Chereads / Cinta Sepanjang Tiga Masa / Chapter 18 - Dia Sahabat Kekasihku

Chapter 18 - Dia Sahabat Kekasihku

Siang itu semua siswa-siswi sedang pelajaran di kelas masing-masing.

Di kelas Fiko saat itu terasa sunyi, karena sang guru memberikan tugas pada muridnya, dan semua sedang serius mengerjakan soal-soal yang diberikan.

Saat itu tiba-tiba:

"Plêg!" sebuah kertas yang dilipat-lipat kecil jatuh di meja Lera, tepat depan bukunya.

Lera tengak-tengok mencari asal kertas itu. Sedangkan Fiko yang mengetahui datangnya kertas itu dari belakang, seketika itu juga dia menoleh.

Saat Fiko menoleh, semua teman sedang menunduk mengerjakan tugas, namun Agam sendiri yang melongok, serta melotot matanya ketika Fiko melihatnya, lalu:

"Apa kamu lihat-lihat, mau nantang aku, iyaa?" ucap Agam geram.

Saat Lera menyaksikan ekspresi Agam terhadap Fiko, dia langsung berpikir:

"Pasti ini kerjaan Agam lempar-lempar kertas!" kata Lera dalam hati.

Setelah itu Lera ambil kertas tadi, dan melemparkan balik ke arah Agam. Namun Agam melemparkan lagi kertas tersebut pada Lera, sembari tangannya memberi isyarat agar Lera membuka lipatan kertas tersebut.

Saat kertas jatuh kembali di meja Lera, dibukanya segera, dan terdapat tulisan di dalamnya:

"Senang ya kalau sudah makan bakso berdua dengan si kéré. Kawan yang pernah dihajar orang demi kamu sudah kamu lupakan, mentang-mentang sudah dapatkan security yang baru! Pingin nyoba nih jadinya, seberapa kuat security baru mu itu, hahahaa... tunggu tayangannya!" tulis Agam.

Tak disangka-sangka, dengan beraninya Lera berdiri dan duduk di samping Agam yang kebetulan bangku di sampingnya kosong, kemudian...

"Apa sih maksudmu nulis seperti itu?" kata Lera agak ngotot.

"Hehee, pikir sendiri saja. Kan ini semua kamu yang jadi biang ceritanya!" sahut Agam.

"Ooh, jadi kamu iri ya aku makan bakso sama Fiko. Baiklah kalau begitu, tunggu sebentar ya!" ucap Lera dengan ketusnya sembari meninggalkan bangku Agam.

Terlihat Lera jalan terus ke depan tanpa berhenti di bangkunya sendiri.

"Hah, ke mana tu anak, kok nyelonong terus. Lho, lho, lhoo... habis ribut sama Agam kok ke meja guru? Wah, perasaanku kok mendadak gak enak ya?!" gumam Fiko dalam hati.

Setelah itu Lera keluar kelas, dan agak lama dia belum kembali masuk. Sehingga Angel dan Ratis yang duduk berdekatan, antara mereka saling bertanya:

"Ada apa tu Lera kok sepertinya sedang marah?" bisik Angel.

"Saya juga melihatnya, tapi entah... kenapa?!" sambung Ratis.

Beberapa saat kemudian sang guru berdiri, dan:

"Bagaimana, semua sudah selesai? Kalau sudah semua, silahkan diletakkan dipinggir meja, dan yang paling belakang maju mengumpulkan semua tugas, bawa ke meja saya!" ujar sang guru.

Dan belum sampai ada satupun siswa yang berdiri mengumpulkan tugas, pintu kelas terbuka, dan tampak Lera masuk membawa nampan yang terdapat tiga mangkuk bakso di atasnya.

Sang guru dan semua teman bengóng melihat Lera yang begitu nekad dan dengan santainya membawa bakso ke dalam ruang kelas. Lalu:

"Hey, sejak kapan ruang ini berubah jadi kantin, hah?!" bentak sang guru tiba-tiba.

Lera diam tidak gubris ucapan gurunya, dan terus melangkah hingga di bangku Agam dia berhenti, lalu menurunkan nampan di meja Agam sembari:

"Nih, makan dan habiskan semua, setelah itu jangan ngoceh lagi mulut mu, karena setelah ini kita impas!" ucap Lera seraya kembali ke bangkunya.

Agam mendadak bengóng dan menahan rasa malu terhadap guru dan semua temannya. Kemudian terdengar sorak sorai temannya meneriaki Agam:

"Ayooo, habiskan Gam, hahaha!" teriak temannya.

"Rejeki nomplok tu Gam, selesaikan segera, hehehee!" teriak temannya.

"Sepertinya kerjaan Agam betul semua tu, dapat bonus bakso, wkwkwk!" teriak temannya.

"Sudah, sudaahh, diam semuanya!" bentak sang guru.

Kemudian...

"Agam dan Lera silahkan maju ke sini!" perintah sang guru.

Sesaat kemudian Agam dan Lera maju, dan menghadap sang guru. Mereka berdua disidang di hadapan semua temannya.

Setelah itu sang guru meminta mereka berjabat tangan, dan kembali ke bangku masing-masing.

"Agam, ambil bakso itu dan pindahkan ke meja saya, selesai pelajaran nanti baru boleh kamu makan!" ujar sang guru.

"Iya pak!" jawab Agam sembari mengangkat nampan bakso tadi.

Setelah Agam meletakkan nampan, dia kembali ke bangkunya dengan melewati ruas jalan lain yakni melewati bangku Fiko.

Saat sampai di samping Fiko, dia sempatkan berhenti dan berbisik pada Fiko, namun Ratis memergoki tingkahnya.

Ketika bell berbunyi, jam pelajaran hari itu berakhir, semua bubar. Dan setiba di luar, Fiko segera mendekat Lera, lalu:

"Aku mau bicara sesuatu denganmu!" bisik Fiko yang kemudian mempercepat langkahnya mrnjauh.

Lera mempercepat langkahnya mengejar Fiko, hingga akhirnya mendapati Fiko sudah berhenti menunggu di ujung jalan di tikungan.

"Mau bicara apa?" tanya Lera.

"Maaf aku pingin tau, apa isi surat Agam yang dilempar ke kamu tadi?" tanya Fiko balik.

"Ooh, ini masih aku bawa, silahkan baca sendiri!" jawab Lera seraya memberikan suratnya Agam.

Fiko membaca dengan seksama. Dan sebentar kemudian Lera melihat Fiko seperti ada yang dipikir sambil gigit-gigit bibirnya. Lalu...

"Ada apa Fiko?" tanya Lera serius.

"Mmm, akan ada masalah yang berkaitan dengan ini!" ucap Fiko.

"Maksudmu ada masalah apa?" Lera mengerutkan dahi.

"Menurutku, dia itu kesalnya terhadapku. Tapi dia menggunakan kamu sebagai jalan untuk mengawali kemarahannya terhadapku!" jelas Fiko.

"Bagaimana kamu bisa berprasangka begitu?" tanya Lera.

"Karena dia tadi membisikkan ancaman kepadaku!" kata Fiko.

"Menurutmu apa yang ada dalam pikiran dia?" tanya Lera.

"Bisa saya pastikan, dia cemburu terhadapku!" tegas Fiko yakin.

"Emangnya dia ngancam siapa?" lanjut Lera.

"Dia mengancam akan menghajarku, bila dia lihat aku berduaan lagi bersama kamu!" ungkap Fiko.

"Aku paham sekarang. Berarti dulu itu selama aku sering mengajaknya, dia sangka aku jatuh cinta padanya. Tapi aku akan membelamu, tenang saja!" kata Lera sambil menepuk pundak Fiko.

"Sebentar, apakah di antara kalian pernah ada hubungan asmara?" tanya Fiko.

"Tidak. Aku hanya sekedar makan bareng saja, dan tidak pernah bicara apa-apa tentang cinta. Uuh, dia aja yang salah tafsir!" jelas Lera.

"Fiko, itu sopirku sudah datang, kamu ikut sekalian aja ya, aku antar pulang!" kata Lera.

"Baiklah!" sahut Fiko.

Saat di perjalanan pulang:

"Hehehe, pasti tadi Ratis mencarimu!" kata Lera.

"Hahaha, bisa jadi begitu, karena biasanya jalan bareng sampai simpangan tempat dia biasa nunggu angkot!" sahut Fiko.

"Eeh, aku turun sini aja Lera!" kata Fiko tiba-tiba.

"Kok tidak sekalian belok?" kata Lera.

"Gak apa-apa, tinggal sedikit lagi, biar aku jalan kaki saja. Terima kasih sudah ngantar saya. Terima kasih pak San!" Fiko turun.

"Sampai besok ya!" kata Lera.

Sesampai di rumah Fiko merenung:

"Kasihan Ratis kalau sampai mendengar hal ini. Dia pasti menyangka ini ulahku, yang padahal kemauan Lera sendiri demi bisa buktikan bahwa dia telah berubah. Hhhmm, mudah-mudahan Lera secepatnya bicara sama Ratis, agar tidak salah paham!" gumam Fiko dalam hati.

*)bersambung ___