Seli hanya tersenyum saat Bara menantangnya. Tentu saja dia masih kuat melayani laki-laki itu hingga puas meski umurnya sudah menginjak empat puluh tahun.
Wanita itu memosisikan dirinya di atas ranjang sambil menunggu Bara melepas celananya. Seli sengaja membiarkan Bara memulai duluan. Dan tidak disangka laki-laki itu langsung jatuh di atas tubuhnya dan tanpa aba-aba, ia mengecup lehernya perlahan hingga membuat Seli seketika melayang.
"Ugh, Bara."
Seli mencoba mendorong tubuh Bara tapi semakin dia mencoba melawan semakin dia tidak berdaya. Gerakan Bara terlalu lincah dan kuat kalau sudah soal ranjang.
"Huh, kenapa malam ini kamu terlihat sangat seksi, sih? Kamu sengaja ya godain aku?" ujar Bara yang semakin tidak sabar menjamah seluruh bagian tubuh Seli.
Wanita itu tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangan Bara mulai membelai bagian demi bagian sensitifnya hingga Seli merasa dibuat kacau oleh kekasihnya itu.
Sudah lama sekali dia tidak melakukan hubungan badan dengan laki-laki mana pun. Meski banyak sekali pria yang datang ke rumahnya, tapi hanya Bara yang bisa 'menaklukkan' dirinya, hingga Seli rela memberikan semua tubuhnya untuk kekasih gelapnya itu.
Seperti yang terjadi di atas ranjang malam ini, Bara berhasil membuka seluruh baju daster Seli hingga kini tubuh wanita itu terlihat semua. Laki-laki itu tidak mau melewatkan waktunya meski hanya satu detik saja. Dia langsung beraksi dengan hebat dan membuat Seli sangat puas malam ini.
"B-Bara... Sa-sayang... Ugh..."
Suara desahan yang keluar dari mulut janda itu semakin membuat Bara bersemangat. Bahkan dia tidak merasa kalau tubuh Seli kini sudah berumur empat puluh tahun, rasanya seperti masih gadis. Karena Seli selalu merawat tubuhnya, membuat itu lebih menggoda dari pada tubuh istrinya sendiri, Arum.
Malam yang dingin berubah hangat seketika. Seperti layaknya pengantin baru, keduanya sama-sama melepaskan hasrat yang terpendam.
Bara memompa si janda cantik itu tanpa ampun. Menghajarnya. Mengehentak-hentaknya. Seperti kuda jantan saat musim kawin tiba. Hingga tak terasa permainan mereka sudah berlangsung satu jam, dan akhirnya tibalah mereka di puncak kenikmatan...
Ugh.
Ugh.
Ahh...
Tubuh Seli mengejang, dan sesaat kemudian rohnya seakan terlepas dari badan. Lega sekali rasanya.
Begitupun dengan Bara, yang kini tampak kelelahan merebahkan badannya di ranjang.
Keduanya sama-sama berkeringat, dan mengakhiri semua kegilaan permainan malam ini dengan berciuman.
"Aku cinta kamu," ucap Seli tersenyum.
"Aku juga cinta kamu, Sayang," Bara membalasnya.
Hingga pada akhirnya pria itu tak sanggup melakukan apa-apa lagi. Ia memejam matanya, dan tertidur di kamar Seli. Mereka masih sama-sama bertelanjang dengan tubuh yang hanya terbalut selimut putih saja.
***
Pagi hari.
Arum sengaja pulang cepat agar pagi ini sudah sampai di rumah dan bertemu suaminya. Sebenarnya ia selalu sedih tiap ada kerjaan di luar kota dan mengharuskan dia meninggalkan Bara di rumah sendiri.
"Assalamu'alaikum, Sayang. Aku sudah pulang," teriak Arum sambil menggeret koper masuk ke dalam rumah.
Dia pulang diantar oleh Rayhan. Namun, rekan kerjanya itu langsung pulang ke rumahnya sendiri karena lelah setelah melewati perjalanan jauh.
Arum menaruh oleh-oleh dan sarapan yang dia beli saat perjalanan pulang tadi. Tapi, sudah beberapa menit dia di rumah tapi belum ada jawaban dari suaminya.
"Mas Bara kemana sih? Apa dia belum bangun?"
Arum pun memutuskan untuk pergi ke kamar yang berada di lantai dua. Pagi ini sudah pukul delapan pagi dan biasanya Bara sudah bangun dari jam enam pagi.
"Mas, kamu belum bangun? Ini sudah jam delapan lho," ucap Arum bergumam sendiri.
Tapi ketika sampai di kamar ternyata dia tidak menemukan suaminya. Bahkan selimut pun masih tertata rapi. Wanita itu menoleh-noleh mencari keberadaan suaminya.
"Mas... Mas... Mas Bara?"
Aneh.
Tidak seperti biasanya Bara tidak berada di rumah saat dia pulang. Karena pekerjaan suaminya itu di rumah sebagai digital marketer, dan Bara merupakan tipe laki-laki yang tidak terlalu suka keluar rumah.
Arum menutup kembali pintu kamar. Lalu dia mencoba menelpon Bara tapi tidak ada respon.
"Nomornya aktif, tapi kenapa nggak diangkat? Apa Mas Bara lagi keluar beli makanan?"
Arum tetap berpikir positif. Dia sadar diri kalau kepergiannya tentu akan membuat Bara melakukan apa-apa sendiri. Dari mencari makan, beres-beres rumah dan pekerjaan lain yang harusnya dikerjakan oleh wanita, Bara melakukannya sendiri.
Arum sempat menyarankan untuk mencari pembantu rumah tangga yang bisa meringankan pekerjaan rumah. Tapi Bara menolak dengan alasan dia tidak mau ada orang lain di rumahnya.
"Huh, ya sudahlah. Aku mandi dulu aja," ucap Arum frustasi tak menemukan suaminya, lalu memutuskan untuk mandi.
***
Sementara di kamar Seli, Bara masih tertidur pulas karena kelelahan semalam. Sedangkan Seli baru saja selesai mandi. Wanita itu melihat handphone kekasihnya yang menyala di atas meja.
"Panggilan masuk dari ... Arum?" lirih Seli membaca beberapa tulisan yang tertera di layar.
"Bara, Bara Sayang, ayo bangun." Seli menggoyang-goyangkan tubuh laki-laki itu yang masih tertidur pulas. Tapi dasar Bara, ia malah menarik tubuh Seli hingga terjatuh di atas tubuhnya.
"Hm, kamu baru mandi ya? Pengen main lagi?" ujar Bara tanpa membuka mata.
"Sayang, sekarang bukan waktunya untuk itu. Kamu harus pulang."
"Halah, ngapain sih pulang? Aku lebih betah di sini tahu sama kamu." Bara semakin mengeratkan pelukan.
Tubuh Seli memang sedikit berisi. Dan semakin membuat laki-laki itu lebih nyaman dan betah saat memeluk si janda itu.
"Iya, iya, aku tahu. Tapi masalahnya kamu harus pulang ke rumah. Karena Arum sudah pulang."
"Hah, apa? Arum sudah pulang?"
Mata Bara langsung terbuka sangat lebar saat tahu kalau istrinya sudah kembali dari luar kota. Sedangkan dia masih berada di kamar Seli dengan tubuh telanjang dan berbalut selimut.
"Kamu serius?"
"Iya, aku serius. Dia menelponmu berkali-kali dan mengirim beberapa pesan singkat."
Bara langsung mengambil handphonenya. Dan benar kalau Arum sudah menelponnya beberapa kali.
"Astaga, sekarang aku harus bagaimana?"
Bara sangat panik. Dia langsung beranjak dari ranjang dan mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai. Ini pertama kalinya dia tidak berada di rumah saat Arum pulang dari luar kota.
"Sayang, maafin aku ya. Aku tinggal dulu. Kamu paham kan keadaanku?"
"Iya, aku paham kok. Ya sudah kamu pulang sana," ucap Seli yang masih duduk di ranjang.
Bara merasa semakin jatuh cinta dengan Seli karena pengertiannya. Bahkan wanita itu tidak marah saat dia hendak pulang ke rumah untuk menemui istrinya.
Tidak lupa sebelum pergi dia meninggalkan kecupan hangat di kening Seli dan sedikit mengacak-acak rambut kekasihnya itu dengan lembut. Sebenarnya Bara masih belum ingin mengakhiri kebersamaannya dengan Seli. Apalagi melihat tubuh sexy si Janda yang hanya mengenakan handuk saja.
Bara keluar dari rumah itu. Dia pun sangat berhati-hati karena rumahnya dengan si janda bersebelahan. Bahkan hanya membutuhkan lima langkah saja untuk sampai di rumahnya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsallam, ya ampun, Mas Bara kamu dari mana?"
Arum sangat mengkhawatirkan suaminya.
"A-aku habis keluar jalan-jalan pagi. Kamu kan tahu sendiri kalau aku jarang olahraga."
"Oh, aku kira kamu dari mana? Aku itu sengaja pulang pagi biar bisa ketemu kamu. Aku kangen banget sama kamu, Mas."
Arum memeluk suaminya. Dia benar-benar sangat merindukan Bara setelah dua hari meninggalkan Bara di rumah. Meski ini bukan pertama kalinya dia keluar kota.
"Iya, Sayang. Aku juga merindukanmu."
"Mas, kok baju kamu bau parfum perempuan?" tanya Arum saat memeluk suaminya.