Sebelum malam yang di nanti tiba, Serenty bersama Jasper pergi ke pemakaman planet Mars.
Nama sebenarnya sosok yang menolong Serenty adalah Jasper , ajan tetapi Serenety lebih senang memanggil beliau dengan sebutan Ki Jomblo.
"Supaya terdengar beda dan keren." Kekeh Serenety menggoda.
Nampak mereka berdua kesana kemari sibuk memilih jasad yang sesuai sebagai inang, Tempat jiwa Serenety diami.
Para mayat gadis nampak segar bugar tak kurang suatu apa pun.
Serenety malah sempat tidak yakin jika dia sedang berada di antara onggokan badan tanpa nyawa.
Sudah setengah jam berlalu, namun Serenty belum juga menemukan sosok yang tepat untuk dia pilih.
"Duh, sayang lama banget sich pilihnya," Gerutu Jasper.
"Aku mau perempuan yang di sana!" Pinta Serenety menunjuk mayat gadis cantik mengenakan mahkota.
"Apa kamu yakin?"
"Ya."
Jasper nampak tengah berpikir dengan keras.
"Emang, Ada apa dengan gadis itu?" tanya Serenety tidak mengerti.
"Perempuan yang sedang terbaring di sana merupakan cinta pertama Pangeran Mars."
"Sayangnya dia tega berkhianat kepada pangeran. Sehingga dia diberi hukuman yang tak terperikan."
Seketika Serenety bergidik setelah mendengar penuturan Mbah Jomblo.
"Aku khawatir luka hati pangeran akan kembali tergores."
"Dan yang lebih fatal kamu bukan hanya tidak bisa menjalankan misi balas dendammu," Imbuh Jasper.
"Kamu bisa kena tampias akibat kemarahan beliau!"
Setelah mempertimbangkan dengan matang. Serenety urung memilih pilihan pertama. Dia kembali mengamati pilihan lainnya.
"Yang ini saja," Ujar Serenety.
Pilihan perempuan cantik tersebut akhirnya jatuh pada jenasah gadis bermata biru.
"Bersiaplah, Serenety." Tukas Mbah Jomblo.
Tepat malam sabit tiba Sereney di mandikan berdampingan dengan sesosok tubuh kaku, dengan cairan merah dan kental beraroma menyengat.
Dari tubuh gadis belia yang berada di sampingnya, tak henti-hentinya keluar darah segar yang terus membasahi tempat ritual berdarah tersebut.
Oleh Jasper , darah segar yang menetas di tampung dalam sebuah wadah.
"Minumlah!"
Serentak mendadak merasa mual ketika disodorkan cairan tersebut. Perutnya terasa di aduk. Ingin memuntahkan sesuatu.
Tanpa sadar Serenety melangkah ke belakang, demi menghindari sesuatu yang tak ingin dia minum.
"Gak, mau!" Jawab Serenety enggan.
"Kalau tidak mau, ya sudah. Perjanjian kita batalkan saja."
"Cepatlah," Desak paman Jasper.
Dengan tangan gemetaran Serenety lantas meneguk minuman itu secepat mungkin.
Glek glek.
Usai minum ramuan tadi kepala Serenety mendadak pening. Ia pun tak sadarkan diri untuk kesekian kalinya.
Serenety kembali terjaga dari pingsan, ketika Serenty menepuk kedua belah pipinya berganti.
"Udah puas tidurnya?"
"Kamu pasti lapar ayo, Aku sudah siapkan makanan kesukaanmu," ajak Jasper.
Serenety menelan ludah berulang kali melihat banyaknya makanan yang tersedia.
Tanpa disuruh berulang kali, Serenety duduk bersila mengisi perut lapar. Sambil menikmati hidangan yang tersedia, Serenety menggumam sendiri.
"Aku tidak menyangkan ternyata manusia yang mati sepertiku juga butuh makan."
"Paman, kapan aku kembali ke dunia manusia?"
"Aku sudah tak sabar ingin memberikan Edward dan Ana suprise."
"Sabarlah esok hari aku akan mengantarmu ke sana!"
Saat Jasper hendak masuk ke kamar untuk beristirahat, Serenety memanggil lelaki itu.
"Paman, tunggu sebentar. Ada yang ingin aku tanyakan."
"Ada apa, sayang?"
"Mengapa paman mau menolongku?"
"Pasti ada alasan tersendiri, bukan?"
"Aku membantu kamu karena aku kasian lihat kamu."
"Aku juga ingin kamu bisa menghibur ibuku di alam dunia sana."
"Maksud, Paman ?" Tanya Serenty tak mengerti.
"Nanti pertanyaanmu akan terjawab besok."
"Sekarang tidurlah. Jelang magrib nanti aku akan mengantarmu ke sana."
"Baik, Paman "
Tepat saat spektrum jingga menampakkan sinarnya, Eliz dan Jasper berangkat menuju dunia manusia.
Wussshhh.
Dalam tiga kali kedipan mata, mereka tiba di sebuah ruang Iccu.
"Bersiaplah, kamu akan Jasper masukkan ke sana!"
"Sekarang cepat pejamkan matamu dan konsentrasi!"
"Jangan lupa baca ajian yang sudah pangeran kegelapan berikan!"
"Baik, Paman."
Ketika mulut Jasper komat kamit membaca mantera, tubuh Serenety tertarik oleh sebuah kekuatan ghaib tak kasat mata.
Mulanya Serenty merasakan hawa panas di sekujur tubuhnya. Hingga akhirnya sensasi itu buat dia jadi berteriak.
"Aaa...."
"Tolong, paman ..."
Tak berselang lama, secara perlahan Serenety membuka mata. Ternyata dirinya sudah berada pada tubuh gadis yang tadi terbaring koma bernama Eliz.
Ketika Serenety terbaring di raga baru, Seorang perawat yang kebetulan bertugas bergegas menanggil rekannya dan tim dokter.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, Akhirnya " Eliz" diperbolehkan kembali ke rumah.
"Untunglah kamu siuman, Nak."
"Ibu dan tim dokter telah berencana akan memberikanmu suntikan eutanasia sore ini."
"Tuhan bermurah hati berikan kamu kesempatan hidup kedua kalinya," tutur perempuan yang menyebut dirinya dengan panggilan ibu.
Eliz hanya diam saja mendengar ungkapan bahagia, Wanita yang tengah memeluknya dengan erat.
"Eliz, Maaf, Nak. Kamu pasti belum ingat sama ibu."
"Eliz?"
"Dokter sudah menjelaskan kamu mengalami amnesia usai peristiwa kecelakaan itu."
"Kamu jangan terlalu banyak berpikir. Nanti akan ada waktu ingatanmu akan kembali."
"Iya, Ibu."
"Ayo sekarang kita pulang ke rumah. Kakak kamu pasti akan senan, mengetahui adik kesayangannya telah sembuh."
"Terima kasih, Edward, Kamu sudah luangkan waktu menjembut kami."
"Eliz, Ayo masuk, Sayang."
Mata Eliz palsu membelalak sempurna setelah mengetahui siapa yang menjemput mereka.
Dia adalah Edward sang suami yang telah membunuhnya. Ingin rasanya Eliz palsu mencekik leher pria itu sekarang juga.
Namun dia berupaya menahan diri. Lagi pula Edward tak akan mengenali dirinya. Karena kini dia mendiami tubuh gadis lain.
"Siapa Edward?"
"Sayang dia sepupu kamu. Kamu pasti tidak ingat?"
Ibu kandung Eliz lalu menjelaskan tentang keadaan anaknya yang sedang amnesia.
"Pantasan saja Eliz diam saja. Biasanya kan dia selalu usil."
"Maka dari itu, Tante ingin kamu bantu sering temani Eliz, untuk pulihkan ingatannya."
"Siap, Tante. Edward akan jadi bodyguard yang selalu menemani Eliz setiap saat."
Pucuk di cinta ulam pun tiba. Peribahasa ini cocok untuk diriku. Tanpa harus bersusah payah mendekati mangsa.
Edwardlah yang lebih dulu mendekatiku. Aku dapat melihat dari sorot matanya, Edward menyimpan rasa pada sepupunya.
Saat bersama Edward aku justru terjebak pada perasaanku sendiri. Ternyata aku masih menyimpan rasa yang sama terhadap suamiku.
Perasaan sayang yang buat semua ini menjadi rumit tak terkendali. Ingin rasanya kedua tangan ini menarik tubuh Edward ke dalam dekapan. Menumpahkan segala rindu, yang semakin meletup dengan sendirinya.
Aku menyesal untuk kesekian kalinya. Mengapa harus dipertemuan dengan pria playboy seperti si Edward.
"Sadar, Serenety, Ingat tujuanmu ke sini!"
Aku tersentak dari lamunan saat mendengar ucapan. Mbah Jomblo yang seakan berbisik ke telingaku.
Aku mulai menyusun strategi demi menaklukkan hati Edward. Sudah tak sabar rasanya melihat Ana sakit hati, karena pria selingkuhannya menjalin asmara dengan wanita lain.
Bahkan aku berencana agar bisa menikah dengan Edward dan menyingkirkan Ana.
Setelah ana tersingkirkan, Kemudian lanjut memberikan pelajaran yang tak akan Edward lupakan seumur hidupnya.
Aku mulai sering berbalas pesan dengan Edward. Sengaja menjebak lelaki itu dengan rayuan yang buat dirinya seakan terbang ke awan.