Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 21 - keBodohan Pejuang Cinta

Chapter 21 - keBodohan Pejuang Cinta

"Dia sejak awal kenal sering curi-curi pandang. Mula-mula sikap seperti itu aku merasa biasa-biasa saja, mungkin karena aku juga tidak terlalu fokus ke dia!" Lera cerita tentang Agam.

"Tapi kalau dalam hal menggoda atau merayu kamu gitu... pernah kan?!" tanya Wida.

"Itu baru terjadi satu tahun terakhir ini. Cuma, setiap kali dia nekad lontarkan kata-kata ajakan, misalnya ngajak makan ke warung atau nongkrong di kantin sekolah, saya selalu menolak!" jawab Lera.

"Apa karena kamu sudah punya pacar, hehehe?" canda Wida.

"Saya menolak ajakannya bukan karena saya punya pacar, saya tidak punya pacar, tapi karena saya memang tidak tertarik untuk duduk bareng dengan dia. Bagiku dia waktu itu terlalu kampungan, sehingga saya malas menanggapi!" jelas Lera.

Mereka berdua lagi asyiik ngobrol, tiba-tiba:

"Itu Fiko batu keluar!" kata bapak tukang bakso.

Tampak Fiko berjalan keluar, dan agak berjauhan di belakangnya kemudian tampak juga Agam berjalan keluar didampingi dua orang bapak gurunya.

"Fiko!" seru Agam memanggil.

Berbarengan Fiko hendak menoleh, Lera juga memanggil:

"Fik, bagaimana urusannya?" tanya Lera dari seberang jalan.

Dan saat Fiko hendak menyeberang jalan depan sekolah mendekati Lera, sebuah mobil polisi beserta ambulance berhenti di depan gerbang.

Petugas ambulance turun serta merta mengusung pemuda bermotor dari post security yang sudah siuman dari pingsan namun masih belum kuat bangun.

Sedangkan petugas dari kepolisian turun langsung menjemput Agam serta memborgol tangannya. Lalu:

"Sudah selesai apa belum Fiko?" tanya salah satu bapak guru.

"Sebentar lagi pak?" jawab Fiko.

"Sebentar pak nunggu dia!" ujar pak guru pada polisi sambil nunjuknFiko yang mendekat Lera.

Saat itu di seberang jalan...

"Lera, minta tolong sampaikan Surat Keterangan dari sekolah ini pada ibuku ya. Dan katakan bahwa saya baik-baik saja, supaya beliau tidak kaget dan terlalu terbeban pikiran!" ungkap Fiko.

"Baiklah!" jawab Lera.

"Tenang saja, saya akan ikut datang ke rumahmu juga, saya bantu bicara ke ibu kamu. Tenangkanlah kamu, jangan panik, semua akan baik-baik saja!" ucap Wida kemudian sembari menepuk pundak Fiko.

Setelah itu Fiko masuk ke mobil polisi bersama Agam dan dua orang bapak gurunya. Dan kemudian...

"Ini kita sekarang bagaimana Wid?" tanya Lera pada Wida.

"Ya kita selesai minum ini sebaiknya langsung saja ke rumah Fiko menemui ibunya, agar tidak kedahuluan ibunya Fiko berpikir kok lama Fiko belum pulang juga, begitu!" kata Wida.

"Baiklah, setuju!" sahut Lera.

"Terus kamu bagaimana ke sananya, biasanya dijemput kan?!" ucap Wida.

"Jemputan sih sudah datang tadi, tapi saya bilang masih ada perlu sebentar sama teman. Lalu sopirku jalan cari sesuatu katanya!" jelas Lera.

Sebentar kemudian...

"Tu, yang diomongin datang!" sambung Lera.

Beberapa menit berikutnya, setelah membayar minumnya di warung, Lera dan Wida bersiap berangkat ke rumah Fiko.

"Ketemu di sana ya, karena saya bawa motor nih!" kata Wida sembari mengambil motornya.

"Kalau begitu aku bonceng kamu saja ya? Gak enak naik sendiri-sendiri, orang tujuan kita sama kok!" kata Lera.

"Asal kamu gak malu naik motor butut, silahkan saja, hehehee!" sahut Wida.

Kemudian Lera dan Wida berboncengan menuju rumah Fiko, sementara itu sopir Lera mengikuti motor mereka dengan mobil mewahnya.

Sementara itu di tempat berbeda, di saat yang sama di kantor polisi Fiko dan Agam sedang dimintai keterangan oleh pihak berwajib terkait kejadian pemukulan terhadap Fiko.

Sekitar satu setengah jam berikutnya Fiko baru diperbolehkan pulang oleh pihak berwajib. Bersama dengan dua bapak gurunya Fiko diantarkan pulang.

Sesampai di rumah, ternyata Wida dan Lera masih berada di sana, sedang bincang-bincang dengan ibunya Fiko.

"Mari masuk pak. Maaf rumahnya sempit dan gak karuan!" sambut ibu Fiko pada dua bapak guru.

"Iya bu, permisi!" sahut bapak guru.

"Silahkan duduk pak!" kata ibu Fiko.

Sesaat kemudian bapak guru bercerita banyak hingga Fiko dan Agam dimintai keterangannya di kantor polisi.

"Lantas setelah ini bagaimana pak, apakah Fiko masih harus ke kantor polisi lagi atau tidak ya?" tanya ibu Fiko.

"Kalau masalah itu, tergantung pihak polisi bu. Seandainya pihak berwajib membutuhkan keterangan lebih lagi dari kasus ini, baru Fiko dipanggil lagi!" jawab bapak guru.

"Apakah anak saya akan ditahan juga ya pak?" ibunya Fiko khawatir.

"Ooh tidak bu. Ibu gak usah terlalu khawatir tentang itu, karena yang berstatus pelanggar hukum adalah Agam. Sedangkan Fiko itu hanya sebagai sumber informasi tempat kejadian, dan sekaligus sebagai pihak korban!" ujar bapak guru.

"Kira-kira kapan pak anak saya dipanggil lagi ke kantor polisi?" ibu Fiko masih terlihat belum tenang.

"Belum tau bu. Karena pelaku kasus ini selain Agam, masih ada satu orang lain lagi. Sedangkan satu orang yang lain itu masih dalam penanganan dokter khusus dari kepolisian, sebab ada indikasi konsumsi obat terlarang, begitu bu!" jelas bapak guru.

"Lalu bagaimana dengan si Agam sekarang pak?" tanya ibunya Fiko lagi.

"Agam sekarang ditahan oleh pihak kepolisian hingga teman nya sudah bisa dimintai keterangan. Kalau sudah didapat keterangan dari temannya, dan vonis dijatuhkan, baru mereka berdua nantinya dipindahkan k penjara!" jelas bapak guru.

Obrolan di rumah Fiko berlanjut tidak terlalu lama. Setelah bapak guru Fiko bercerita lengkap tentang kejadian hingga di kantor polisi, mereka menyerahkan Fiko pada ibunya lalu berpamitan pulang.

"Baiklah bu, nanti bila ada berita baru terkait masalah ini, saya akan segera sampaikan ke ibu secepatnya, ibu tenang saja, gak usah terlalu khawatir!" ujar bapak guru.

"Iya pak, terima kasih banyak untuk semua hari ini yang telah dilakukan bagi anak saya!" ujar ibunya Fiko.

Dua bapak guru Fiko setelah itu segera pulang, sedangkan obrolan di rumah Fiko masih berlanjut lagi hingga beberapa menit kemudian Wida dan Lera berpamitan pulang.

Saat Lera dalam perjalanan menuju rumahnya, mendadak:

"Kok aku tiba-tiba merasa ingin ketemu Fiko ya?! Padahal baru saja bersama dia beberapa menit yang lalu di rumahnya. Entahlah... yang jelas aku merasa enak dan nyaman saat ngobrol dengan Fiko!" gumam Lera dalam hati.

"Kok tumben ngelamun none, hehehee!" kata pak San sopirnya dengan tiba-tiba.

"Si Fiko bagaimana None keadaan lukanya?" tanya pak San.

"Tidak ada luka serius sih pak. Tapi kalau seandainya tadi tu tidak ada Wida, atau Wida terlambat datangnya, gak tau itu, mungkin dia saat ini opname di Rumah Sakit!" ungkap Lera.

"Aah, kok sampai segitu parah None?!" pak San terkejut.

"Iya, kan waktu itu Fiko dikeroyok!" tegas Lera.

"Kata None Lera, Fiko itu orangnya baik? Kenapa dikeroyok temannya?" tanya pak San.

"Itu benar pak, dia itu sangat baik hatinya, dan gak suka ribut, selalu suka mengalah. Dan ini dikeroyok bukan karena kejahatannya, tapi karena teman nya itu cemburu!" ungkap Lera.

"Ouwalaa... penyakit moral anak muda itu None. Hehehe, kasihan yang jadi korban!" ujar pak San.

*)bersambung ___