Aula ruang kesenian Nirvana yang terletak di ujung kompleks sekolah bakat minat Javadiva, sesungguhnya terdiri dari tiga ruang utama. Ruang musik atau Calya, ruang menggambar atau Dahayu, ruang tari atau Janaloka. Dahayu terletak di tengah-tengah, sebagai pemisah antara Calya dan Janaloka yang sering mengeluarkan suara-suara keras saat berlatih.
Para siswa senang berlama-lama di Nirvana.
Nirvana sendiri lebih mirip sebuah benteng yang dibangun dari batubata-batubata lama, dengan pintu-pintu raksasa terbuat dari kayu Kalimantan yang kokoh berwarna coklat tua. Engsel dan pegangan pintu berukir hitam, memberikan isyarat bahwa pintu-pintu itu tak mudah didorong atau dibuka. Lorong-lorong di tepian Nirvana dihiasi jalan setapak, dengan rumput-rumput hijau yang rapat. Dalam jarak tertentu, perdu bunga soka tumbuh terawat. Cahaya matahari masih dapat masuk dari ruang-ruang terbuka atap Nirvana
Baik Calya, Dahayu maupun Janaloka sendiri merupakan ruang-ruang sangat besar dengan berbagai alat sesuai jenis keseniannya. Meski pintu Nirvana dan tiga ruang seni di dalamnya berlapis-lapis, seisi sekolah dapat mendengar suara-suara yang merembes keluar : para siswa yang terbahak, saling menggoda, berkelakar, mendapatkan energi dari seni-seni yang dipelajari.
Hanya segelintir orang yang mengetahui, di tengah-tengah Dahayu, terdapat sebuah celah tersembunyi.
🔅🔆🔅
Salaka dalam semedinya :
"Candina,
kau tahu kekuatan yang kumiliki. Dahulu aku begitu digdaya. Tapi ruang dan waktu menggerogoti kemampuanku. Aku hanya mampu bertahan dalam jarak 300 meter dari pusat Javadiva. Mata batinku tak bisa menembus lebih jauh dari itu. Mata kepalaku hanya berkisar lebih sedikit dari jarak tersebut. Aku tak bisa keluar Javadiva lebih jauh dari yang seharusnya."
Candina dalam semedinya :
"Salaka,
aku tak bisa membuka suara terlalu sering. Kita tak tahu, seberapa aman Javadiva bagi dinasti perak, terutama Nistalit Giri. Beberapa pasang mata menatap aneh ketika kita bersama. Aku tak tahu, mereka dipihak siapa. Aku minta dengan sangat, carilah keberadaan Silva."
Salaka dalam semedinya :
"Candina,
mengapa kau begitu menumpahkan perhatian pada Silva? Kita memiliki tugas utama yang tak bisa ditunda-tunda. Mantra dalam manuskrip kuno leluhurku belum menemukan pemecah kuncinya. Kalau kau tak bisa menuntaskan tugasmu, kau harus mundur! Aku akan mencari penggantimu."
Candina dalam semedinya :
"Salaka,
aku curiga tentang Silva. Maksudku, aku menduga ada hal-hal di luar nalar terkait dia. Ingat ketika dia membelaku beberapa waktu yang lalu? Sesungguhnya, aku dan dia sering mengalami perundungan. Dia diejek, akupun demikian. Kadang-kadang, anak-anak Javadiva mengganggu aku dan dia secara fisik. Sekali waktu, kakiku disandung agar aku jatuh terjerembab. Silva pun begitu. Kadang, rambutku ditarik tanpa sebab. Silva juga mengalaminya."
Salaka dalam semedinya :
"Candina,
apa yang hebat dari Silva? Dia gadis paling lemah yang aku kenal. Pendiam luarbiasa. Kukira dia bisu tuli karena jarang orang mendengar suaranya. Bagaimana mungkin, gadis seperti itu punya sesuatu yang istimewa? Kalau ada yang di luar nalar, mungkin hanya kebetulan saja."
Candina dalam semedinya :
"Salaka,
sesungguhnya bukan kali ini saja Silva menolongku. Dia memang gadis baik. Kadang dia menolong Sonna. Kadang dia menolongku. Kadang dia menolong siapa yang bisa dia tolong. Seingatku, ia sudah tiga kali menolongku. Tiga peristiwa yang kucatat dengan baik kejadiannya dalam ingatan."
Salaka dalam semedinya :
"Candina,
cepat sampaikan maksudmu. Aku khawatir, perbincangan kita dalam semedi ini akan menimbulkan kecurigaaan. Jangan sampai kita terlalu lama di Dahayu."
Candina dalam semedinya :
"Salaka,
tiga kali Silva menolongku, orang-orang yang memukul kami mengaduh kesakitan. Mereka yang memukul, mereka yang menjerit. Seolah Silva, berlipat ganda kekuatannya ketika berada di dekatku. Aku belum tahu dengan pasti, dan aku ingin sekali menjajagi kemungkinan ini. Maka aku mencari Silva.
Sepertinya dia tengah melarikan diri entah ke mana.
Mungkin ia menenangkan diri.
Aku jumpai tangannya lebam-lebam sepulang dari rumah sakit tempat Initta dan Zaya dirawat. Kudengar ia dianiaya ibu Zaya. Lengannya terluka cukup dalam. Ibu Zaya memukulnya dengan rantai tas tangan. Tentu, Silva terluka. Tapi luka dilengannya seperti luka bakar yang melepuh. Tetiba aku teringat, keturunan dinasti perak akan melepuh tubuhnya ketika bersentuhan dengan logam selain bahan Salaka*."
🔅🔆🔅
___________________
*Salaka : perak (bhs. Sanskrit)