Chereads / TERJERAT JANDA SEBELAH / Chapter 6 - MALAM DI RUMAH SEBELAH

Chapter 6 - MALAM DI RUMAH SEBELAH

Seli menggenggam tangan Bara dan mengajaknya masuk ke dalam kamar. Laki-laki itu seperti terhipnotis kalau sudah dekat-dekat dengan wanita itu.

"Nah, ini DVD barunya."

Seli menunjukan DVD baru miliknya. Lalu dia sengaja menyetel lagu romantis malam itu. Tiba-tiba saja Bara ikut menyanyi saat musik mulai berirama.

"Lho, kamu penggemar Eric Clapton ternyata?"

Bara mengangguk dan tersenyum.

"Iya, bahkan aku hafal beberapa lagu milik Eric Clapton."

Seli tidak menyangka kalau Bara menyukai penyanyi yang sama dengannya. Bara pun melanjutkan liriknya dan suaranya cukup merdu hingga membuat Seli terpesona.

"Gimana kalau kita berdansa?" ujar Bara.

"Boleh."

Bara menarik tangan Seli dan berdansa di kamar itu. Dan dengan sangat mudah dia kini bisa melupakan kekesalannya pada Arum yang lagi-lagi pergi ke luar kota.

Janda itu selalu berhasil merubah suasana hatinya. Meski usia mereka terpaut lumayan jauh dan Seli terhitung lebih tua darinya.

Seperti biasa Seli mengenakan baju pendek yang selalu membuat gairah bagi siapa pun yang melihatnya. Body mulus dengan sedikit bulu halus pasti akan menggoda laki-laki yang melihatnya. Begitu juga dengan Bara.

"Aku nggak nyangka suaramu semerdu itu," ujar Seli dengan tangan melingkar di leher kekasihnya itu.

"Hm, begini-begini dulu aku pernah jadi vokalis band di sekolah. Bahkan aku sering mendapatkan juara dalam beberapa ajang kopetisi."

"Oiya?"

Bara mengangguk. Tangannya yang melinggar di pinggang Seli pun merapatkan tubuhnya dengan janda itu hingga terasa dua gunung besar yang mengganjal di bagian dadanya.

Laki-laki itu menelan ludah sambil menatap ke bagian itu. Dan lagi-lagi hasratnya pun datang.

"Pasti dulu kamu playboy. Iya kan?"

"Nggak dong, aku itu tipe laki-laki yang setia."

"Oiya? Tapi buktinya sekarang?"

"Sayang, kamu kan tahu sendiri posisiku saat ini. Arum suka pergi meninggalkan aku. Bahkan aku merasa seperti tidak punya istri. Dan kamu-"

"Aku? Aku kenapa?"

"Kamu selalu membuat hari-hariku lebih berwarna. Kamu lebih menghargai aku dan yang jelas kamu selalu membuat aku puas di ranjang."

Seli menggelengkan kepala. Karena dia juga merasakan hal yang sama. Meski dia sendiri tidak tahu sampai kapan hubungannya dengan Bara akan bertahan tanpa diketahui oleh siapa pun.

Dari sekian banyak laki-laki yang datang ke rumah untuk mendekatinya hanya Bara yang mampu menaklukan dirinya. Bahkan dia rela berhubungan sampai batas kewajaran.

"Jangan bohong, Bara. Aku tahu kalau Arum tetaplah menjadi wanita yang kamu cintai."

"Seli, kamu tidak percaya dengan ucapanku?"

Seli menghentikan dansa mereka. Tiba-tiba dia menjauh dari kekasih gelapnya dan berjalan mendekat jendela.

Bara masih berdiri di sana dengan tatapan yang tertuju pada bokong besar milik Seli. Rasanya dia geram sekali ingin menikmatinya.

"Tentu saja aku tidak percaya, Bara. Bagaimana pun Arum itu kan istri sah kamu. Dan nggak mungkin kamu tidak mencintainya."

Bara berjalan mendekati Seli dan memeluknya dari belakang. Tubuh janda itu memang sangat enak kalau dipeluk. Berbeda sekali dengan tubuh Arum yang kurus dan tidak berisi.

Seli pun membiarkan Bara yang memeluknya dari belakang. Dia sama sekali tidak merasa keberatan dengan tindakan kekasihnya itu.

"Sayang, ayo lah percaya sama aku. Aku sama sekali nggak bohong. Sekarang aku lebih mencintai kamu dan nyaman dengan kamu."

Bara menaruh dagunya di atas pundak Seli. Wanita itu pun tersenyum sambil mengelus-elus lembut pipi kekasihnya.

"Tapi Bara, aku ini hanya seorang janda. Bahkan banyak yang tidak suka denganku."

"Tapi aku suka. Kamu nggak usah peduli sama ucapan orang-orang tentang kamu. Yang penting dimata aku kamu adalah wanita yang sempurna."

Seli tersenyum. Setelah dia ditinggal suaminya meninggal tujuh tahun lalu. Dia memang hidup dengan banyak dikelilingi lelaki hidung belang demi mencukupi kebutuhannya.

Dan hanya Bara yang benar-benar bisa membuatnya jatuh cinta kembali setelah suaminya. Meski dia mungkin tidak bisa berharap lebih dari seorang kekasih simpanan karena Bara masih memiliki istri.

"Oiya, kamu pakai sabun mandi apa sih?"

"Memangnya kenapa?"

"Nggak apa-apa, Cuma baunya bikin aku pingin dekat-dekat sama kamu."

Seli menggelitiki Bara gemas.

"Kamu ini, ya."

"Ampun-ampun, Sayang, aduh geli."

Bara berusaha untuk membalas Seli dengan menggelitiki janda itu. Dan dia berhasil membuat Seli geli dan giliran memohon ampun pada laki-laki itu.

"Aduh, Sayang, geli. Sudah-sudah."

Bara yang tidak tega pun akhirnya menghentikan aksinya. Sambil tertawa dengan tangan memegangi perut.

Dia menatap wanita itu. Bara merasa sangat senang ketika bersama dengan Seli. Oleh karena itu dia lebih betah berada di rumah janda sebelah ketimbang di rumahnya sendiri.

"Kamu kenapa sih menatapku seperti itu?"

"Nggak, senang saja lihat wajah kamu yang cantik."

"Hm, bisa saja ya kamu."

Seli duduk di kursi riasnya sambil mendengarkan lagu yang masih berputar. Dia pun menyilangkan kakinya hingga menarik pandangan Bara pada pahanya yang mulus.

Bara menelan ludah. Dia tidak sabar ingin memeluk Seli detik itu juga. Tapi dia menunggu waktu yang tepat dan tidak terburu-buru dan membuat wanita itu akan berpikir negatif tentangnya.

"Berapa hari Arum pergi ke luar kota?"

"Entahlah. Dia belum kasih tahu berapa lama dia pergi."

Seli mengangguk. Dia berharap kalau Arum akan lama di luar kota. Dengan begitu dia bisa berlama-lama dengan suaminya.

Seli merapikan rambut panjangnya dan sedikit memanjakan roknya untuk memancing Bara.

"Malam ini kok gerah banget, ya." Seli mengipas-ipas tangannya.

Bara mencoba memalingkan tatapannya yang tertuju pada paha janda itu yang terbuka dan nampak lebih jelas. Tapi lagi-lagi dia tidak tahan.

"I-iya, aku juga merasa gerah malam ini."

"Hm, kayaknya enak sih kalah dibawa mandi aja."

"Mandi?" Bara terkejut syok sekali mendengar ucapan Seli. Pikirannya langsung tertuju pada kamar mandi dan bau harum sabun yang dipakai oleh janda itu.

"Iya mandi. Biar gerahnya sedikit hilang. Memangnya kamu betah kalau gerah begitu?"

Seli beranjak dari tempat duduk dan menghempaskan rambutnya. Dia pun membuka dua kancing bajunya untuk memancing gairah Bara.

Saat melihat wajah laki-laki itu pucat dia pun langsung melangkahkan kaki ke kamar mandi yang berada di dalam kamar. Dan langkahnya berhenti di pintu lalu menoleh ke belakang.

"Bara, aku mandi dulu ya. Kamu tunggu saja di sini," ujar Seli.

"I-iya, Seli."

Tidak lama pintu kamar mandi pun tertutup dan mulai terdengar suara percikan air dari dalam sana. Dia semakin gelisah dibuatnya.

'Brengsek! Kenapa kamu selalu bikin aku nggak tahan begini, Seli?' batin Bara.

Di rumah. Marmi sedang mengintip rumah Seli dan jendela kamarnya.

"Sayangku, malam ini malam jum'at, lho," ujar Parjo yang baru saja masuk kamar.

Namun, Marmi masih fokus dengan aksinya dan tidak mendengar ucapan Parjo. Padahal suaminya itu sudah bersiap-siap untuk menyenangkan istrinya malam ini.

"Marmi, kamu lagi ngapain sih, Sayang?"

Parjo yang penasaran pun mendekati istrinya yang sedang berdiri di jendela. Padahal Marmi sudah mengenakan baju piyama kuning yang biasa dia gunakan saat malam jum'at tiba.

"Sayang, kamu lagi apa sih? Kenapa nggak jawab pertanyaanku?"

"Ya ampun, Pak. Kamu ini bikin aku kaget aja," bentak Marmi.

"Hm, kok kamu marah sih, Sayang?"

Marmi menghela napas.

"Sayang, aku itu lagi mengamati rumah si janda genit itu."

"Lho, memangnya ada apa lagi sama Seli?"

Marmi sebenarnya tidak suka kalau membahas Seli dengan suaminya. Karena dia takut suaminya juga akan terpincut dengan pesona si janda sebelah.

"Aku itu lihat bayangan Seli dengan laki-laki di kamarnya," ujar Seli.