"Kok sendiri Fer ?" tanya Madi baru datang untuk patroli.
"Setiawan patroli kebelakang ndan" Jawab Feri yang mengeles.
"Bagus, oke Fer aku patroli kebelakang dulu ya" kata Madi sambil menaiki motor antiknya.
"Siap ndan" jawab Feri dengan terburu buru ambil hp untuk menelpon Setiawan dan Hendra untuk mengabari komandan nya patroli kebelakang.
Namun tak ada jawaban.
"Ngapin aja 2 orang ini, di telpon gak di angkat" batin Feri agak kesal.
Madi pun tiba di pos belakang namun tak ada orang, Madi pun mengecek di kamar mandi juga tidak ada orang.
"Kemana ini kentung kok gak ada di pos, Setiawan yang katanya patroli kok gak ada juga pas aku keliling tadi" batin Madi yang bertanya tanya.
"Awas aja jika nanti tidur bareng, saya suruh lari keliling garasi" batin Madi.
Madi pun menunggu di pos belakang selama 15 menit namun Hendra pun tak kelihatan batang hidungnya, Madi pun berinisiatif patroli dengan berjalan kaki berharap menemukan Hendra yang tidak ada di pos.
Ketika Madi mulai berjalan ke depan ke arah truk truk, dia melihat kaki seseorang.
"Siapa itu ya, manusia apa bukan" batin Madi yang bertanya tanya sambil menghampirinya.
"O o o o o ooooo. . enak sekali ya kalian tidur bareng paket sembunyi sembunyi di sini" teriak Madi agak jengkel.
"Bangun bangun bangun. ." teriak Madi sambil menendang nendang kaki Hendra dan Setiawan.
Mereka pun masih tergeletak di tanah.
"Baik, kalau kalian masih belum bangun akan aku siram air saja" batin Madi dengan jengkel.
Madi pun berjalan menuju kamar mandi dan mengambil selang yang ada di situ berniat menyiram mereka berdua.
Terjadilah adegan menyiram manusia yang setengah mati.
"Setaaaan. . setaaaaan. ." teriak Hendra yang terbangun dari pingsan nya.
"Pocooong. . pocoooong. ." Teriak Setiawan yang terbangun.
"Setan gundul mu, pocong gundul mu, kalian berdua kalian berdua mengatai aku setan ?" Teriak Madi yang geram.
"Loh ampun ndaaaaan. . tadi ada setan di sini makanya tadi aku pingsan" jawab Hendra yang masih ketakutan.
"Pocong ndan, tadi di sini ada pocong, sumpah jika bohong saya siap pocongnya ngikut Hendra" jawab Setiawan dengan spontan.
"Kenapa aku, ngikut loe aja brengsek" saut Hendra dengan jengkel.
"Sudah sudah kalian berdua ikut saya ke pos, jelasin semuanya" saut Madi yang bertanya tanya dengan tingkah mereka.
Mereka berdua pun menceritakan dari awal apa yang terjadi.
"Kamu ini Wan, tau temennya penakut malah di kerjain, push up 50x kamu" perintah Madi yang marah.
"Siap ndan" jawab Setiawan dengan pasrah.
"Haha. . mampus loe" kata Hendra dengan senang.
"Apa kamu ketawa, kamu ini satpam tapi penakut, akhirnya kamu lari meninggalkan pos kan, push up juga kamu 50x" teriak Madi dengan keras.
"86 ndaaaan" jawab Hendra dengan melas.
Mereka berdua pun di hukum oleh Madi, dan di beri tausiyah sedikit agar tidak takut lagi karena semua adalah ciptaannya, mereka hanya ingin menunjukan bahwa dia ada di sekitar kita.
Selesai menghukum Madi pun menyuruh kembali ke pos masing masing dan dia pun melanjutkan patroli.
"Pas banget ini jaga pos sendirian" batin Deni yang jaga di gudang A sambil mengeluarkan 1 botol air minum yang ternyata isinya miras.
"Dasar cewek matre, begitu nemu yang lebih kaya gue di tinggalin, cewek bangsat" teriak teriak Deni yang marah karena abis di putusin.
Deni pun mulai minum seteguk demi seteguk miras yang dia bawa untuk melepas ke galauannya.
Tak selang beberapa menit satu botol miras pun hampir habis di minum oleh Deni seorang diri.
Mulai mabuklah Deni yang sedang galau ini.
"Dasar cewek matreeee. . sialan kau, mati saja kau. . ha ha ha. . " teriak Deni yang sedang mabuk.
Deni pun melihat ke arah depan seperti ada orang berdiri di bawah pohon dekat pertigaan jalan.
Dia pun berjalan dengan sempoyongan menuju ke arah orang yang berdiri itu.
"Heeeey. . kamu siapa karyawan bagian apa, kok di bawah pohon emang hujan ya. . ha ha ha" tanya Deni yang agak ngelantur.
Perempuan berambut panjang, baju seperti karyawan dari produksi bagian pembungkusan Snack berwarna merah dengan corak putih dan memakai rok di atas lutut itu pun diam.
"Heey. . di tanya diam aja kamu ini mbak, bisu ya. . wha ha ha" tanya Deni yang semakin ngelantur.
Kemudian perempuan itu pun mulai menangis merintih.
"Maaf. . maaf. . mbak, jangan menangis, bukan maksud saya mengatai mbaknya, itu hanya bercanda. . ha ha" kata Deni dengan sempoyongan.
Tapi perempuan itu tetap menangis dengan muka yang tertutup oleh rambut panjangnya yang kepalanya menunduk kebawah.
"Pasti mbaknya nangis bukan karena kata kata ku ya, tapi gara gara di putusin pacarnya, kalau gitu kita sama dong. . ha ha ha. . " kata Deni yang sok tau.
Perempuan itu masih menangis.
"Sudah. . sudah mbak, nasib kita sama, aku di tinggalin pacarku karena dia memilih cowok yang lebih kaya dari saya, emang dasar cewek matre, akan ku buktikan aku bisa dapat yang lebih cantik dan baik dari padanya" curhat Deni sambil teriak teriak memaki mantannya.
Perempuan itu pun mulai tertawa dengan ketawa yang aneh bagi Deni.
Hih. . Hih. . Hih. . hiiii. . (ketawa perempuan itu).
"Kok ketawa. . apa nasib kita sama ya. . ha ha ha" saut Deni dengan tertawa.
Ketawa perempuan itu pun menjadi jadi.
"Ketawamu lucu mbak. . ha ha ha. . " puji Deni yang agak aneh mendengar ketawanya tapi dia suka.
Deni pun mulai bercerita tentang masalah masalahnya, menceritakan tentang dirinya namun perempuan itu hanya bisa menangis dan tertawa dengan wajah yang tertunduk.
"Kamu ini aneh mbak, dari tadi aku cerita ke sana kemari tapi kamu diem aja, aku tanya diem aja" kata Deni yang setengah sadar.
"Tapi tak apalah setidaknya kamu mau dengerin curhatku" kata Deni yang tidak berfikir panjang.
Wik. . wik wik wik wik. . wik wik wik wik ah (nada dering) Hp Deni pun berbunyi.
"Bentar mbak ya, gue mau angkat telpon dulu" kata Deni sambil mengambil hp nya.
"Haloooo. . bosku" kata Deni yang mengangkat telpon dari Rama yang jaga di gedung B.
"Den. . mabar yuk, jaga sendiri bingung mau ngapain" kata Rama dengan semangatnya, karena mereka sering menang kalau mabar bareng.
"Nanti aja bro, bentar gue lagi ngobrol sama cewek ini, barang kali jodoh gak kayak mantan ku yang matre itu" saut Deni.
Rama pun agak bertanya tanya, karena kalau masuk malam aktivitas di gedung A dan B sudah tidak ada, mungkin kalau ada yang lewat hanya piket listrik itu pun laki laki semua, dan mak Tatik yang biasa keliling nganterin kopi yang di supiri pak Bejo.
"Mak Tatik ya ji, parah kamu ini masak mak tutik yang sudah berusia 50 tahun kamu embat juga mentang mentang dia janda" kata Rama dengan kesimpulannya.
"Sialan, bukanlah bro ini cewek masih muda rambutnya panjang, tinggi, putih, kayaknya karyawan dari produksi bagian pembungkusan Snack kalau di lihat dari sragamnya" saut Deni dengan bantahannya.
"Karyawan produksi, mana ada karyawan produksi yang masuk, ini kan hari minggu jadi semua libur untuk produksi" batin Rama yang bertanya tanya di dalam hatinya.
"Sudah dulu ya bro, ganggu aja kamu ini liat temen lagi usaha, nanti kalau sudah aku kabarin, kita mabar bareng, sekarang kamu latihan dulu aja biar gak nyusahin nantinya, ha ha ha. . " kata Deni sambil meledek dan menutup telponnya.
Tuuuuttt. . tuuuutt. . tuuutt. . (suara telpon mati)
"Sialan malah di matiin. . aku penasaran dengan cewek yang di maksud Deni, apa aku kesana aja ya, lagian Madi kayaknya kesininya setengah jam an lagi" batin Rama yang bertanya tanya.
Rama pun langsung tancap gas dengan motor bebeknya.
"Maaf ya mbak tadi temenku telpon, jadi tadi kita sampai mana ya ngobrolnya, eh ngomong ngomong namanya siapa ya, kalau boleh minta WA nya dong biar enak kalau mau chatingan. . he he" kata Deni dengan senyum senyum.
Namun perempuan itu diam saja.
Rama pun tiba di pos Deni namun hanya ada motornya.
"Dimana anak ini, oh apa itu ya dekat pertigaan" kata Rama sambil tancap gas menuju ke tempat Deni.
Ketika Rama hampir tiba di tempat Deni dia pun merasa aneh dengan perempuan yang ada di hadapan Deni.
Setibanya Rama pun sontak kaget karena kaki yang tak menyentuh tanah dan kulit perempuan itu sangat pucat.
"Hoe. . Den si. . si. . siapa dia ?" tanya Rama dengan gemetar dan gugup.
"Heeeey. . bosku, Ooooooh . cewe ini ya, ini cewek yang gue ceritain tadi, gimana cantik kan dari posturnya. . hehe, lagian kamu ini kenapa kesini. . kan sudah kubilang nanti saja mabarnya. . jangan gak sabaran gitu bro" saut Deni dengan reflek.
"Bodoh. . lihat kakinya itu, gak nyentuh tanah tolol" bisik Rama sambil memukul kepala Deni.
Karena Deni mabuk maka pandangan nya pun kabur dan kaki mengambang pun terlihat seperti menyentuh tanah.
"Nyentuh itu, mata kamu rabun ya ?" teriak Deni di hadapan muka Rama.
"Hah kamu mabuk ya, pantas saja.. Coba kamu raba raba kaki nya nyentuh atau tidak" bisik Rama ketakutan.
Deni pun dengan posisi jongkok mencoba meraba kaki perempuan itu, namun perempuan itu yang semula dari posisi nunduk langsung wajahnya menghadapi ke arah Rama dan Rama pun sontak kaget wajah yang begitu menyeramkan, muka yang melepuh dan ada belatungnya, mata melotot seperti mau keluar dan senyumnya yang membuat Rama pun sontak langsung menge gas motornya sampai mentok.
"Woi. . kemana loe, dasar brengsek katanya suruh ngecek kaki nya" teriak Deni dengan kesal.
Deni pun setelah meneriaki Rama wajah nya melihat ke atas ke arah perempuan itu, Deni pun sontak kaget karena wajah perempuan itu menghadap tepat di hadapannya dan dengan kekuatan kaki seribunya Deni pun lari terbirit birit jatuh bangun menuju ke arah motornya, hantu perempuan itu pun tertawa dengan cengingisan dengan nada yang mengerikan.
Hiiiiiihihi hi hi hi. . hiiiiiihihi. . hi. . hi hiiiii. . (ketawa setan).
Deni pun tiba di sepeda motornya namun dengan posisi mabuk dia lupa kuncinya ada di dalam tas yang ada di pos, lalu Deni lari dengan sempoyongan jatuh bangun untuk mengambil kunci motornya, setelah ketemu kuncinya dia pun langsung lari ke motornya lagi, ketika mau masukin kuncinya karena mabuk ternyata dia salah ambil kunci rumah bukan kunci motor, akhirnya dia balik lagi ke pos dan mengambil kuncinya, Setelah ketemu, kembali larilah dia ke motornya dan mencoba menyalakan motornya namun tidak bisa dinyalyain, akhirnya dengan terpaksa motornya di tinggal dan lari menuju ke pos Rama.