Gosha menancapkan kaki-kaki kokohnya menembus bumi.
Dari angkasa, Kund melesat berputar-putar, menimbulkan badai gemuruh yang menghimpun kerikil tajam dan debu-debu tanah kering. Tubuh gilignya lentur bergerak menembus awan, udara, angin; bergerak cepat naik dan turun tanpa kendala. Jejak terbangnya menimbulkan awan panas yang menimbulkan letikan api. Ketika Gosha menengadahkan kepada, mengarahkan pandangan ke langit, wajah merah legam Kundh menatapnya penuh ancaman.
Kundh menyerang kuat dari arah depan. Tubuhnya mudah berkelit dan menghindar, ringan melayang walau membawa bobot yang besar. Dua kaki depan dan kaki belakangnya langsing terjaga awas, kuku-kukunya melengkung siap menerkam. Di bawah lengkungan kuku, terselip serbuk bisa yang luarbiasa ganas.
Sekilas Kundh berada di atas angin.
Tapi ia tak boleh lengah. Gosha, panglima kebanggan Aswa bukan sosok main-main. Separuh wujudnya dapat berubah menjadi pemuda perkasa yang tangkas menyerang, separuh wujudnya kuda bersayap yang memiliki kekuatan dahsyat. Tak mudah menebak, Gosha akan menggunakan wujud yang mana ketika melawannya.
Berbeda dengan Kundh, yang memilih menjadi panglima tempur dengan tubuh gilig bersisik yang memiliki sayap dan kaki langsing. Sang panglima Vasuki merasa lebih bertenaga ketika melayang di angkasa sembari menggeliat-geliat dan berputar cepat mencari titik lemah lawan. Sementara Gosha berusaha berpindah dari satu wujud ke wujud yang lain.
Tap!
Tap!
Tap!
Suara bergemeretak udara terbelah.
Kundh meluncur cepat, di saat Gosha sedang beralih ke wujud asli wangsa Pasyu Aswa. Siapapun tahu. Masa peralihan adalah masa lemah yang mudah dicuri lawan. Walah Kundh dirugikan dengan wujud pilihannya yang tak mudah berpindah senjata, kenyataannya, Gosha yang berniat menangkap kepala Kundh dengan kedua tangannya yang kuat terlambat sesaat.
Yang bisa dilakukan Gosha adalah menancapkan kakinya kuat-kuat ke bumi agar tubuhnya tak mudah dilumat Kundh yang seketika membelitnya.
"Aswa selalu berpikir mereka paling unggul di antara wangsa Pasyu yang lain," ejekan Kundh yang berbisik, menyakitkan telinga.
"Kami tidak pernah berpikir demikian!" sanggah Gosha.
"Omong kosong! Kau! Rajamu! Ratumu! Selalu merasa makhluk paling tinggi dan paling berkuasa! Kau merasa mampu mengatur semua!"
Kundh menguatkan libasan.
Gosha bertahan berdiri, kakinya telah menyatu dengan bumi.
"Apa salah Aswa sampai kau menyerang kami??"
"Tanyakan itu pada Shunka dan Laira!" bentak bisikan Kundh.
"Kami menghormati raja Tala hal Vasuki. Bagaimana bisa kau menghancurkan persekutuan?!"
Tawa panjang bernada ejekan dari Kundh, menusuk telinga Gosha hingga ia memusatkan pikiran untuk menenangkan diri.
"Rajaku, raja kami, raja Tala hal Vasuki memang pantas dihormati! Dialah raja segala raja, yang pantas memimpin Vasuki. Dia raja kuat yang bisa menyatukan Vasuki, Aswa, Mina dan Paksi. Perlu satu raja untuk bersatu. Empat raja hanya akan saling menipu!"
"Kau salah!!! Raja Shunka, Raja Ame dan Raja Rohid tak pernah menipu siapapun. Tidak juga rajamu, raja Tala!"
Kundh membentak.
"Perlu hanya satu raja untuk memandu! Perlu hanya satu panglima untuk bersatu!"
Gosha berkeringat.
Ia lengah tadi, hingga Kundh membelit semua sendi-sendinya. Andai bisa bergerak sedikit untuk melemparkan sebuah pukulan, walau dengan ujung lengan atau sayap –entah wujud mana yang masih bertenaga, ia pasti bisa meloloskan diri.
Kundh benar-benar berniat menghabisinya.
Pijakan Gosha mengendur, pertempuran melelahkan selama tiga hari tiga malam telah membuat keduanya sempat mundur. Entah mengapa, Kundh mendapatkan kekuatannya lagi dan lagi.
"Berhati-hatilah, Gosha, Panglima kami," Laira memberikan percikan kekuatan padanya sebelum berangkat. "Kita tidak tahu, Tala hal Vasuki bersekutu dengan siapa. Kekuatannya begitu berlipat sekarang."
Laira halla Aswa meminjamkan kekuatannya.
Gosha memejamkan mata, membayangkan sang ratu melemah di istananya. Bila Gosha tak mampu memenangkan pertarungan ini, boleh jadi Laira pun tak akan selamat. Tak dapat dibayangkan kerajaan Pasyu Aswa tanpa ratu mereka yang bijaksana. Ingatan akan kerajaannya, rakyat Aswa, raja Shunka dan ratu Laira menguatkan semangat Gosha. Ia berteriak keras yang mengejutkan Kundh.
Belitan Kundh melemah sesaat.
Gosha mengerahkan kekuatan ke arah kedua lengannya.
Namun, upaya perpindahan wujud yang belum sempurna membuat cengkramannya pun tak sepadan dengan tenaga Kundh. Lengan Gosha melukai tubuh Kundh yang berteriak marah dan berbalik menancapkan taring.
Gosha mengatupkan geraham. Napasnya memburu. Bisa Kundh merambati sekujur pembuluh tubuh, menimbulkan rasa nyeri luarbiasa dan kematian di depan selaput mata.
❄️💫❄️
Bayangan cemerlang melintas ringan dan lekas.
Mengambil tempat di antara Gosha dan Kundh yang beradu nyawa.
Ia meletakkan telapak tangannya ke kepala Gosha, memberikan hentakan kecil dan arus hangat kekuatan meluncur masuk. Baik Gosha dan Kundh terkejut melihat sosok yang hadir.
"Milind?" desah Gosha, bergetar hebat menahan sakit.
"Bertahan, Gosha, Panglima Aswa!"
"Kau?!!" Kundh membentak sembari menahan rasa sakit di punggungnya.
Kehilangan kekuatan, membuat Gosha dan Kundh perlahan berangsur ke wujud mirip manusia. Keduanya jatuh berlutut. Sekujur tubuh Gosha dipenuhi luka, sisik-sisik Kundh yang tajam beracun menancap. Sementara Kundh kesulitan mencari sumber luka yang berada di belakang.
"Aku akan membawamu ke Vasuki, Kundh! Jangan khawatir," Milind menenangkan. Kerajaan mereka tak pernah bermusuhan. Para panglima juga bukan saling berlawanan.
"Dia akan mati," cegah Gosha. "Tekanan udara dan kecepatan gerakmu akan memperparah lukanya bila dibawa ke Vasuki. Bawa saja dia ke istana Aswa."
Pedang dahat milik Milind menancap di punggung Kundh.
Kedua panglima hebat tersebut melemah, tersuruk di tanah.
Dengan lengan kanan dan kiri, Milind mengangkat keduanya, melayang ringan dan cepat menuju istana Aswa.
❄️💫❄️