Sesosok gadis mengenakan gaun bermandikan darah kental dan amis terbangun dari tidur panjang. Perlahan matanya terbuka. Ia berusaha menghalau cahaya menyilaukan retina yang masuk.
"Ada di mana aku sekarang?"
Ingatannya berkelana akan peristiwa mengerikan, yang terjadi semalam.
Entah mengapa rem mobil yang dikendarainya tiba-tiba blong. Padahal sehari sebelumnya perempuan itu telah menyuruh Pak Ben, Orang kepercayaan melakukan servis rutin.
Luka menganga terdapat pada sekujur tubuh Serenety. Namun ada yang aneh saat ia mencoba menyentuhnya dia sama sekali tidak merasakan nyeri atau pun sakit.
"Hehehe...Kamu sudah siuman rupanya, Nak."
Binar mata Serenety mengamati dengan seksama akan sosok yang kini tengah berada tepat di hadapannya.
Seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun. Memakai mode pakaian yang belum pernah Serenety lihat sebelumnya.
"Siapa kamu?" Tanya Serenety terbata.
"Selamat datang di dunia kegelapan, Nak sayang."
"Perkenalkan namaku Ki Jomblo atau Jasper."
"Terserah kamu ingin memanggil dengan sebutan apa."
"Aku membawamu ke sini."
"Tanpa sengaja aku menyaksikan kecelakaan yang menimpamu seminggu lalu."
"Jiwa kamu kala itu tersesat. Hanya terdiam di tempat sambil menatap tubuhmu dengan tatapan kosong." Jelas Ki Jomblo.
"Sebelum jiwa dan tubuhmu di jadikan santapan hewan pengerat daging, Dari negeri Auror. Aku putuskan menyelamatkanmu secepatnya."
"Tolong antarkan aku pulang...." Pinta Serenety sambil memilih ujung kemeja yang terlihat basah oleh genangan darah.
"Hemm, Kamu yakin ingin pulang, sayang ?" Tanya Jasper sangsi.
"Huum." jawab Serenety menganggukkan kepala.
"Baiklah, Tapi hanya sepuluh menit saja. Aku akan membawamu menuju kediamanmu."
"Sekarang pejamkan matamu. Dan jangan pernah buka sebelum aku menyuruh untuk membukanya!"
"Sekarang pegang tanganku!" Perintah Ki Jomblo sambil mengulurkan telapak tangan.
Wussshhh.
Setelah Serenety memejamkan mata, ia merasa ada pusaran angin bergerak mengelilingi mereka berdua.
Perlahan tapi pasti angin itu pun bergerak membawa mereka berdua kembali ke dunia manusia.
Dalam sekejab mata tibalah mereka berdua di rumah mewah milik Serenety.
"Sayang, Aku merasa senang akhirnya istrimu, Perempuan bodoh itu dapat kita singkirkan." Ucap Edward sambil mengelus rambut hitam legam milik sahabat istrinya.
"Tentu saja Ana. Apa pun akan aku lakukan demi kamu."
"Emm, Bagaimana jasad Serenety apa sudah ditemukan?"
""Belum sayang, kecil kemungkinan dia selamat. Mobil yang dikendarainya jatuh dan terbakar."
"Pasti tubuh Serenety sudah hangus terbakar. Hahaha...."
Serenty mengepalkan kelima jari menahan geram. Ia sungguh tak menyangka Edward suami yang dicintainya, Tega bermain hati dengan sahabatnya sendiri."
Serenety teringat tiga hari jelang pernikahannya, dia menangkap basah Ana sedang menelepon seseorang.
Ana nampak sangat marah.
"Kenapa harus menikah dengan dia?"
"Kamu cukup ambil tanda tangannya saja."
Serenety menyentuh pundak Ana, membuat sahabatnya terlonjak kaget.
"Kamu kenapa, Ana?"
"Eh. Itu...." Ana nampak gelagapan menggaruk kepala yang tak gatal.
"Tidak ada apa-apa, Serenety."
"Sahabat aku di kampung tadi menelpon."
"Baiklah, Aku duluan pulang, ya," Pamit Serenety kepada Ana.
"Seharusnya aku tidak sebaik itu."
"Mempercayai ular berbisa seperti ana."
Pandangan Serenety beralih kepada Edward, Lelaki yang dicintainya sepenuh hati.
"Kamu keterlaluan Edward. Bahkan jasadku belum di temukan. Tapi kamu malah bermesraan dengan wanita lain."
Serenety tersentak dari lamunan ketika Mbah Jomblo menegurnya.
"Ayo, Eliz waktumu sudah habis. Sudah saatnya kita kembali!"
"Tidak, Mbah. Aku ingin tetap di sini."
"Aku ingin berikan kepada dua manusia tidak tahu malu itu!" Imbuh Serenety berapi-api.
Tanpa menunggu persetujuan Mbah Jomblo, Serenety menghambur ke arah dua manusia yang tengah di mabuk asmara.
Serenety mencoba menarik rambut ana. Sayangnya dia sama sekali tidak bisa menyentuh si pelakor itu.
Demikian pula saat Serenety berusaha menampar Edward, hasilnya nihil.
"Kamu belum bisa menyentuh mereka, sayang."
"Kenapa, Edward dan Ana harus aku berikan pelajaran!" Jawab Serenety tak terima.
"Nanti aku jelaskan. Sekarang waktunya kembali. Sudah ada yang menunggumu."
Gumpalan asap pekat kembali mendekati Serenety dan Ki Jomblo. Seperkekian detik dua orang berlainan jenis tiba tepat waktu.
Hening sesaat.
Serenety masih terduduk pilu menangis sambil memeluk kedua lututnya. Hanya dengan menangis ia dapat meluapkan seluruh rasa sedihnya.
Tangisan Serenety seketika terhenti saat mendengar lolongan anjing bersahutan.
"Hihihi...." Tiba-tiba saja gelegar suara mirip Mak Kunti terdengar bergema memekakkan telinga.
Tanpa Serenety sangka pria yang menyebut dirinya Ki Jomblo membungkukkan badan kepada tamu yang baru saja tiba.
"Say, Ayo beri kehormatan kepada Ratu Kunti."
"Dia yang akan menolongmu!"
Serenety bergidik seluruh bulu tubuhnya keremangan takkala berhadapan dengan perempuan seseram itu.
"Aku takut, Ki Jomblo," Jelas Serenety tak berani mendongakkan wajah.
"Ayo anak manis, Coba lihat ke sini, hihihi...."
Karena tak juga bergerak Ki Jomblo menyikut pinggang Serenety . Kemudian mendorong hingga nyaris terpental.
Ratu Kunti kemudian terbang menyalang mendekati Serenety yang terpaku gemetaran.
"Apa kamu perlu bantuanku?" Tanya Ratu Kunti sembari memegang rahang Serenety.
Meski rasa takut mendera seluruh urat syaratnya. Perempuan itu memberanikan diri mendongak menatap Ratu Kunti.
"Aku ingin pulang, Ratu."
"Tolong bantulah aku."
Hihihi....
Gaung tawa histeris Ratu terus mengalun merdu. Buat Serenety merasa akan kembali pingsan.
"Aku akan membantumu Serenety. Cukup dengan satu syarat. Kamu harus bersedia menggadaikan jiwamu untuk selamanya kepada kerajaanku."
"Kamu akan aku hidupkan kembali, Tapi sebagai balasan kamu juga harus menikah dengan pangeran dari negeri Mars."
"Serta harus melahirkan calon generasi penerus planet kami. Setelah dendammu terbalaskan."
"Apa kamu siap?" Tanya Ratu Kunti tak sabar.
"Iya, Bunda Ratu."