Chereads / TERJERAT JANDA SEBELAH / Chapter 8 - BAYANGAN MISTERIUS

Chapter 8 - BAYANGAN MISTERIUS

Jam satu dini hari. Rayhan dan Arum baru saja sampai disalah satu hotel di Bandung. Mereka sengaja menginap di hotel dekat tempat meeteng besok.

"Okay, kita sudah sampai," kata Rayhan.

Arum pun bersiap-siap untuk keluar. Dari melepas sabuk pengaman dan tidak lupa dia melihat ponsel untuk memastikan ada pesan atau tidak dari Bara.

"Sudah lah, Arum. Lupakan kesedihanmu sejenak. Nanti kalau kamu terlalu berlarut-larut dalam kesedihan hanya akan membuat pikiranmu tambah banyak."

"Nggak bisa, Rayhan. Aku masih saja kepikiran suamiku di rumah."

"Iya, aku paham kamu pasti merasa bersalah. Aku hanya mengingatkanmu kalau kamu juga punya tanggung jawab soal kerjaan."

"Iya-iya aku tahu."

Rayhan mengangguk. Sebagai teman dan rekan kerja yang baik dia hanya berusaha mengingatkan Arum agar tidak terlalu banyak beban pikiran dan akan membuatnya jatuh sakit nantinya.

Mereka masuk ke dalam hotel sambil menarik koper. Rayhan pun membantu Arum untuk membawakan kopernya juga.

"Selamat malam, Pak. Kami mau menginap di sini dan kami sudah pesan secara online," ujar Rayhan.

"Baik, Pak. Atas nama siapa?"

"Rayhan Perwira dan Arum Natasya."

Resepsionis hotel pun langsung mengeceknya. Sedangkan Rayhan dan Arum mereka berdua masih berdiri dan menunggu.

"Baik, Pak. Sudah saya cek. Mari saya antarkan ke kamar."

"Iya, Pak."

Rayhan pun ikut mengantar Arum ke kamarnya terlebih dahulu. Karena dia tidak tega jika harus membiarkan sahabatnya menarik koper sendiri ke kamar.

"Ini, kamarnya."

"Terima kasih, Pak," ucap Rayhan.

"Sama-sama, Pak. Kalau kamar bapak ada di sebelah sana."

Resepsionis itu menunjuk kamar yang berada di sebrang kamar Arum.

"Ya sudah kalau begitu berikan saja kuncinya. Nanti biar saya kesana sendiri saja."

"Baik, Pak. Kalau ada apa-apa nanti bisa ke depan menemui saya."

Setelah menjalankan tugas resepsionis itu pun pergi. Dan kini hanya ada Arum dan Rayhan saja di depan kamar.

"Ya sudah, kamu masuk gih ke kamar terus istirahat. Aku tahu kamu pasti lelah."

"Iya, Rayhan. Kamu juga."

Laki-laki itu mengangguk. Dia pun beranjak pergi dari sana untuk ke kamar yang berada di sebrang kamar Arum. Tapi tiba-tiba langkahnya berhenti.

"Rayhan, kenapa?"

"Good night." Laki-laki itu tersenyum.

"Good night to."

Setelah Rayhan pergi. Arum pun masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.

Di kamar. Seli berlari dari dalam kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk saja. Kemudian tidak lama Bara pun keluar dari dalam sana juga dan mengejar wanita itu.

"Seli, jangan lari kamu!" teriak laki-laki itu.

"Ayo, Bara, kejar aku kalau kamu bisa." Seli tertawa sambil menghindar dari kejaran pacarnya itu.

"Kamu menantangku, hah?"

Bara pun langsung berlari dan berusaha mendapatkan wanita itu. Suara tawa mereka berdua pun memenuhi kamar Seli.

"Ayo-ayo, kejar aku, Bara."

Seli pun naik ke ranjang. Begitu juga dengan Bara. Mereka asik main kejar-kejaran setelah puas bercinta di kamar mandi malam ini.

"Kena kamu," ucap Bara sambil memeluk wanita itu.

"Ah, kamu curang."

"Nggak dong."

Seli berbalik badan dan memeluk Bara. Meski laki-laki itu sepuluh tahun lebih muda darinya tapi dia merasa sangat nyaman. Dia tidak peduli lagi perihal umur atau soal Bara yang masih berstatus suami orang.

"Sayang, apa kamu benar-benar mencintaiku?"

"Hm, Seli. Berapa kali harus aku ulangi kalau aku sangat mencintaimu. Kenapa kamu masih ragu padahal kita baru saja selesai bercinta. Apa itu kurang membuktikan perasaanku?"

Seli mengeratkan pelukannya. Dan kini dia merasa takut kehilangan Bara.

"Tapi bisa saja kan kamu hanya menjadikan aku hanya pemuas nafsumu saja karena kesepian ditinggal Arum. Bagaimana kalau besok Arum tiba-tiba berhenti kerja. Kamu pasti akan meninggalkan aku begitu saja."

Dan Bara tidak kepikiran sampai kesitu. Dia bahkan tidak tahu apakah Arum akan selamanya bekerja atau suatu hari nanti istrinya itu akan berubah pikiran untuk beralih profesi sebagai ibu rumah tangga saja?

Selama ini yang dia tahu menjadi wanita karir adalah cita-cita Arum sedari dulu. Dan dia berpikir kalau istrinya tentu akan memperjuangkan cita-citanya yang sudah terwujud ini.

"Sayang, kok kamu diam?"

"Seli, Arum sangat mencintai pekerjaannya ketimbang aku. Percaya lah kalau Arum pasti akan tetap bekerja dan sering meninggalkan aku."

Tetap saja wanita itu belum lega. Apalagi kalau Arum tahu suaminya berselingkuh dengannya. Pasti Arum akan memilih untuk berhenti bekerja demi mempertahankan rumah tangganya.

Awalnya Seli hanya berniat untuk bersenang-senang saja dengan Bara untuk menghilangkan rasa kesepian menjadi seorang janda. Tapi seiring berjalannya waktu dia malah benar-benar jatuh hati pada Bara dan ingin menikah dengannya.

"Seli, kamu harus percaya sama aku. Aku nggak mau kehilangan kamu, Sayang."

"Begitu juga denganku, Bara. Aku juga sangat mencintaimu."

Bara menatap Seli dan menyibak rambut wanita itu ke telinga. Lalu sebuah kecupan lembut pun mendarat di kening janda itu.

Kalau sudah di rumah janda sebelah Bara bahkan sedikit pun tidak mengingat istrinya. Bahkan dia sampai lupa untuk mengirim pesan pada Arum sekedar menanyakan kabar.

Dia sudah asyik dengan gairah janda itu. Dan ingin memeluknya setiap detik.

Pagi yang cerah. Arum sedang bercermin memakai lipstiknya. Dia memang wanita yang rajin dalam bekerja. Hal itu membuat atasanya sangat percaya dengannya soal perkerjaan-pekerjaan besar.

Bukan hanya itu. Arum juga memiliki banyak prestasi di kampus dan membuat dia mendapatkan beasiswa. Jadi tidak heran kalau wanita itu terkenal sangat cerdas bagi orang-orang terdekat.

Drrtt!

Ponselnya berdering. Dan terlihat sebuah pesan dari Rayhan yang memeberi tahu kalau laki-laki itu sudah menunggunya di lobby hotel. Arum pun segera kesana untuk menemui rekan kerjanya.

Pandangan Rayhan terpaku pada Arum yang sedang berjalan mendekatinya. Sampai dia tidak mengedipkan mata.

"Aduh, maaf-maaf aku telat ya."

"No, kamu nggak telat kok, Arum. Hanya saja-"

"Hanya saja apa?"

"Kamu sangat cantik pagi ini. Pantas saja banyak klien yang mau berkerja sama dengan kita."

Plak!

Arum memukul pundak Rayhan. Rekan kerja yang kini sudah menjadi sahabatnya itu memang gemar memujinya.

"Jangan mulai deh, Rayhan."

"Lho, aku serius, Arum."

"Ya-ya, terserah kamu saja. Mending kita cepat-cepat pergi biar nggak telat."

Arum berjalan meninggalkan Rayhan. Dia memang tidak suka kalau dipuji akan kecantikannya.

Laki-laki itu menggelengkan kepala sambil tersenyum heran. Baru kali ini dia melihat wanita yang tidak suka dipuji cantik.

"Arum, tunggu dong," teriak Rayhan mengejar Arum.

Di halaman rumah. Marmi sedang asyik menyirami bunga-bunganya. Bahkan hampir setiap hari dia merawat tanamannya dengan senang hati.

Tidak lupa dia pun bernyanyi dengan riang. Pagi yang cerah semakin cerah dengan suasana hati Marmi.

"Hm, bunga-bungaku memang cantik-cantik kayak yang punya." Marmi meringis geli dengan perkataannya sendiri.

Beberapa bunga pun bermekaran dan ada tiga ekor kupu-kupu yang hinggap di bunganya. Hal itu semakin membuat hati Marmi senang.

"Permisi."

Marmi menggeliat saat mendengar suara orang bertamu. Dan di balik pagar rumahnya dia melihat seseorang berdiri di depan rumah Arum.

"Permisi."

Marmi pun dengan sirgap keluar dan menghampiri orang itu. Dia memang tipe orang yang ramah dengan siapa pun terkecuali Seli.

Kalau sudah urusan dengan si janda itu Marmi merasa tangannya gatal sekali. Dan ingin mencekik Seli agar tidak ada ancaman bagi suaminya terpincut dengan body mulus janda sebelah.

"Maaf, mau cari siapa ya?" tanya Marmi pada orang itu.