"Apa. . ???" teriakan Jaka yang spontan kaget.
"Siapa yang melakukan semua ini, emang ibu saya salah apa ?" teriak Jaka yang sedih dan marah.
"Sudah Jak, saya dan Paijan akan membantu, nanti kamu juga tolongin bacain doa doa yang pernah saya ajarkan" kata Madi sambil memegang pundak Jaka.
Madi menyuruh Jaka mundur sebentar dan dia duduk di samping ibunya yang mersakan kesakitan.
"Dengan menyebut namumu ya allah dan atas izin mu ya allah, tolong keluarkanlah sesuatu yang membuat ibu ini kesakitan yang tidak wajar, dan sembuhkanlah" titah Madi meminta pertolongan pada tuhannya sambil tangannya memegang kepala ibu Jaka.
Seketika itu ibu Jaka merasakan kepala yang sangat sakit, lebih parah dari sebelumnya, Jaka pun tak tega melihat ibunya seperti itu sampai sampai dia pun menangis.
"Tenang Jak, saya tau kamu tidak tega melihatnya tapi insya'allah semua akan baik baik saja" ucap Madi untuk menenangkan Jaka agar tetap kuat.
Terlihat keluarlah sebuah paku berukuran satu pensil dari kepala ibu Jaka, totalnya ada 3 paku yang keluar, setelah itu seketika ibu Jaka pun pingsan.
"Alhamdulillah. . sudah selesai" kata Madi.
"Alhamdulillah. . sekarang pakunya mau di apain ndan" kata Paijan yang memperhatikan paku itu.
"Terimakasih ndan" ucap Jaka sambil menangis lega dan langsung menghampiri ibunya.
"Semua atas kehendaknya Jak, jadi berterimakasihlah padanya, untuk paku ini akan saya kembalikan pada pemiliknya" kata Madi yang melihat kearah paku.
Lalu Madi berdo'a lagi dan seketika puku itu menghilang dari telapak tangannya.
Beberapa menit kemudian ibu Jaka pun terbangun dan langsung berdiri, berteriak kepada Madi dengan suara laki laki yang besar.
"Heeeeey. . kenapa kamu ikut campur urusanku, kamu mau mati ya ?" ancam ibu Jaka yang kerasukan.
"Hidup mati hanya urusan allah, aku disini hanya menolong seorang ibu yang sedang disakiti" saut Madi dengan tenang.
"Baikalah sekarang kamu berurusan denganku, akan kubunuh kalian semua dengan ilmuku" teriak sosok yang merasuki ibu Jaka.
"Siapa anda ini ?" tanya Madi sambil mengeluarkan sebatang rokoknya.
"Aku Dukun Santet no 1 di dunia ini" saut sosok yang mengaku Dukun santet itu.
"Ooooo. . jadi kamu yang membuat ibu ini jadi seperti itu selama ini, lalu siapa yang menyuruhmu ?" tanya Madi sambil menyalakan rokoknya.
"Benar memang saya, masalah yang menyuruh saya itu rahasiaku jadi jangan banyak omong kamu, majulah jika kamu berani" kata Dukun itu dan langsung berkomat kamit membacakan sebuah mantra.
"Jan atasi Jan, aku masih ngerokok ini" suruh Madi dengan santainya menghisap rokoknya,.
Paijan pun maju menghadapi Dukun itu.
"Heeeey. . jangan meremehkanku dengan mengeluarkan anak buahmu, atau kamu takut ha ha ha ha. . " teriak Dukun itu dengan tertawa terbahak bahak.
Dan pertarungan pun di mulai, Dukun itu mengeluarkan tenaga dalamnya dan Paijan pun sedikit terdorong kebelakang.
"Jan Jan, awas nanti kena rokok ku lo" kata Madi dengan santai yang berada di belakang Paijan.
"Ndan apa tidak apa apa Paijan di biarkan seperti ini" saut Jaka yang khawatir.
"Sudah tenang saja Jak" jawab Madi sambil menikmati rokoknya,.
Dukun itu pun tertawa dengan senang karena dia merasa ilmunya lebih tinggi, namun dengan satu dorongan ilmu tenaga dalam Paijan, Dukun itu pun sontak terpental jatuh tepat di atas kasur dan dia pun mengeluarkan darah dalam mulut nya.
"Ampuuuuun. . ampuuuun. . tolong jangan bunuh aku" kata Dukun itu yang takut dan mengakui kekalahannya.
"Sekarang siapa yang menyuruhmu, mengaku atau kulumatkan" teriak Paijan sambil mengancam.
"Ampuuun. . iya saya akan mengaku, yang menyuruh saya adalah ibu Kiki yang merasa tersaingi oleh ibu ini" kata Dukun itu yang ketakutan.
"Sekarang kamu pergi dan jangan pernah sakiti orang lagi dengan ilmu hitam mu itu" teriak Paijan dengan mata melotot karena marah ibu teman nya di buat seperti itu.
"Terimakasiiih. . iya iya aku berjanji" saut Dukun itu dan lalu pergi meninggalkan tubuh ibu Jaka.
Ibu Jaka pun siuman dan Jaka pun langsung lari memeluknya, Jesika yang baru masuk kamar sehabis membuat kopi pun bingung tentang apa yang terjadi.
Jaka pun memanggil adiknya dan menceritakan apa yang terjadi mereka bertiga pun berpelukan menangis lega karena ibunya sudah sembuh.
"Kenapa ibu Kiki bisa berbuat sejauh ini ya pada ibuk ?" tanya ibuk Jaka pada kedua anak nya.
"Mungkin bu Kiki merasa di saingi oleh ibuk" jawab Jaka.
Ternyata ibu Jaka ini memiliki sebuah warung yang sangat ramai sekali pembelinya, karena selain masakan ibu Jaka enak, pelayanannya pun sangat ramah, sedangkan ibu Kiki juga memiliki warung namun tak ada satu pun pembeli, karena selain masakannya kurangi enak, tempat nya pun sangat kurangi bersih.
Dari situ hari demi hari ibu Kiki semakin jengkel melihat warungnya sepi, sedangkan warungnya ibu Jaka selalu ramai pengunjung, alhasil ibu Kiki pun meminta bantuan ke Dukun untuk membunuh ibunya Jaka perlahan lahan.
Semua nya pun sudah terjawab dibalik sakitnya ibu Jaka yang tak kunjung sembuh, mereka bertiga pun sangat berterimakasih pada Madi dan Paijan, sebagai gantinya Paijan dan Madi mau di masakin menu favorit dari warung ibunya Jaka, namun Madi dan Paijan menolaknya karena sudah malam dan mereka pun hanya minum kopi sebentar yang telah di buat kan oleh Jesika dan lalu berpamitan untuk pulang.
"Jak, ibuk, dan adik cantik, kami pamit pulang dulu ya, sudah malam soalnya, kapan kapan saja saya akan kesini lagi mencoba menu favorit dari ibuk" kata Madi sambil berjabatan tangan pada mereka.
"Iya terima kasih banyak lo nak, berkat kalian berdua saya bisa sembuh dan merawat kedua anak saya lagi" jawab ibu Jaka dengan senyum bahagia.
"Terimakasih ndan, Jan, setelah ini saya akan bersemangat kerja lagi dan rutin mengikuti ngaji bareng, biar ada apa apa masalah ghaib saya bisa langsung menangani" kata Jaka dengan semangatnya.
"Terimakasih ya kakak dan paman, berkat kakak dan paman saya bisa melihat senyuman ibuk lagi" kata Jesika sambil memeluk Madi dan Paijan.
"Saya hanya perantara, jadi bersyukurlah pada Allah, karena tanpa ijinnya semua tidak akan terjadi" kata Madi dengan tersenyum.
"Allhamdulillah. . Terimakasih ya allah engkau telah mengangkat penyakitku dan bisa membuatku menjaga kembali kedua anakku yang dipesankan oleh mendiang suami hamba" syukur ibu Jaka.
Ternyata ibu Jaka adalah seorang janda, Jaka dan Jesika seorang anak yatim.
"kami pamit dulu ya buk. . assalamualaikum. . " ucap Madi sambil melambaikan tangannya berpamitan pulang.
Paijan dan Madi pun pulang kerumahnya masing masing, dan keluarga dari Jaka sangat bahagia karena sesuatu yang di harapkan selama ini yaitu kesembuhan ibunya telah terwujud.
ALHAMDULILLAH. . .