"Tenang semua sudah berakhir" kata Paijan.
"Terimakasih pak" ucap Andi dengan lega.
"Besok kalau ke empat karyawati tadi masuk, tolong suruh ke pos satpam dulu ya pak" ucap Madi pada Andi.
"Siap pak" saut Andi.
Keesokan harinya pun Sasa, Inem, Mala dan Nunung sudah mulai bekerja kembali.
"Sasa, Inem, Mala dan Nunung kalian ke posko satpam dulu, temui pak Madi" perintah Bandi.
Ke empat karyawati itu pun langsung bergegas ke pos satpam.
"Permisi pak" teriak Inem sambil mengetuk pintu.
"Oh iya silahkan masuk mbak" saut Madi sambil mempersilhakan duduk.
"Ada apa ya pak kami disuruh kesini?" tanya Sasa agak bingung.
"Kemarin apa yang kalian lakukan waktu lewat depan kamar mandi dekat tempat kerja kalian?" tanya Madi sambil menyeruput segelas kopinya.
"Nglakuin apa ya pak, kayaknya gak ada" jawab Sasa dengan wajah tegang.
"Cuma becanda aja pak sambil gosip gosip, biasa lah perempuan" Saut Nunung dengan santainya.
"Oh iya, kemarin ada karyawati tapi kami gak kenal, mungkin dari gedung sebelah, ngomongnya ngelantur gak jelas, ha ha ha. . dasar aneh" jawab Mala sambil tertawa mengingat kemarin.
"Emang ngomong apa orang itu?" tanya Madi dengan serius.
"Katanya hati hati mereka mengawasimu, haha. . aneh kan pak, emang kami mau maling apa pake di awasin segala?" jawab Mala dengan tertawa.
"Kalian ngomong apa aja pas lewat disitu?" tanya Madi sambi menatap tajam kearah mereka berempat.
"Kepo banget sih pak" saut Nunung dengan sinis.
"Iya nih kepo banget pak satpamnya" saut Mala dengan senyum senyum.
"Kemarin kami ngomongin gosip tentang dulunya ada karyawati yang bunuh diri di kamar mandi ini, karena ketahuan hamil di luar nikah" saut Inem dengan wajah daftar.
"Oh iya, emang dasar kecentilan kayaknya ceweknya itu" saut Mala dengan mudahnya.
"Iya Mal, kalo nggak itu hasil hubungan dengan mandornya, kepingan hartanya kali ya" saut Nunung mendukung Mala.
Perbincangan mereka berempat dan Madi pun semakin panjang lebar, dan akhirnya terjawablah sudah alasan mereka berempat kesurupan kemarin, Inem dirasuki perempuan hamil, dan yang ketiganya dirasuki hantu dari perempuan hamil tadi yang tidak terima atas kelakuan empat sekawan ini.
"Gini ya mbak, ada sesuatu yang tidak bisa kita lihat dengan kasat mata, kemarin kalian kerasukan itu atas ulah kalian karena memperolok olok karyawati yang sudah meninggal itu, kalian tidak permisi malah menjelek jelekannya, jadi sarana saya dimanapun kalian berada kalian harus permisi karena kita tidak tahu ada sesuatu yang tidak bisa kita lihat" tutur Madi panjang lebar.
"Terus gimana ini pak, nanti dia merasuki kita lagi" saut Sasa dengan takut.
"Iya pak, gimana kalo pas tidak ada orang" jawab Nunung dengan ketakutan.
"Iya pak, atau nanti malah menghantui kita" saut Mala dengan muka pucat.
"Tolong kami pak, kami takut" jawab Inem dengan mata berkaca kaca.
"Tenang, nanti anggota saya Paijan biar yang mengurus semuanya, kalian berempat minta maaf lah dengan berdo'a untuk orang yang kalian perolok olok tadi, supaya untuk bebannya diringankan" tutur Madi.
Mereka berempat pun sepakat untuk mendo'akan karyawati yang meninggal, kemudian mereka berempat pun kembali ke tempat kerjanya dan setiap mau lewat mereka pun permisi.
"Jan besok kita masuk malam, jangan telat seperti biasanya ya, atau saya suruh lari kelilingi pabrik" kata Madi pada Paijan setelah keempat karyawati tadi pergi.
"Siap ndaaaaaaaaan. . " saut Paijan agak jengkel karena sering di hukum Madi karena telat.
Ke esokan hari pun tiba, seperti kata Madi, Paijan pun datang tepat waktu karena takut di suruh lari keliling pabrik.
Apel jaga pun di mulai dan pembagian pos jaga sudah di tentukan oleh Madi, Hendra jaga pos garasi belakang, Feri dan Setiawan pos garasi depan, Denj jaga gudang A, Rama gudang B, Paijan pos utama, Hadak dan Hadi pos depan gerbang utama.
"Waduh jaga parkiran belakang, sialan" batin Hendra, salah satu anak buah dari Madi yang penakut.
Semua anggota satpam pun menuju ke pos penjagaan masing masing, dengan berat hati Hendra pun juga menuju ke posnya.
"Wan, kamu jaga yang di belakang ya, aku yang di depan aja dengan Feri" kata Hendra ke Setiawan setiba di garasi.
"Ogah, sana cepet ke belakang gantiin shift 2, udah ditungguin" jawab Setiawan dengan nada tinggi.
"Ayo lah Wan, nanti tak beliin rokok sebatang sama kopi" rayu Hendra dengan wajah melasnya.
"Ogah ogah" teriak Setiawan dengan tegasnya, di dalam hatinya Setiawan tersenyum senyum karena dia berencana mengerjai kentung yang penakut itu.
Hendra pun dengan terpaksa pergi menuju pos nya, dengan wajah kesal.
Setibanya di pos Hendra pun melakukan pergantian tugas dengan shift sebelumnya.
"Bro hati hati ya, tadi di kamar mandi ada suara orang mandi padahal udah gak ada orang, terus pas gue tadi patroli di parkiran lorong 2 truk no. 13 dari depan itu tadi nyala sendiri bro padahal udah gue pastiin gak ada orang, terus gue samperin truknya mati sendiri, gue langsung kabur aja, terus di bawah pohon mangga dekat truk ujung sebelah barat itu tadi gue sempet lihat kakek kakek yang melambai lambaikan tangan seperti memanggil manggil bro, langsung tak pikir panjang gue tancap gas dan balik ke pos" pesan Ucup dengan serius pada Hendra.
Keringat dingin pun seketika keluar dari tubuh Hendra, jatuh bagaikan hujan, kaki yang semula berdiri dengan tegap dan kokohnya sekarang bagaikan dedaunan yang tertiup angin kencang, bulu kuduk yang semula tidur dengan lelapnya sekarang terbangun seolah olah mendengar suara yang begitu keras yang mengagetkanya.
Ucuo pun setelah digantikan oleh Hendra dia pun pergi untuk pulang, Hendra pun sangat was was setelah mendengarkan cerita dari Ucup tadi.
Tiba tiba terdengarlah suara air di kamar mandi, Hendra pun teringat dengan cerita Ucup tadi seketika menaiki motornya dan pergi berniat patroli sambil mencari tempat yang terang dan aman dari gangguan.
Berhentilah kentung di bawah lampu penerangan jalan yang berada di ujung sebelah timur posnya, karena teringat di sebelah barat di bawah pohon mangga ada sosok kakek kakek tua.
"Mending aku di sini aja, nanti kalau ada patroli baru kembali ke pos" batin Hendra yang ketakutan.
Semula di tempat yang Hendra tempat sekarang tidak ada suara atau sesuatu yang aneh, tapi tak lama kemudian pukul 00.00 WIB mulai terjadi sesuatu yang aneh, terdengar suara perempuan menangis yang berasal dari balik tembok, seketika Hendra pun langsung menyalakan motornya dan langsung pergi, saking takut nya dia selalu berada di atas motornya untuk siap siap jika ada apa apa.
"Fer aku tak ke belakang dulu ya, patroli sambil mau ngerjain Hendra" kata Setiawan dengan semangatnya.
"Ha ha ha. . okelah Wan" jawab Feri dengan senyum senyum.
Beralihlah Hendra di ujung sebelah selatan dekat pos garasi depan, lalu tak lama kemudian Setiawan dan Feri yang melihat Hendra dari kejauhan berada di situ merdeka pun tertawa karena dia penakut, merdeka pun mempunyai sebuah ide untuk mengerjai nya.
"Wan aku punya ide nih" bisik Feri dengan senyum senyum.
"Apa Fer" saut Setiawan penuh semangat.
Mereka dua pun merencanakan bahwa Feri nanti akan menelpon Hendra kalau Madu patroli kebelakang jadi otomatis Hendra akan kembali ke pos belakang, di saat itu mereka akan membiarkannya selama 30 menit biar ketakutan, setelah 30 menit Setiawan akan ke belakang dan mencoba mengerjai Hendra.
Rencana pun di mulai.
"Halo. . Ndra, komandan patroli kebelakang" telpon Feri dengan serius.
"Oke oke Fer 86" saut Hendra sembari terburu buru menyalakan motornya dan kembali ke pos belakang.
Setiba di pos belakang Hendra pun bersiap siap untuk menyambut Madi patroli, rencana Feri dan Setiawan pun berjalan lancar.
10 menit berlalu, Hendra pun mulai takut karena suara air keran di kamar mandi berbunyi, di saat itu Hendra juga ingin buang air kecil, mencoba menahannya menunggu Madi datang biar ada temannya jika terjadi sesuatu.
20 menit pun berlalu, Hendra pun semakin tak tahan untuk kencing, dia mencoba menghubungi Feri dengan tujuan menanyakan Madi sudah pergi atau masih di pos depan namun tak di angkat.
30 menit sudah berlalu, semakin tak kuat Hendra untuk menahannya, Setiawan pun melanjutkan rencana nya untuk mengerjai Hendra, biar tidak ketahuan dengan cerdiknya Setiawan pun berjalan kaki dengan was was agar tidak ketahuan Hendra waktu menuju pos belakang.
"Aku kencing di dekat truk depan itu ajalah" batin Hendra yang tak tahan lagi menahan kencingnya.
Lalu tibalah Setiawan di dekat pos Hendra tanpa sepengetahuannya.
"Wah pas banget nih, dia kayaknya mau kencing di dekat truk" batin Setiawan senyum licik.
Lalu di bukalah sangkar burung Hendra, dengan was was sambil melirik kiri kanan karena ketakutan, Setiawan berinisiatif memukul mukul truk untuk menakut nakuti Hendra dan membuat suara suara seram agar Hendra ketakutan.
"Jangan kencing di sini" Suara Setiawan yang di buat buat agak besar dan serak serak dengan intonasi pelan dan seram.
"Pergiiii. . pergi. ." Teriak suara samaran Setiawan.
Hendra pun sontak kaget mendengar suara itu, dia pun langsung lari menuju ke sepeda motornya sambil menutup sangkar burungnya dan langsung tancap gas lari ke pos depan.
"Whahaha haha haha. . " ketawa Setiawan dengan senangnya mengerjai kentung.
Setiawan pun setelah puas mengerjai Hendra dia berencana kembali ke pos depan, tapi ketika dia berbalik sosok menyeramkan pun muncul tepat di hadapannya, wajah yang sangat rusak melepuh seperti terbakar, mata besar berwarna merah melototinya, kain putih yang membalut seluruh tubuhnya yang mengikat kaki dan tangannya, dan baunya sangat busuk tercium dari sosok itu, sontak Setiawan pun pingsan melihat sosok tersebut.
"Fer pokok aku gak mau jaga pos belakang, terserah nanti di marai Madi aku gak peduli" teriak Hendra pada Feri setiba nya di pos depan.
"Loh maksudmu gimana, nanti kalau terjadi sesuatu di belakang gimana coba ?" saut Feri dengan bahagia di dalam hatinya karena Setiawan berhasil mengerjai nya.
"Terserah dari pada aku mati ketakutan jaga di belakang" saut Hendra ketakutan.
"Bentar bentar emang ada apa di belakang ?" tanpa Feri bepura pura tidak tau.
Hendra pun menceritakan kejadian yang baru di alami dengan suara agak terbatah batah karena ketakutan, Feri pun tidak tahan menahan ketawa nya mendengar cerita Hendra dengan wajah yang sangat pucat, dan cara bicaranya yang gugup, akhirnya anang pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ha ha ha. . gini bro sebelumnya, saya minta maaf, sebenarnya tadi itu ulah Setiawan yang mengerjai kamu di belakang, habisnya kamu terlalu penakut bro ha ha ha. ." kata Feri dengan senangnya.
"Jadiiiii. . tadi rencana kalian berdua ? Sialan kalian" teriak Hendra dengan marahnya.
"Hehe. . sorry bro, itung itung kamu biar terlatih bro biar kamu beranian dikit" jawab Feri dengan entengnya.
"Tapi jangan gitu lah Fer, nanti kalo aku pingsan ketakutan gimana ?" saut Hendra dengan kesal tapi gak berani pada Feri karena lebih senior.
"Ha ha ha. . oke oke Ndra, aku minta maaf, ya udah kamu balik kebelakang sana, mungkin Setiawan nungguin pos belakang gara gara kamu tinggalin" suruh Feri dengan tertawa.
"Gak mau ah, biarin dia yang di belakang nanti kalian kerjain lagi" saut Hendra dengan jengkel.
"Enggak enggak bro, lagian ini jam Madi mau patroli, setelah itu jam istirahat" jawab Feri.
"Okelah, tapi nanti jangan lupa gantiin aku jaga belakang ya jam 3, aku juga mau tidur" saut Hendra dengan terpaksa.
"Siap siaaaap ndaaaan" jawab Feri sambil meledek Hendra.
Hendra pun kembali ke pos belakang, setibanya di belakang ternyata Setiawan tidak ada di pos.
"Loh kemana Setiawan sialan itu" batin Hendra agak kesal.
Melihat Setiawan tidak ada di pos belakang, Hendra pun berinisiatif mencari nya, memastikan dia tidak mengerjai nya lagi.
"Huuu huuuu huuuuu huuuu" (suara tangisan yang tersedu sedu)
"Aaah. . itu pasti Setiawan yang berusaha mengerjai ku lagi" batin Hendra sembari menghampiri suara tersebut.
Suara itu terdengar jelas, di truk depan bekas tempat Hendra kencing tadi.
Hendra pun dengan PD nya berjalan menghampiri suara tersebut, setibanya di sana dia melihat Setiawan tergeletak di tanah.
"Hoi Wan, kamu jangan berpura pura pingsan di sini, aku tau itu tadi kamu, kamu pasti langsung berpura pura pingsan ketika aku memergokimu kan, pasti kamu bakalan aku kira abis melihat setan terus pingsan, tapi trikmu tak akan mempan lagi broooo" teriak Hendra dengan PD nya karena mengira bisa membaca tipuan dari Setiawan.
"Masih gak mau bangun ya, oke gue siram aja dengan air" batin Hendra dengan jengkel nya.
Hendra pun berfikir mengambil satu ember air di kamar mandi untuk menyiramnya, tapi setelah Hendra berbalik sosok menyeramkan pun muncul tepat di hadapannya, wajah yang sangat rusak melepuh seperti terbakar, mata besar berwarna merah melototinya, kain putih yang membalut seluruh tubuhnya yang mengikat kaki dan tangannya, dan baunya sangat busuk tercium dari sosok itu, sosok persis yang di lihat Setiawan, kaki kentung pun gemetar, suara yang semula lantang seolah olah jadi bisu dan 3... 2... 1... Hendra pun pingsan.