Salaka mengibaskan kain batik, menyelipkannya di pinggang. Celana panjang hitam dikenakannya sebagai pelindung. Jelas-jelas, tamu di depannya mulai tak bersikap ramah ketika membahas perak.
"Aku harus melindungi rakyatku, Salaka," Vlad berucap tegas.
"Aku pun demikian, Vlad!"
Dalam dinding perak tembus pandang yang tak terlihat mata biasa, dua sosok pemuda bertarung dengan kekuatan dan kecepatan penuh.
🔅🔆🔅
Langkah-langkah kaki cepat mendatangi ruang Dahayu. Setengah berlari. Setengah melayang. Saat membuka pintu besar Nirvana, tak terlihat satupun sosok di dalamnya. Bukankah semua berkumpul di aula utama Javadiva? Bila semakin masuk ke dalam, utamanya ke ruang tengah Dahayu, udara dingin menikam kulit. Angin di dalam ruangan seolah bertiup kencang.
"Candina!"
"Cristoph!"
"Salaka! Apa yang…??!"
"Vlad! Ce se intampla? Ce faci?*"
"Cristoph! Hilf mir! Er ist so stark!**"
Empat orang dalam dinding perak terbagi menjadi dua kubu. Cristoph, pemuda bertubuh tinggi dengan rambut pirang dan mata biru kehijauan segera berlari ke arah Vlad. Berdiri si sisinya, siap memberi dukungan. Sama seperti Vlad, ia mengenakan setelan jas hitam berkemeja putih, dengan bros perak berbentuk paruh.
"Candina, hati-hati! Jangan lengah!" ujar Salaka.
"Kamu bagaimana?" tanya Candina cemas.
"Aku baik-baik saja!" tegas Salaka.
"Mereka prajurit perak, Cristoph!" desis Vlad.
"Apa harus begini cara kita?" Cristoph berbisik khawatir. "Kita tak tahu kekuatan lawan!"
"Kita harus menembus ruang bawah tanah di sini. Ada banyak bongkahan perak!"
"Benarkah?" mata Cristoph membelalak.
Salaka, berdiri di samping Candina mengambil kuda-kuda. Di hadapan mereka, Vlad dan Cristoph mengambil posisi yang sama. Walau pada awalnya terlihat ragu melihat sosok Candina; dua pemuda Eropa itu tetap mengambil sikap siaga.
"Kami tak terbiasa memukul perempuan!" seru Cristoph.
Candina tertawa, mengeluarkan jam bandul dari balik lipatan kebaya.
"Pikiranmu akan berubah, tuan Cristoph!" ejek Candina.
Salaka bertahan terhadap serangan bertubi Vlad. Sementara Candina, menggunakan jam bandul yang memiliki rantai panjang dan kuat melayani Cristoph. Pertempuran kedua antara Salaka dan Vlad lebih berbobot. Tak lagi ajang perkenalan. Benar-benar mulai berusaha menekan lawan walau belum sampai pertempuran mematikan.
Tubuh tinggi Vlad memiliki keuntungan.
Salaka, yang beberapa inci lebih pendek, harus berhati-hati. Padahal Salaka termasuk pemuda tertinggi di Javadiva! Jangkauan lengan Vlad dan Cristoph lebih jauh. Mereka dapat menghindar dan bergerak lebih lincah. Kanan, kiri. Depan, belakang. Berputar. Menghindar. Awalnya, Vlad dan Cristoph merasa dapat cepat menaklukan tubuh Salaka dan Candina yang lebih mungil. Mereka keliru!
Sekali waktu, pukulan Vlad beradu dengan pertahanan lengan Salaka. Sebagaimana Cristoph yang melayangkan tamparan ke arah Candina. Baik Vlad dan Cristoph terkejut, merasakan liat dan lentur tubuh lawan-lawan mereka. Bila tak berhati-hati, pukulan Salaka dapat melumpuhkan anggota tubuh.
Bukkk.
Bukkk.
Shuuuyytt.
Plaaakkkk.
Pertarungan berlangsung sama-sama kuat selama beberapa lama.
Sekali waktu, telapak tangan Salaka mengikuti gerakan lengan Vlad, mengikuti ayunan. Meminjam tenaga lawan, Salaka mendorong telapak tangannya ke arah ketiak dalam. Dada kanan Vlad terkena hantaman. Ia terhuyung. Melihat rekannya terkena pukulan, Cristoph mengalihkan pandangan dua detik. Waktu yang digunakan Candina untuk melayangkan bandul berantainya hingga mengenai pelipis Cristoph.
Cristoph merasakan pening luar biasa. Kedua kakinya kehilangan keseimbangan.
Salaka dan Candina mundur ke belakang. Menarik napas, mengatur strategi.
Di depannya, Vlad dan Cristoph mengatur energi. Saling berpandangan, keduanya melempar kata-kata.
🔅🔆🔅
Perkelahian semantara dikuasai Salaka dan Candina.
Pantas saja, pikir Vlad cepat. Tak mungkin prajurit perak yang menjaga bongkahan perak sosok-sosok sembarangan. Mereka harus bergerak cepat.
"Cristoph, Schwert#!"
"Oke, Vlad! Dublã -sabie##!"
Vlad mengeluarkan sebilah pedang panjang dari balik jas. Pedang itu ramping dan kecil. Dengan ujung runcing dan tepian bilah berkilat, menunjukkan ketajaman. Cristoph mengeluarkan pedang lebih kecil, sepasang pedang pendek yang juga tersimpan rapi di balik jas.
Candina menatap Salaka.
Salaka mengangguk, menenangkan gadis di sampingnya. Ia mengeluarkan sebilah pedang berkelok yang disambut Cristoph setengah tertawa.
"Pedangmu bengkok, Salaka!" ejek Cristoph.
"Kau boleh tertawa, Cristoph!" ledek Candina. "Sesudah ini, kau akan menangis minta ampun!"
Vlad memperingatkan rekannya.
"Dia bukan orang sembarangan, Cristoph!" tegur Vlad. "Semakin asing sebuah senjata bagimu, kau harus berhati-hati meramalkan daya rusaknya!"
Menyadari kesalahannya, Cristoph memusatkan perhatian seutuhnya pada Candina. Gadis dalam balutan kebaya dan kain jarik batik itu sama sekali tak bisa diremehkan. Ia lincah. Bertenaga. Daya pukulnya lumayan, apalagi ditambah ayunan bandul.
Perkelahian yang berikut berlangsung.
Senjata-senjata logam beradu. Kilatan cahaya yang memantul dari percikan gesekan. Pedang berkelok atau pedang bengkok dalam pandangan Vlad dan Cristoph adalah sebilah keris berhulu kayu dengan dua tepian terbagi dua : besi dan perak. Senjata itu di tangan Salaka seperti seekor ular bermata dengan lidah berbisa yang siap menerkam.
Di lain pihak, Candina mulai kewalahan menghadapi Cristoph yang lincah menggunakan dua bilah pedang pendek. Rantai jam bandul sangat kuat untuk menahan serangan. Namun, tubuhnya tak cukup tangguh menghadapi kegigihan pemuda macam Cristoph. Apalagi, selama berhari, berminggu, Candina kelelahan dengan urusan mendampingi Silva.
Satu teriakan dan hentakan membuat Candina terkejut. Kesempatan emas bagi Cristoph untuk melayangkan pedang pendeknya ke arah sasaran.
"Aaaagggghhhh!" Candina berteriak kesakitan.
Tanpa ragu, Cristoph melepaskan tendangan ke arah kaki Candina hingga gadis itu terlempar beberapa meter.
"Candinaaa!!!" teriak Salaka.
"Tambahkan serbuk perak! Perluas dindingnya!" perintah Vlad.
"Tapi…"
"Cepat, Cristoph! Jangan sampai orang biasa melihat pertarungan ini!"
Cristoph menyarungkan satu pedang pendeknya. Meraih serbuk perak, menaburkannya di sekeliling ruang Dahayu. Benteng tembus pandang itu makin meluas. Melihat Candina teronggok di sudut, Salaka kehilangan konsentrasi. Saat yang baik bagi Vlad untuk merangsek ke depan, menyerang bertubi pemuda di depannya. Candina mencoba bangkit, lengannya sobek cukup dalam. Rasa nyeri hingga ke ulu hati. Gadis itu mencoba berdiri, namun hanya mampu satu kaki. Satu kakinya terkena tendangan keras Cristoph yang menyebabkan urat-urat betis terasa robek. Melihat Salaka bertarung seperti itu, hanya kemarahan dan kesedihan yang menyala di hatinya.
Melihat Candina melemah, Cristoph mengalihkan perhatian ke arah Salaka.
Tiga pedang.
Satu keris.
"Kami hanya minta sebagian bongkahan perak," ujar Vlad. "Kami tak minta semua!"
"Tidak!" tolak Salaka. "Kau tak bisa minta sebagian, tidak seluruhnya. Bahkan sebagian kecilpun tidak!"
"Sombong sekali, Salaka!" bentak Cristoph. "Kami akan melumpuhkanmu, dengar?!"
Kondisi Salaka pun tak prima. Selama Candina pergi mencari Silva, selama itu ia bersemedi mengerahkan seluruh tenanga fisik dan batinnya, mencari keberadaan Silva. Bahkan, Salaka tak mengetahui mengapa Candina bersikeras menolong Silva. Gadis yang sama sekali merepotkan, tak memberi manfaat apapun!
"Tak akan mudah bagimu menaklukan Pangeran Nistalit-Giri!" bentak Candina.
"Diamlah, Candina!" bentak Salaka, memusatkan pikiran.
Memperkuat kuda-kuda.
Vlad dan Cristoph saling memandang, mengangguk, memberi isyarat untuk menyerang bersamaan.
🔅🔆🔅
_____________
Ce se intampla? Ce faci?* : Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan (bahasa Rumania)
Hilf mir! Er ist so stark!** : Tolong aku! Dia sangat kuat (bahasa Jerman)
Schwert# : pedang (bahasa Jerman)
Dublã -sabie## : double sword (bahasa Rumania)