Apple mendekat ke arah buritan kapal dimana di sana sudah terdengar suara gaduh, tapi suara baku tembak telah berhenti, maka dari itu dia mencoba untuk berjalan mendekat, dengan punggung yang menempel di dinding dan pistol yang siap di tangan.
Barulah Apple merasa sedikit lega ketika dia melihat ada seorang pria yang tertelungkup di atas lantai kapal di dekat tiang kapal dengan dua orang pria yang menodongkan senjata mereka padanya.
Apple mengenali pria yang tersungkur di lantai itu sebagai salah satu dari dua orang pria yang tadi berada di bar.
Sementara dua orang pria yang menodongkan pistol pada pria pertama merupakan orang- orang Jayden.
"Dimana satu pria lagi?" tanya Apple pada mereka. Untuk sesaat mereka menatap Apple, tapi kemudian mereka menjawab pertanyaannya, karena mereka telah melihat gadis ini bersama dengan Jayden sebelumnya.
"Satu lagi berhasil melarikan diri ke kapal lainnya, sudah ada dua orang yang mengejar pria itu," jawab salah satu dari mereka.
"Dimana yang lainnya?" tanya Apple. Dia melihat ke sekelilingnya, berusaha mencari tahu.
"Mereka tengah memeriksa kapal ini," jawabnya lagi.
Karena berpikir kalau situasi di sini sudah terkendali, Apple kemudian berlari menuju ke arah kapal yang tadi ditunjukkan oleh bodyguard tersebut.
Apple tidak berpikir yang macam- macam, dia hanya ingin masalah ini cepat selesai dan Jayden mendapatkan dua orang yang dia inginkan.
Maka dari itu, untuk mempersingkat waktu, dia melompat dari satu kapal ke kapal lain karena jaraknya memang memungkinkan untuk dirinya melakukan lompatan, ketimbang harus turun dari kapal ini dan naik ke kapal lainnya.
Hanya saja, yang Apple tidak ketahui adalah; aksinya baru saja mengundang decak kagum dari dua pria yang melihatnya, mereka tidak menyangka gadis yang terlihat manis itu memiliki keberanian yang mencengangkan.
Mereka telah menganggap remeh gadis yang dibawa oleh Jayden Tordoff ini..
Sementara itu, Apple mendarat dengan mulus di kapal ke dua, berguling beberapa saat dan segera berdiri dengan pistol siap di tangannya, dia lalu memandang ke sekelilingnya dengan waspada.
Dari apa yang terlihat, sangat jelas sekali kalau hal seperti ini bukanlah kali pertama dia harus menghadapi kondisi seperti sekarang.
Setelah memastikan kalau tidak ada orang di sekitarnya, Apple segera berjalan menuju geladak kapal dan memeriksa di sana.
Kapal ini cukup besar, sehingga Apple harus benar- benar menangkap setiap suara yang berada di sekitarnya, di antara hembusan angin kencang dari arah laut dan juga ombak yang mengguncang kapal.
Apple terdiam sesaat ketika dia mendengar suara letusan senjata dan suara orang yang berteriak kesakitan. Ini membuatnya mengerutkan dahi, tapi dia tidak ada waktu untuk berdiam diri lebih lama, karena kalau tidak dirinya akan berada di dalam bahaya.
Setelah dia yakin di mana letak posisi asal dari suara tersebut, dia segera bergerak ke sana, berlari dengan hati- hati dan sesekali melihat ke balik punggungnya.
Hal pertama yang ayahnya ajarkan adalah untuk selalu waspada dengan apa yang ada di belakangnya sementara dia mewaspadai apa yang berada di hadapannya.
Itu adalah pelajaran yang membingungkan bagi Apple di saat dirinya masih kecil, tapi sekarang dia telah terbiasa dengan itu semua dan bersyukur karena ayahnya mengajari hal tersebut.
Lalu, terdengar suara tembakan lain dan kemudian dua tembakan beruntun.
Apple kemudian segera mencari tempat berlindung dan mendengarkan suara- suara yang ada di sekitarnya. Hanya setelah dia merasa yakin kalau keadaan sudah menjadi lebih aman, dia keluar dari tempat persembunyiannya dan mengendap- endap ke arah sumber suara.
Di sana, di geladak kapal, Apple dapat melihat dua orang Jayden telah jatuh terkapar dengan darah yang membasahi lantai, pria itu telah berhasil melumpuhkan ke dua pria tersebut dan kini Apple tidak tahu dimana keberadaan pria itu.
Apple tidak segera menghampiri dua pria yang telah terluka tersebut, tapi bersyukur ketika dia melihat mereka masih bergerak dan mengerang kesakitan.
Barulah setelah menunggu beberapa saat dan merasa kalau kondisi telah aman, Apple berjalan ke arah ke dua pria tersebut.
Hanya saja, sebelum dirinya sampai ke arah mereka berdua, seseorang telah berlari dengan sangat cepat ke arahnya.
Beruntungnya, insting Apple cukup tajam dan dia bergerak berdasarkan instingnya ketika dia memutar tubuhnya dan menarik pelatuk di pistol dalam genggaman tangannya.
Hanya saja, dia tidak menembak tepat sasaran, karena pelurunya hanya menggores tangan dari target tembaknya tersebut dan tidak terlalu menyebabkan luka yang parah hingga membuatnya berhenti menyerangnya.
Saat Apple akan menembakkan peluru ke dua, dirinya terlalu terlambat, karena pria itu telah meraih pistolnya dan menariknya ke arahnya, hendak menghajar wajahnya tanpa ampun.
Beruntung sekali Apple cukup luwes untuk menghindari serangan tersebut dan berjongkok untuk memberikan satu tendangan ke bagian selangkangannya, yang membuat penyerangnya tersebut membungkukkan tubuhnya karena kesakitan.
Tapi, ketika dia melakukan hal tersebut, Apple justru mengangkat dengkulnya ke wajah pria itu dan membuatnya berteriak dengan penuh kesakitan, mencoba untuk menutupi wajahnya dengan kedua tangan, seraya darah terus mengucur dari hidungnya yang patah.
Apple tersenyum dengan bangga pada dirinya sendiri ketika dia melihat hal tersebut dan hendak menyerang lagi, tapi tepat pada saat itu, pria tersebut justru menghunuskan pisau yang dia ambil dari pinggangnya ke arah Apple, membuat gadis tersebut mengambil beberapa Langkah mundur.
Apple pernah bertarung dengan seseorang yang menggunakan pisau sementara dirinya tidak memiliki apapun, tapi itu bukanlah sebuah pengalaman yang menyenangkan dan kalau bisa, dirinya tidak ingin mengulangi pengalaman seperti itu lagi.
Tidak jauh darinya, Apple dapat melihat pistol yang tadi dilemparkan oleh pria tadi, tapi pria itu juga melihat ke arah yang sama.
"Jangan macam- macam, aku bisa membunuhmu sekarang juga," geramnya dengan marah, tangan satunya masih menutupi hidungnya yang berdarah.
"Jangan khawatir, aku bisa melakukan hal yang sama padamu," jawab Apple, tidak menunjukkan rasa takutnya sama sekali.
Tapi, tepat pada saat itu, pria tadi justru melemparkan pisau yang dia pegang ke arah Apple dengan gerakan yang tidak terduga.
Beruntungnya refleks Apple cukup bagus sehingga dia bisa menghindari serangan tersebut tanpa terluka, hanya saja, pria tadi segera berlari ke arah pistol tadi dan meraihnya.
Dengan sangat tepat, dia mengarahkan pistol tersebut pada Apple dan bersiap untuk menarik pelatuknya.
Apple mungkin bisa menghindari lemparan pisau yang terarah padanya, tapi bukan berarti dia dapat menghindari peluru yang ditembakkan ke arahnya. Dia tidak memiliki kemampuan tersebut.
Maka dari itu, dengan wajah tanpa emosi, dia mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan terburuk, ketika dia mendengar sebuah suara letusan senjata.