Chereads / TERJERAT JANDA SEBELAH / Chapter 4 - TETANGGA JULID

Chapter 4 - TETANGGA JULID

"Mas Bara," panggil Arum pada suaminya yang sudah masuk ke dalam rumah.

Dia pun mengejarnya.

"Iya, Arum. Ada apa?"

"Mas, kok bau parfum Mbak Seli kayak bau wangi yang aku cium di bajumu tadi?"

Bara terkejut mendengar pertanyaan dari istrinya mengenai parfum itu. Dia sendiri yakin kalau bau parfum di bajunya itu adalah parfum milik Seli. Dan entah bagaimana caranya bau wangi itu menempel di bajunya.

"Ah, masak sih. Penciuman kamu mungkin lagi bermasalah, Sayang."

Arum menggaruk-garuk kepala. Dia yakin sekali kalau penciumannya tidak ada masalah. Dan bau wangi yang dia cium di baju suaminya sama persis dengan bau wangi Seli saat dia pergi dari rumahnya.

Bara menatap sang istri yang masih mempermasalahkan soal bau wangi yang Arum cium. Dia berharap istrinya akan berhenti membahas soal itu.

"Masak sih penciumanku salah?"

"Sudah lah, Sayang. Dari pada kamu bingung seperti itu mending kamu pergi mandi, ganti baju, nih aku mencium aroma tidak sedap dari sini."

Arum mencium bau badannya sendiri. Dia memang belum sempat membersihkan diri sedari tadi dia pulang ke rumah.

"Ya ampun, maaf, Sayang. Aku sampai lupa kalau belum mandi. Ya sudah aku mandi dulu ya."

"Iya."

Arum pergi ke kamar untuk membersihkan diri. Sedangkan Bara dia memastikan kalau istrinya sudah masuk ke kamar mandi. Dan tidak lama terdengar suara shower yang menyala.

"Huh, akhirnya Arum percaya sama ucapanku. Jantungku terasa mau copot tadi," lirih Bara.

Siang hari.

Seli baru saja pulang membeli kebutuhan bulanan. Mobilnya berhenti di depan gerbang. Karena dia tidak memiliki satpam jadi dia harus membuka pintu gerbang sendiri.

"Lagi nggak ada tamu ya, Mbak Seli, makanya bisa pergi keluar?" ujar Marmi yang sengaja menyapa Seli di depan gerbang rumah si janda itu.

Seli hanya meringis mendengar pertanyaan dari Marmi, tetangganya yang super julid. Dia berusaha untuk tetap tenang dan santai.

"Tahu saja, Bu Marmi ini tentang kesibukan tetangga. Suka ngintipin saya, ya?" ujar Seli sambil melipat tangan.

Marmi meremas kain lap yang dia pegang. Dia memang selalu kalah kalau berdebat dengan si janda itu.

"Bu Marmi. Nggak baik lho suka nyari informasi orang lain. Entar kena azab dalam kubur tahu."

"Halah-halah, kayak Mbak Seli tahu aja soal azab. Kalau Mbak Seli tahu azab kenapa rumahnya sering didatangi laki-laki? Jangan-jangan Mbak Seli open BO, ya?"

"Jaga ucapan anda, ya?"

Kini Marmi merasa senang karena bisa mengalahkan Seli. Karena jarang sekali dia bisa memojokkan janda itu kalau sudah berdebat seperti ini.

Marmi dan suaminya sering memergoki Seli yang didatangi banyak laki-laki di rumahnya. Dan dia juga yang menyebarkan isu-isu soal Seli pada warga komplek hingga janda itu mulai terkenal di sana.

Seli baru saja pindah ke rumah itu sekitar tujuh bulan yang lalu. Dan kedatangannya di komplek itu cukup meresahkan setelah Marmi memberi tahu orang-orang soal kehidupan Seli yang dikelilingi banyak laki-laki.

"Kalau saya benar open BO kenapa? Bu Marmi takut suami Ibu ikut-ikutan ngantri di depan saya bareng laki-laki yang lainnya?"

"Heh, kurang ajar kamu! Laki-laki saya itu orangnya setia dan nggak gila janda kayak kamu."

"Bu Marmi yakin suaminya nggak tergoda sama saya? Kenyataannya Ibu bisa lihat sendiri kalau saya jauh lebih cantik, lebih sexy dan lebih menggoda dari Ibu."

Marmi menatap seluruh bagian tubuh Seli yang memang sangat putih, mulus dan sexy. Dia mengakui keindahan tubuh janda itu sebagai seorang wanita.

Marmi pun membandingkan tubuh Seli dengan tubuhnya sendiri yang kurus dan tidak begitu cantik. Meski umur mereka sama-sama empat puluh tahun tapi dia jauh terlihat lebih tua dari si janda itu.

"Saya kasih tahu ya, Bu Marmi. Biasanya laki-laki bakal suka dan tertarik karena sering melihat. Dan kebetulan kan saya sama Ibu tetanggaan nih, saya jadi takut suami Bu Marmi nggak tahan lihat tubuh saya yang sexy ini."

Seli memarkan bentuk tubuhnya pada tetangganya itu. Sikapnya pun membuat Marmi merasa panas sekali.

"Kurang ajar kamu! Aku pastikan suamiku nggak akan terpincut sama janda murahan kayak kamu. Ya memang tubuhku kurus nggak semontok kamu. Tapi suamiku itu cinta mati sama aku dan nggak mungkin tergoda sama kamu."

Nada bicara Marmi sangat keras hingga terdengar sampai ke rumahnya dan juga rumah Bara. Sampai-sampai Parjo, suaminya keluar dari rumah karena mendengar suaranya yang sangat lantang.

Parjo menghela napas saat melihat istrinya sedang bersama dengan Seli, janda yang meresahkan komplek akhir-akhir ini. Dan bukan pertama kali Marmi bertengkar dengan Seli.

"Sayang, kamu ngapain sih teriak-teriak begitu. Suara kamu itu kedengaran sampai rumah."

"Bang Parjo, ini nih gara-gara janda kegatelan. Masak dia bilang kamu ikut ngantri kayak laki-laki bandot yang suka datang ke rumah dia. Ya aku nggak terima dong," ujar Marmi.

Seli nampak masih santai sekali dengan kedua tangan yang masih terlipat. Meski sebenarnya dia merasa sangat kesal dengan sikap Marmi yang menyebalkan.

"Sudah lah, Marmiku Sayang. Jangan marah-marah seperti itu."

"Nggak bisa dong, Bang Parjo. Janda ini juga bilang kalau tubuhku kurus sedangkan tubuhnya lebih sexy dan menggoda. Jelas saja aku nggak terima."

Parjo pun melihat tubuh Seli dari ujung kaki hingga ujung rambut. Dan pandangannya berhenti di paha mulus janda itu yang terlihat karena Seli memakai rok di atas lutut.

"Bang Parjo! Kamu apa-apaan sih malah lihatin janda itu!" Marmi menepuk pundak suaminya.

"E-nggak, kok, Marmiku Sayang. A-aku nggak lihatin dia."

"Bang Parjo, mataku ini nggak sliwer jelas-jelas tadi kamu lihatin dia!"

Seli terkekeh melihat Marmi yang bertengkar dengan suaminya. Karena memang selama ini tetangga yang satu ini suka mencari masalah dengannya.

"Tuh kan, Bu Marmi. Suaminya aja langsung terpincut melihat kesexyan tubuh saya. Jadi nggak saya sarankan Bu Marmi harus lebih hati-hati."

Marmi melipat lengan bajunya dan melototkan kedua bola matanya. Dia merasa sangat panas ancaman Seli.

"Heh! Janda genit. Dengarkan aku ya! Kalau kamu berani godain suamiku, aku bakal pastikan hidup kamu jadi sengsara!"

"Ups! Ya ampun, Bu Marmi. Saya takut sekali dengan ancaman Bu Marmi." Seli berlagak ketakutan di depan tetangga julidnya.

"Hah! Inginku cekek lehermu biar putus!"

Marmi mendekati Seli dan berniat untuk mewujudkan keinginannya. Melihat aksinya itu, Parjo ketakutan.

Sedangkan Seli dia melangkah mundur untuk melindungi diri dari aksi kriminal Marmi. Tentu saja dia belum ingin mati detik itu juga.

"Marmi, Sayang, jangan!" Parjo berusaha mencegah aksi istrinya.

"Lepaskan aku, Bang! Kamu jangan belain dia! Aku harus memberi pelajaran sama janda genit ini. Biar nggak ada suami-suami orang yang tergoda sama dia!"

"Marmiku, Sayang. Tindakan kamu ini terlalu berbahaya. Kamu bisa masuk polisi kalau dia sampai mati."

Nasihat Parjo sedikit membuat Marmi berpikir sedikit jernih. Dia tidak mau masuk penjara tapi dia masih gemas sekali dengan janda itu.

Suara pertengkaran mereka yang sangat keras sampai mengundang Bara dan istrinya keluar. Mereka penasaran apa yang sedang terjadi di luar sana.

"Ini ada apa ya? Kenapa ramai sekali?" tanya Arum.