Chereads / Transmigrasi dokter cantik / Chapter 5 - rindu kasur

Chapter 5 - rindu kasur

"ini bibi asih non, masa non lupa sama bibi," jawab wanita paruh baya itu dengan senyuman manis nya, ia heran kenapa nona nya itu bisa melupakan nya yang merupakan maid yang sudah menjaganya sedari kecil hingga sekarang.

"Argghh sakit," teriak gadis itu sambil memegangi kepalanya yang terasa sanaht sakit seperti ingin pecah saja, memori seseorang perlahan masuk ke dalam ingatan nya seperti kaset rusak yang terus berputar dan itu membuat kepala nya sanaht teramat nyeri.

"Sabar non,bibi panggil kan dokter dulu," ujar wanita paruh baya yang berna bi asih.

"Ya Allah ini sakit banget, aku tau jika ini yap.ini terjadi karena seseorang yang lupa ingatan tapi kan gue gak lupa ingatan ck," ujar gadis itu dengan sebal, tentu saja ia tau apa yang sedang ia alami saat ini tapi itu terasa tak mungkin karena dia masih mengingat seluruh memori nya tapi kok bisa ya jadi lupa ingatan hm.

"Bagiamana keadaan nona muda saya dok," tanya bi asih dengan khawatir akan keadaan nona muda nya, sudah tiga hari nona nya di rawta di rumah sakit tapi tak satupun keluarga dari majikan nya yang datang untuk menjenguk nya sekalipun hanya untuk menanyakan kabar nya.

"Seperti nya nona Amalia mengalami amnesia sementara dan ingatan nya akan pulih dengan sendirinya seiring berjalannya waktu," ujar dokter laki laki itu setelah selesai dengan memeriksa keadaan gadis yang masih terbaring di atas brankar nya sambil memikirkan ingatan seseorang yang masuk ke dalam ingatan nya dan apakah sekarang ia sedang mengalami transmigrasi.

" what transmigrasi," gadis itu terlonjak kaget kala kembali ingat dengan buku yang pernah ia baca beberapa kali tentang perpindahan jiwa ke raga orang lain dan sekarang apa ia mengalami nya?.

"Dok kapan saya boleh pulang?" Tanya gadis itu dengan tidak sabaran,ia sudah rindu dengan kasur di rumah dan mungkin saja kasur dari tubuh yang ia tempati saat ini sama seperti kasurnya di tubuh nya yang asli.

"Hari ini juga nona sudah boleh pulang dengan catatan nona harus lebih banyak istirahat," Jawab sang dokter dengan senyuman nya.

"Kalo itu mah gampang dok, nanti saya istirahat yang cukup deh yang penting saya udah boleh pulang," balas gadis itu dengan senyuman tipis nya, beberapa hari ini tak ada lagi senyum manis yang di Perlihatkan oleh gadis itu pada siapapun karena sekarang tubuh itu sudah menjadi milik seorang dokter cantik yang tak sengaja berpindah ke dalam raga ini yang telah kosong.

"Ayo non kita pulang, semua perlengkapan nya sudah bibi siapin," ajak Bi asih dengan tangan yang sudah menenteng tas berukuran sedang yang berisi perlengkapan gadis ifu selama berada di sini.

"Ayo bi, Amel juga udah gak tahan ada di rumah sakit ini," balas gadis itu, dia tak bisa berada di rumah sakit ini karena dulu di kehidupan sebelum nya rumah sakit merupakan rumah kedua baginya.

Kedua orang itu pun berjalan keluar dari rumah sakit llau menghentikan sebuah taksi yang sebara tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.

"Kita gak nunggu jemputan BI?" Tanya gadis itu dengan bingung, bukan kan tubuh nya sekarang merupakan anak dari seorang konglomerat kaya raya tapi kenapa ia justru seperti orang yang tak punya saja.

"Kita pakai taksi aja ya non soalnya gak ada jemputan yang bisa jemput kita," bujuk BI asih dengan rasa tak enak nya, ia tak lupa jika nona nya sekarang mengalami amnesia sementara jadi mungkin karena itu juga nona nya melupakan jika ia tak di sukai di keluarga nya sendiri.

Tak lama kemudian taksi yang di tumpangi oleh dua orang perempuan berbeda usia itu tiba di sebuah rumah mewah nan megah tapi sepertinya rumah itu terlihat sepi seperti tidak ada kehidupan sama sekali padahal orang orang yang ada di rumah itu cukup banyak agar lebih tepatnya ada beberapa orang yang merupakan satu keluarga.

"Non kita langsung ke kamar aja ya biar non bisa segera istirahat," ajak Bi asih sambil menuntun gadis ifu menuju halaman belakang rumah di mana tempat oara pekerja yang bekerja di rumah ini.

"Loh BI kok kita ke sini? Bukan nya kamar Amel ada di dalam ya?" Tanya gadis itu dengan wajah bingung nya, bukan nya ia juga merupakan anak dari pemilik mansion mewah ini ah lebih tepatnya anak yang yak di pedulian padahal ia merupakan anak perempuan satu satunya di keluarga ini.

"Em nanti bibi jelasin ya non, sekarang non istirahat dulu bibi mau siapin makanan buat non Amel," ujar BI asih laku betlalu dari ruangan kecil itu setelah meletakan tas sedang yang ia bawa tadi di dekat kemari lusuh yang sudha tak layak pakai lagi.

Gadis itu dengan seksama memperhatikan seluruh duduk ruangan yang sedang ia tempati di mana ruangan sempit ini hanya berisi satu ranjang kecil, satu meja belajar kecil, satu lemari usang yang sudah tak layak pakai lagi dan beberapa barang lain nya dan itu sangat lah sedikit.

"Ah masa sih gue pindah nya ke tubuh ini sih kan gak astetic gitu huh," gumam gadis itu dengan kesal, hey dulu hidup nya sudah sanagt indah bersama adik nya tapi sekarang ia harus kembali hidup susah di aman ia harus bekerja di sebuah londry untuk membeli perlengkapan sekolah nya, ia bisa sekolah di sekolah elit itu dan karena bantuan beasiswa yang ia dapat kan karena kepintarannya.

"Kalo ini mah namanya senah jadi susah ck dulu udah enak jadi dokter di rumah sakit sendiri eh sekarang malah harus jadi tukang londry hus tapi ya udah lah daripada nggak sama sekali hm, mungkin di sini adalah takdir tuhan," lanjut gadis itu dengan gumaman nya yang terdengar lirih tapi mengandung kekesalan di dalam nya, yang benar saja ia yang dulu nya dokter cantik yang di segani banyak orang tapi sekarang malah pindah ke dalam tubuh gadis lemah, cupu dan juga misquen ini ah sebenarnya gadis ini tak miskin hanya saja keluarga nya tak mau berbagi harta mereka dengan nya sedikit saja, sekarang ia sangat merindukan adik laki laki tersayang nya yang entah apa kabar nya sekarang in.

"Nah daripada jadi tukang londry mending bikin kafe aja kali yah? Hm tapi kan gue gak punya duit nih bua beli semua perlengkapan nya hah capek banget deh mikirin nya," gumam gadis itu, ia teringat jika tubuh yang ia masuki ini tak punya banyak uang.