Chereads / TERJERAT JANDA SEBELAH / Chapter 3 - CURIGA

Chapter 3 - CURIGA

"Masa sih, Sayang?"

Bara berpura-pura mencium badannya sendiri. Dan memang benar yang dikatakan Arum kalau bajunya bau parfum perempuan.

"Nggak ah. Nggak bau apa-apa kok."

"Nggak Mas. Beneran baju kamu bau parfum perempuan. Kayaknya aku nggak salah cium deh."

Arum mendekati suaminya lalu menciumi baju Bara dan memang benar kalau bau tercium bau parfum perempuan. Dia sangat yakin dengan penciumannya.

"Hm, masak sih? Tapi aku tidak mencium apa pun. Sudah, Sayang. Dari pada kamu mengada-ngada yang nggak penting mending kamu bikinin aku sarapan karena perutku keroncongan nih."

Bara mencoba mengalihkan kecurigaan Arum dia tidak mau istrinya semakin mempermasalahkan soal bau parfum Seli yang menempel di bajunya. Karena dia sendiri memang mencium bau harum dari bajunya.

"Hm, tapi aku yakin sekali kalau bajumu bau parfum perempuan. Tapi ya sudah lah. Oiya, aku sudah belikan sarapan buat kamu, Mas tadi waktu perjalanan pulang."

"Oiya, kamu beli apa memangnya?"

"Aku beli bubur ayam kesukaan kamu."

"Wah, kamu memang pengertian sekali. Tahu saja kalau aku sangat lapar."

Bara berjalan menuju meja makan. Dia pun langsung membuka bingkisan yang berada di meja.

"sini aku bukakan."

Dengan senang hati Arum melayani suaminya. Meski sebenarnya dia merasa sangat lelah karena perjalanan jauh yang dia tempuh semalam.

Melihat wajah Bara yang terlihat sangat senang membuat rasa lelahnya sedikit berkurang. Arum pun duduk dan mereka makan bubur ayam bersama.

"Oiya, Mas. Memangnya kamu joging kemana? Kok aku nggak lihat kamu waktu pulang?"

"E-aku joging ke arah Taman Sejahtera."

"Kok jauh banget, Mas? Kenapa nggak di Taman Melati saja yang dekat dengan rumah?"

"Mmm, biar sedikit jauh. Kan semakin jauh semakin baik."

Bara merasa seperti sedang diintrogasi oleh istrinya sendiri. Kalau sampai dia salah menjawab Arum pasti akan bertanya semakin banyak.

"Kamu memang perlu rajin joging, Sayang. Lagi pula kerjaanmu kan di rumah jadi jarang gerak kan?"

"Iya, Sayang. Aku juga berpikir begitu."

Sambil mengunyah Arum melihat bubur ayam suaminya yang masih banyak. Tidak biasanya Bara seperti tidak nafsu makan, padahal itu adalah makanan kesukannya.

"Lho, Mas. Kamu lagi nggak nafsu makan? Kok buburnya masih banyak?"

"E-iya, Sayang. Tadi malam aku makan banyak jadi sampai sekarang belum lapar."

Arum mengangguk. Dia memang selalu percaya dengan semua yang diucapkan oleh Bara. Bahkan sedikit pun tidak ada rasa curiga dengan suaminya.

"Oiya, Mas. Aku dengar-dengar dari orang-orang katanya Mbak Seli yang tinggal disebelah rumah kita itu sering didatangi laki-laki, lho."

Uhuk! Uhuk!

Bara terkejut sekali saat istrinya membahas soal Seli, janda yang sedang dekat dengannya. Bahkan semalam dia menghabiskan wantu dengan wanita yang dimaksud Arum.

"Masak sih, Sayang?"

"Serius, Mas. Aku dengar dari banyak orang waktu beli sayur kemarin di depan."

Bara menelan ludah. Laki-laki itu menggapai gelas berisi air putih dan meminumnya. Tiba-tiba dia merasa gerah.

"Sudah lah, Sayang. Nggak usah mikirin omongan orang. Apalagi Mbak Seli kan tetangga kita. Lebih baik kita tidak tahu apa-apa."

"Iya juga sih, Mas. Kemarin juga banyak ibu-ibu yang tanya soal itu sama aku."

Arum mengekas bekas bubur ayam dan membuangnya ke tong sampah. Tidak lupa dia pun mencuci tangannya di wastafel.

Tok! Tok! Tok!

Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk rumah mereka.

"Biar aku saja yang buka, Mas."

"Kamu yakin? Kamu kan baru pulang pasti kamu lelah."

"Nggak, Sayang. Kamu tenang saja."

Arum tersenyum pada suaminya. Dia merasa kalau Bara sudah terlalu sabar menerima kesibukannya di kantor yang jarang di rumah saat harus menjalankan bertugas di luar kota.

Dengan mengenakan baju yang sama dia membukakan pintu untuk tamu yang datang ke rumah. Karena dia belum sempat ganti baju sedari tadi.

"Mbak Seli?"

Arum terkejut sekali saat melihat janda sebelah yang bertamu ke rumahnya. Meski mereka sudah lama bertetangga Seli baru dua kali ini berkunjung ke rumah saat dia berada di rumah.

Dia tidak tahu kalau janda itu kerap ke rumahnya saat dirinya tidak berada di rumah. Dengan memakai rok diatas lutut membuat Seli terlihat sangat sexy dan menggoda.

"Selamat pagi, Arum."

"Iya, selamat pagi juga, Mbak. Oiya, ada apa ya?"

"Oh, nggak. Ini aku mau mengembalikan ponsel milik Bara."

"Ponsel milik Mas Bara?"

Arum terkejut sekali saat janda itu mengatakan ponsel suaminya ada di wanita itu. Dia melihat ponsel yang sedang dipegang di tangan Seli dan memang itu ponsel milik suaminya.

"Lho, kok ponsel suami saya ada di Mbak Seli?"

Janda itu tersenyum sambil mengelus lembut rambut panjangnya. Seli memang telihat sangat cantik. Bahkan kulitnya putih bersih terawat dan tidak terlihat kalau usianya sudah empat puluh tahun. .

"Sayang, siapa yang datang?" teriak Bara dari dalam rumah.

Arum masih diam sambil menunggu jawaban dari Seli, mengapa ponsel suaminya ada di tangan wanita itu. Dia tidak mau berpikir kalau suaminya ada main dengan janda yang kerap menjadi perbincangan tetangga akhir-akhir ini.

"Sayang, siapa sih yang dat-ang?"

Bara syok sekali melihat Seli berada di rumahnya bersama Arum. Entah apa yang dia pikirkan saat itu.

"Mas, ponsel kamu kok bisa ada di Mbak Seli?" Arum langsung menanyakan soal ponsel suaminya.

Dan Bara baru ingat kalau ponsel itu tertinggal di kamar Seli. Karena dia tadi sangat buru-buru waktu tahu Arum sudah pulang ke rumah sampai dia tidak kepikiran ponselnya.

Bara yang panik pun merasa mulutnya terkunci saat hendak memberi alasan untuk menjawab pertanyaan istrinya. Karena dia memang baru pertama kali ini berbohong pada Arum.

"I-itu,"

"Itu apa, Mas?"

Arum jadi berpikir yang tidak-tidak karena Bara seperti tidak bisa menjawab pertanyaannya. Bahkan wajah suaminya itu pun berubah menjadi pucat seketika.

"Arum, kamu jangan salah paham dulu. Aku menemukan ponsel suamimu di jalan depan rumahku. Karena aku tahu ini ponsel Bara jadi aku ke sini untuk mengembalikannya," ujar Seli.

Bara akhirnya bisa bernapas lega. Dia takut sekali kalau Arum tahu semalam dia tidur di rumah janda sebelah.

Dan Seli paham betul kalau Bara belum pandai berbohong pada istrinya. Karena ini baru pertama kali laki-laki itu menjalin hubungan gelap dengan wanita lain setelah menikah Arum.

"Oh, jadi ponsel suamiku jatuh. Ya ampun, Mbak Seli, maaf ya aku jadi berpikir yang tidak-tidak."

"Iya nggak apa-apa, kok."

Diam-diam Bara menatap Seli. Lagi-lagi pandangannya tertuju pada kulit mulus janda itu. Dia memang mengagumi keindahan tubuh Seli apalagi saat keadaan telanjang seperti semalam.

"Ini ponselnya."

Seli memberikan ponsel itu.

"Iya, terima kasih, Seli. Eh, maksud aku Mbak Seli."

Hampir saja Bara keceplosan memanggil janda itu dengan embel-embel 'Mbak'. Tetapi Arum sepertinya tidak terlalu memperhatikan kalimat yang keluar dari mulut suaminya.

"Oiya, Mbak Seli silakan masuk dulu," ujar Arum.

"Terima kasih untuk tawarannya. Tapi sepertinya aku harus pergi soalnya mau ke belanja keperluan rumah."

"Oh, gitu. Ya sudah mungkin lain kali, Mbak Seli bisa mampir."

"Kalau begitu aku permisi dulu."

"Sekali lagi terima kasih, Mbak."

Seli pun membalikkan badan dan pergi. Dan saat wanita itu pergi tercium bau harum parfum yang tertinggal di sana.

'Lho, ini kok kayak bau harum yang aku cium di baju Mas Bara?' batin Arum.