Siang itu pukul 14.00 WIB di gedung produksi bagian pembungkusan Snack, sekilas suasana menegang setelah teriakan dari Andi.
"Cepat cepat cepat." Teriak Andi, salah satu mandor produksi yang kejam di sebuah pabrik Snack.
"Dasar mandor gak punya otak, emang kami ini robot apa?" bisik Rena pada Evi teman sebangku di sebelah kanannya, karyawan pabrik Snack yang di mandori oleh Andi.
"Sudah biarin aja Ren, mending kita agak cepetan bungkusin Snack nya, dari pada orang tak punya otak itu omelin kita." Saut Evi dengan muka kusam akibat teriakan Andi.
"Biarin sih biarin Vi, tapi gak gini juga, seenaknya perlakuin anak buahnya mentang mentang dia mandor, lama kelamaan aku mau resign ajalah!" jawab Rena dengan cemberut.
"Inget anakmu 2 lo, suamimu juga masih nganggur kan, apa gak kasihan sama anakmu?" saut Evi sambil membungkus Snack dengan kecepatan turbo.
"Iya sih Vi" Jawab Rena dengan pasrah.
Kemudian Rena pun juga membungkus Snack dengan kecepatan supernya.
"Kamu dari tadi kok diem aja sih Nem" tanya Rena pada Inem teman sebangku di sebelah kirinya.
"Nem kamu baik baik aja kan" tanya Rena ke Inem lagi.
Inem pun masih diam dengan pandangan kosong, Rena mulai khawatir dengan Inem yang dari tadi masih diam.
"Vi, Inem dari tadi diem aja, apa dia sakit ya?" tanya Rena ke Evi.
"Iya An, atau dia lagi ada masalah ya Ren?" saut Evi dengan serius.
Tak lama kemudian Inem mulai menangis merintih, "kenapa kamu Nem?" tanya Evi dengan agak panik karena Inem tiba tiba menangis.
"Nem ada masalah apa Nem, jangan nangis, kami siap dengerin curhatmu?" tanya Rena sambil memegang pundak Inem.
Whhhooaaaaaaa. . wwhhhooaaaa. . (teriakan)
Tiba tiba salah satu karyawati yang duduk di belakang Rena berteriak dengan suara menyeramkan seperti laki laki, tatapannya pun sangat menyeramkan, kursi yang di buat duduknya ditendang sampai patah seakan tenaganya meningkat 100 kali lipat dari tenaganya, teman di seklilingnya pun langsung berlarian menjauh dengan ketakutan.
"Tolong. . tolong. ." teriak Rena sambil ketakutan.
Inem pun yang semula menangis merintih dia pun juga berteriak teriak sambil menangis.
"Wha ha ha ha ha haaaa. ." ketawa menyeramkan dari bangku paling pojok kanan dari bangku Rena, ternyata teman Rena juga kesurupan yang membuat seisi gedung jadi tambah panik.
Lalu bangku depan pojok kanan dari bangku Rena tingkahnya terlihat seperti kera melompat lompat dari bangku satu ke satunya membuat satu gedung tambah panik.
"Pak. . pak. . gimana ini pak?" teriak Rena ke Andi mandornya.
Andi pun terlihat pucat, lemas ketakutan dan panik karena ketakutan melihat anak buahnya kesurupan.
"Iya gimana ini Ren?" saut Andi dengan panik.
"Gimana sih pak, tolongin dong?" teriak Rena dengan kesal.
Whussss. . . Evi pun berlari keluar mencari bantuan dengan panik, "tolong. . tolong. ." teriak Evi sambil berlari mencari bantuan.
"Ada apa mbak ?" saut Ridho, satpam yang kebetulan sedang patroli di dekat gedung produksi.
"Anu pak anu. ." jawab Evi yang sedang panik dan terengah engah karena berlarian mencari bantuan.
"Tenang. . tenang. . mbak, ceritakan pelan pelan." ucap satpam sambil nenangin Evi.
Sementara Evi cari pertolongan karyawati yang kesurupan semakin menjadi jadi, seiisi gedung sangat panik dan bingung, sementara yang bertingkah seperti kera tadi mau berlari keluar, "pegangin mbak pegangin!" teriak Rena ke teman teman satu gedungnya.
Dua karyawati yang berani langsung menyergap Sasa (karyawati yang bertingkah seperti kera), mereka memegang tangan kanan dan kirinya tapi dengan tenaga yang tidak biasanya Sasa pun mendorong kedua karyawati itu dengan mudah sampai sampai jatuh di lantai, "jangan diem aja ayo kita bantu gais." Teriak Rena sambil berlari membantu memegangi Sasa, dengan 6 orang Sasa pun agak bisa dikendalikan.
"Pegangin yang lainnya juga gais." Teriak Rena pada teman satu gedung, karena tingkah yang semakin histeris dari 4 karyawati yang kesurupan tadi.
"Itu pak itu teman saya banyak yang kesurupan" teriak Evi ke satpam begitu mendengar teriakan yang meronta ronta sangat keras dari teman temenya yang kesurupan tadi.
"Waduh. . bentar mbak saya telpon komandan saya dulu biar dicarikan bantuan" jawab Ridho dengan agak panik.
"Joko tingkir ngombe dawet, jo dipikir marai mumet, teuku jamur gone mbah wage, pantang mundur terus nyambut gawe" (nada dering HP komandan Madi, komandan dari Ridho).
"Halo Dho, taruna" ucap komandan dengan santai sambil menikmati sebatang rokok dan secangkir kopi yang masih panas.
"Halo ndan, di gedung produksi bagian Pembungkusan Snack ada yang kesurupan mohon untuk mengirim bantuan" kata Ridho dengan agak panik.
"Ok Dho, kamu meluncur ke TKP dulu, bacain doa doa apa gitu sebisamu barangkali bisa sadar, saya dan Paijan akan meluncur" sontak jawab Madi dengan sigapnya, rokok yang baru dinyalain pun dengan 5 sedotan langsung habis dan kopi yang masih panas diminumnya dengan sekali minum langsung habis seperti orang kehausan sangking terburu burunya.
"Siap 86" jawab Ridho.
"Jan ayo ikut saya, ada yang kesurupan di gedung produksi" teriak Madi pada anggotanya.
"Siap ndan" jawab Paijan sambil berhenti menulis buku laporan di posko.
Madi dan Paijan pun langsung bergegas ke gedung produksi dengan motor supra X nya Madi yang sangat mewah dan cepat, mereka pun meluncur dengan kecepatan 100 km/jam sangking terburu burunya.
Sementara Evi dan Ridho bergegas menuju ke gedung produksi, sesampainya Ridho pun menghampiri Sasa yang tingkah nya agak brutal, Ridho pun langsung dengan bacaan basmalah dan do'a do'a sebisanya di ucapkannya.
"Allâhumma bârik lanâ fî mâ razaqtanâ wa qinâ adzâban nâr." Ucap edi dengan polosnya.
"Gimana sih pak itu kan do'a mau makan" saut Evi dengan wajah heran.
"Gpp mbak yang penting do'a, soalnya Cuma hafal itu aja" jawab Ridho dengan PD nya.
"Hwaahaaa haaa haaa hana. ." (ketawa seram).
"Huuuu. . huuuu. . huuu. . " (tangisan tersedu sedu).
"Haaaaa. . haaaa. . haaaa. ." (Teriakan yang menggebu gebu).
"Ghhhmmm. . ghmmmm. ." (menggeram yang seram).
Suasana pun tambah menjadi jadi, "Pergi sana pergi" (suara laki laki agak serak serak) yang di keluarkan dari Mala yang duduk paling belakang pojok kanan.
"Tolong akuuuu. . tolong aku. . " suara dari Inem yang menangis tersedu sedu.
"Heeeeey. . berani berani nya kalian mengusikku. ." Suara geram dari Sasa.
"Haaaa. . Haaaa. . dasar manusia manusia tak punya sopan santun" teriakan Nunung, karyawati yang duduk di belakang Rena.
Andi pun masih terdiam hanya bisa melihat anak buahnya kesurupan, sementara Ridho tetap dengan gigihnya melantunkan do'a sebelum makan, tak lama kemudian Madi dan Paijan tiba di kejadian.
"Gimana Dho, apa membaik ?" sontak tanya Madi setibanya di tempat.
"Belum ndan ini tambah menjadi jadi, do'a do'a saya gak mempan" saut Ridho.
"Emang do'a apa yang kamu lantunkan?" tanya Madi.
"Do'a mau makan ndan" jawab Ridho dengan PD nya.
"Hadeeeeh. ." saut Madi sambil geleng geleng kepala.
"Jan, kamu atasi!" Perintah Madi dengan cepat.
"Siap ndan" saut Paijan.
Pertama taman Paijan menghampiri Inem, tangan Paijan di atas kepala Inem dengan mulut yang berkomat kamit melantunkan surah surah pendek kemudian Inem pun langsung sadar dan lemas.
"Tolong di kasih air minum ya dan segera panggilkan ambulan" teriak Paijan
Paijan pun berjalan ke arah Nunung dan melakukan hal yang sama seperti Inem tetapi Nunung agak berontak, wajahnya pun langsung berpaling ke arah Paijan, matanya molotot melihat kearah Paijan.
"Pergi. . pergi. . " suruh Nunung yang kesurupan dengan suara besar yang mengerikan.
"Jangan ikut campur, pergi sana!" teriak Nunung lagi.
"Hey. . kenapa kamu masuk ketubuh ini, pergi atau kumusnahkan!" Ancam Paijan dengan nada keras.
"Orang ini telah mengganggu kami, seenaknya saja lewat dan mengejek kami." Saut Nunung dengan mata yang melotot ke arah Paijan.
"Mana dia bisa dia melihatmu, jadi dia tidak tau, cepat pergi!" suruh Paijan sambil melantunkan ayat ayat suci al qur'an.
"Ggghhhhrrrrhaaaa. . hhaaaaaa. . " teriak Nunung kesakitan.
Sasa dan Mala pun yang semula dipegangi banyak orang sontak menjadi tambah ganas dan berusaha melepaskan diri, "gghhhrrhaaaa. . haaaa. . " teriak Sasa yang memberontak.
Kemudian Sasa dan Mala pun lepas dari pegangan banyak orang, mereka langsung berlari menuju ke arah Paijan dan langsung berusaha menyerangnya.
Paijan pun melihat dua orang yang mau menyerangnya, dengan teunaga dalamnya dua orang itu terpental dan terjatuh di lantai.
"Sekarang apa mau kalian, mau pergi atau kumusnahkan?" teriak Paijan ke Sasa, Mala dan Nunung yang kesurupan.
"Ggghhhhrrrrhaaaa. . . . . . kami hanya memperingatkan pada kalian, Kami pun juga ada di sini, jadi permisi lah meskipun kalian tidak bisa melihat kami" teriak Mala dengan suara besarnya memperingatkan semua yang ada di gedung.
"Baik, sekarang kalian pergi dan kembalilah ketempat kalian!" saut Paijan dengan lantang.
Tak lama kemudian setelah percakapan itu ketiga karyawati itu pun mulai sadar dan lemas, mereka pun langsung di bawa oleh ambulan menuju ke klinik.