktu aja. Aku sekarang pulang dulu!" sahut Wida.

Setelah itu Fiko dan Lera berlarian masuk ke kelasnya.

"Waah, ini gara-gara tadi dengar kata makan-makan, bau bakso lagi... perutku jadi tergoda nih!" kata Wida dalam hati.

Wida kemudian masuk warung bakso lalu memesannya. Dan saat di tengah-tengah Wida sedang makan, terdengar suara knalpot motor yang garang dan kasar di telinga.

Wida menoleh luar warung dan dilihatnya motor itu berhenti di depan gerbang sekolah tanpa matikan mesin seraya tarik gas'nya beberapa kali.

Setelah itu diparkirnya motor tepat di tengah-tengah gerbang sekolah, dan dengan gaya cowboy, orang itu duduk di jok sambil satu kakinya dilipat di atas jok motor nya, lalu menyalahkan sebatang rokok.

Seorang guru ibu-ibu setengah tua melihat ke luar hendak menegur, namun balik masuk lagi dengan wajah ketakutan.

"Orang mana itu pak?" tanya Wida pada bapak penjual bakso.

"Saya gak tau dia orang mana, tapi dia sering dipanggil Agam untuk membantu!" ungkap bapak tukang bakso.

"Membantu apa itu pak?" Wida penasaran.

"Biasa mas, apalagi kalau bukan berkelahi. Lihat tampangnya aja kan kelihatan kalau dia orang gak beres!" kata bapak tukang bakso.

"Terus Agam itu siapa?" tanya Wida lagi.

"Whallaaaa, temannya Lera yang dulu pernah dihajar mas'é di sini itu lho!" ucap bapak tukang bakso.

"Oh, iya ya ya yaaa, saya ingat!" ucap Wida.

"Terus ngapain tadi ngegas-ngegas di situ, kayak jagoan saja!" kata Wida.

"Sepertinya dia lagi mabuk itu mas!" sahut bapak tukang bakso.

"Sepertinya ada masalah pak!" kata Wida sembari lanjut makan baksonya.

Ketika Wida sedang makan, tiba-tiba bapak tukang bakso itu memanggilnya:

"Mas, mas mass... tu lihat Agam keluar menemui dia!" kata bapak tukang bakso.

Setelah beberapa menit Agam bincang-bincang dengan pemuda bermotor itu, bell sekolah berbunyi, lalu disusul beberapa siswa yang berlarian keluar.

Tak lama setelah itu, mendadak terdengar jeritan suara wanita. Wida yang kagèt saat itu, sontak berdiri melongok ke arah sana, dan kemudian:

"Lho, hey!" kata Wida sambil meloncat keluar dan berlari menuju tempat keributan di depan gerbang sekolah.

Tanpa basa-basi, terlihat Wida langsung melompat bagai di film silat, lalu...

"Blaaak!" satu tendangan keras Wida nyasar tepat di leher pemuda bermotor tadi.

Pemuda itu jatuh terjungkal dan kepalanya menabrak dinding parkiran. Sedangkan Agam yang berada dekat pemuda itu, mengayunkan sepotong kayu di tangannya hendak menyerang Wida namun sial, tiba-tiba:

"Daahg!" Fiko memukul lengan Agam hingga kayu di tangannya terpental mengenai motor di dekatnya.

Wida kagèt serta menoleh, lalu dengan reflek dihantamnya dagu Agam. Satu bogêm mentah Wida nyasar di rahang Agam hingga merobohkan tubuhnya.

"Blêêhhg!"

*)bersambung ___