Chereads / Silver Dynasty | Dinasti Perak / Chapter 58 - Serbuk Perak (7)

Chapter 58 - Serbuk Perak (7)

Bila kondisi Salaka dan Candina dalam keadaan seratus persen bugar, mereka dapat sempurna menghadapi Vlad dan Cristoph. Keduanya memberikan perlawanan maksimal untuk menjaga wilayah Dahayu. Tapi Vlad dan Cristoph bukan hanya kuat, mereka juga terlatih sangat baik.

"Salaka!" teriak Candina khawatir. Tangisnya hampir pecah. Menyaksikan Salaka menjadi bulan-bulanan.

"Kami tak berniat jahat, Salaka," ujar Vlad. "Kalau kami berniat jahat, sejak tadi pedang ini bersarang di tubuhmu!"

"Lebih baik kita akhiri segera, Vlad!" saran Cristoph.

Sebuah tendangan keras bersarang di paha kanan Salaka. Pukulan gagang pedang mendarat di ulu hati. Satu lagi tendangan Cristoph ke arah dada mendorong Salaka terhuyung, terdorong beberapa langkah dan jatuh tersungkur.

"Salakaaa!"

🔅🔆🔅

Vlad dan Cristoph menyarungkan senjata masing-masing. Mereka mengambil jarak, menjauh dari dua sosok tumbang di depannya.

Salaka mendesis menahan sakit. Kerisnya masih terhunus dengan tangan bergetar. Ia mencoba bangkit namun hanya mampu berdiri dengan kedua lutut menyangga tubuh. Sekujur tulang belulang dan otot-ototnya diserang nyeri luarbiasa.

"Salaka…?" bisik Candina, menyeret tubuh mendekati Salaka.

"Kita…kita harus mempertahankan..harus bisa…menjaga gerbang Dahayu ini," bisik Salaka menegaskan.

"Tapi," balas Candina cemas, mulai kehilangan harapan,"…kamu dan aku terluka seperti ini."

"Kita belum kalah, Candina!" tegas Salaka. Ia menyarungkan keris, sembari menggamit lengan Candina.

Cristoph tertawa.

"Kau sudah kalah, Salaka!" serunya. "Lebih baik menyingkir dan beri kami kesempatan mengambil bongkahan perakmu!"

"Salaka?" Candina bertanya, setengah tak percaya.

"Ayo, bangkit, Candina!" bisik Salaka setengah membentak. "Prajurit perak tak lumpuh hanya karena sakit!"

"Apa…kamu mau melakukan apa?" tanya Candina lagi.

Salaka mengangguk yakin, "Kau dan aku bisa menggabungkan kekuatan. Ayo, kita pusatkan kekuatan dan pikiran."

Salaka membantu Candina berdiri. Keduanya mencoba tegak, sembari menahan rasa sakit yang makin menjadi. Candina membebat lukanya dengan sobekan kain batik. Sesaat memejamkan mata, memusatkan pikiran hanya tertuju pada lawan-lawan mereka. Bukan pada rasa sakit, apalagi kelemahan dan kekalahan.

Salaka dan Candina mengatupkan kedua belah telapak mereka, saling beradu. Ketika menarik kembali telapak ke arah tubuh, samar jejak berkilau menari-nari.

"Cristoph, hati-hati!" Vlad berteriak.

Salaka menyerang kedua lawannya, sementara Candina berusaha membuat areal pertahanan bagi mereka berdua. Cristoph terkejut dengan kekuatan baru yang seolah tak bertenaga, namun menimbulkan hawa dingin yang tajam dan mengiris.

"Vlad!" teriak Cristoph. "Senjata tak terlihat!"

Ayunan pukulan Salaka dan Candina terlihat lamban, namun membawa pukulan beban yang sangat berat. Saat Cristoph mencoba menahan sembari menghunus pedang kembarnya, ia terhuyung ke belakang dengan mata terpejam. Siutan angin itu seperti melemparkan debu-debu ke arah mata.

Walau kehilangan banyak tenaga, Candina masih mampu memberikan pukulan dan tendangan seraya melemparkan untai-kemilau yang lebih mirip rantai pemukul. Pinggang Cristoph dibelit tali tak tampak yang merupakan gabungan kekuatan Salaka-Candina. Bukan hanya membelit, tali itu mengangkat tubuhnya. Memutar-mutarkan bak kambing guling di pemanggangan. Cristoph tak mampu melepaskan diri.

"Cristoph!" teriak Vlad. "Serbuk perakmu!"

"Persediaan kita menipis, Vlad!" teriak Cristoph dengan mata berkunang dan perut mual. Kekuatannya makin rontok.

"Berikan saja! Percaya padaku!" tegas dan yakin suara Vlad, sembali menggenggam erat pedang tipisnya.

Sebelum Cristoph benar-benar terjatuh, ia melemparkan serbuk perak ke arah Vlad yang menyambutnya dengan hunusan pedang. Pedang tipisnya berkilau, meneluarkan cahaya berkilat tipis. Pedang itu menari lincah di udara membelah serangan Salaka dan Candina.

Terkejut dengan kekuatan lawan, Salaka menahan serangan dan pertahanan Candina terbuka sesaat.

Pedang Vlad menerobos masuk, meluncur cepat ke arah Salaka!

Hhheeeeeyyyaaaaah.

Lengan kuat Vlad berpadu dengan pedang khusus yang diciptakan untuk menghadapi orang-orang tak biasa.

"Uuuugggrrrrh!!!" teriakan panjang Salaka dipenuhi derita dan kepedihan.

Bahu kiri Salaka terluka cukup dalam.

Tak mungkin menghunus senjata atau menggunakan kekuatan gabungan dengan kondisi tubuh terluka seperti itu. Jika memaksakan diri, baik Salaka atau Candina dapat tewas mengenaskan. Tapi mereka pun tak dapat berpikir bahwa perjuangan menjaga bongkahan perak harus berakhir mengecewakan. Kekuatan gabungan Salaka dan Candina terpecah. Sekali lagi, Vlad berada di atas angin. Kali ini, Vlad tak memberikan ruang bagi kedua lawannya untuk bergerak leluasa. Kondisi Cristoph terjatuh di sudut, tak mampu memberikan bantuan.

"Cepat, Vlad! Akhiri segera!" pinta Cristoph. "Jangan beri ampun."

"Aku tak berniat menghabisi mereka," desis Vlad. "Tapi, akan kubuat kalian benar-benar tak berkutik!"

Ayunan pedang.

Tendangan.

Pukulan.

Tamparan.

Gempuran.

Vlad melemparkan serangan tanpa henti bersama kilatan pedangnya yang semakin cepat bergerak, meninggalkan jejak zigzag. Pedang Vlad berlapis serbuk perak yang memberikan kekuatan berlipat bagi senjata maupun tuannya. Satu hantaman Vlad membuat lawan tersungkur.

"Salakaaa!" teriak Candina, memburu tubuh rekannya agar tak terbanting keras ke lantai."Kau keterlaluan…Vlad! Kau…akan mendapat balasan setimpal!"

Vlad melakukan hal yang sama pada Candina.

Kedua prajurit perak, penjaga ruang Dahayu, terjerembab. Salaka terluka parah. Candina mencoba melindunginya dengan tenaga tersisa. Vlad, tamu dari Rumania yang mengingankan bongkahan perak, menyarungkan pedangnya. Cristoph menatap penuh kemenangan. Candina menolehkan kepala, memejamkan mata. Tak sanggup melihat kedua tangan Vlad menyakiti mereka kembali. Vlad menarik napas. Mengambil kuda-kuda terakhir. Kedua tangannya terangkat tinggi, siap memberikan hadiah pukulan.

🔅🔆🔅

Pintu terbuka. Sepasang langkah bergerak mendekat.

"Salaka! Candina??!" suara itu terkejut. Panik. Tak percaya.

Dari sudut mata yang dipenuhi airmata kesakitan dan kesedihan, Candina melihat seseorang mendekat. Pikiran buram Candina mencoba bekerja. Apa yang dilakukan Silva di ruang Dahayu? Ke mana saja dia menghabiskan waktu? Mengapa ia tetiba masuk ke ruang seni Nirvana dan menuju pusat Dahayu? Satu sengatan kesadaran membuat Candina terkesiap.

Silva dapat melihat mereka!

Silva bahkan menerobos benteng perak, berlari ke arah Salaka dan Candina! Berlagak mampu membantu, Silva mencoba memeluk tubuh tinggi Salaka yang kehilangan kekuatannya. Vlad dan Cristoph pun terkejut melihat kehadiran Silva. Menggeram keras, Vlad diliputi kemarahan. Kedatangan bantuan tak terduga akan mengubah rencananya yang tinggal selangkah lagi. Tak ada pilihan lain bagi Vlad kecuali menghajar tiga sosok yang saling berpelukan dan saling ingin menolong.

Candina melihat gerakan tangan Vlad. Ia berteriak ke arah Silva.

"Silva! Awaaaas!!"

Silva menoleh ke arah yang ditunjukan arah pandang Candina.

Refleks, Silva mengangkat telapak tangannya untuk melindungi kepala.

Telapak tangan tak bersenjata. Telapak tangan yang terangkat tanpa pikir panjang.

Sedetik kemudian, Vlad dan Cristoph berteriak tertahan. Tubuh keduanya terbanting jauh, hingga menembus keluar benteng transparan. Bahkan Candina tak mempercayai pandangannya. Pikiran kusutnya hanya dapat melihat satu jalan keluar.

"Silva! Bantu aku membawa Salaka ke ruang bawah tanah!"

Silva, seolah menyadari telapak tangannya mampu menahan Vlad dan Cristoph, tetap mempertahankan posisi.

"Silva! Bantu aku bawa Salaka. SEKARAAANG!"

🔅🔆🔅