Chereads / Transmigrasi dokter cantik / Chapter 9 - dasar gadis gila

Chapter 9 - dasar gadis gila

Setelah sore hari tiba, gadis cantik nan riang terlihat berjalan di trotoar sambil menikmati angin sore sebagai teman nya pulang ke rumah.

Rupanya gadis itu salah jika sekarang orang tua nya berada di luar kota karena faktanya kadua orang tua nya tengah menantinya di pintu utama mansion dengan wajah yang tak enak di pandang.

"Kok bisa sih mereka ada di rumah, kakak tau gini mending masuk lewat gerbang samping aja" gerutu gadis itu dengan wajah kesalnya taou ia kembali merubah raut wajahnya yang tadinya kesal tapi kini terlihat biasa saja.

"Hey anak gak tau diri darimana aja kamu hah?" Tanya laki-laki paruh baya yang menunggu di tetas mansion dengan wajah yang sudah memerah.

"Bukan urusan anda" jawab gadis itu dengan datar.

"Kamu ini mau jadi apa hah? Pulang udah sore begini, mau jadi apa kamu hah" bentak pria paruh baya itu, sedangkan waniat paruh baya yang berada di samping pria itu Hanay fiak saja.

"Lewat did eoan orang tua itu harus nya hormat" ujar pria itu lagi masih dengan wajah nya yang memerah marah.

Jujur saja Amel merasa tidak pernah berbuat salah tapi kenapa ia yang di salahkan padahal ia saja tidak tau apa-apa.

Tak menggubris apa yang di katakan oleh ayah nya, gadis itu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi. Setelah mandi dan berganti pakaian, gadis itu duduk di atas meja belajarnya dan mulia mengerjakan tugas yang di berikan oleh gurunya, jika t8daj belajar pun ia akan tetap pintar takj apa kata orang nanti jika ia tidak pernah mengerjakan tugas apapun yang di berikan oleh gurunya.

Matahari yang tadinya bersinar terang kini sidha berganti dengan bulan yang menerangi bumi dengan cahaya nya, meskipun tidaj seterang matahari tapi buoan sangat lah indah juika di pandang sat malam hari. Amelia juga menatap bulan dari taman yang berada tidak jauh dari kamarnya, ya memang ada taman yang berada tidak jauh dari kamarnya, jika saja ia boleh dan bisa memilih ia ingin pergi saja dari rumah ini, bukan nya bahagia tapi malah menderita, sudah cukup selama ini Amelia yang asli hidup menderita dan sekarang ia ia tidak akan pernah membiarkan orang lain merendahkan nya lagi.

"Sekarang kamu lagi ala di sana? Nanti mabuk pasti bakal nyamperin kamu, kamu harus sabar dulu karena sekarang mbak harus selesaikan semua urusan mbak di sini dulu baru bisa ketemu sama kamu dan kita bisa kumpul lagi kayak dulu" ujar gadis itu sambil menatap bulan yang bersinar terang dannjuga bintang yang menemani bulan. Ia sangat merindukan adiknya yang berada di kota berbeda dengan nya dan ia berjanji akan segera menemui adik nya, tapi untuk sekarang ia tidak bisa pergi dari sini sebelum ia menuntaskan semua permasalahan yang ada pada pemilik tubuh ini.

"Gue pengen masalah yang di alami Amel ya g asli cepet-cepet kelar karena gue udah gak tau lagi hatus mulai dari mana, semua nya rumit gak kayak yang ada di novel, kali yang ada di novel mah enak semua nya jadi antagonis atau nggak mereka masuk ke tubuh yang sok cantik, suka bully orang, dandanan menor dan juga ngejar-ngejar cowok, nah tubuh Amel ini boro-boro lah dapet itu semua yang ada dapat susah nya semua, udah cupu, gak di anggap keluarga, temen gak punya, duit gak punya wah wah bener-bener miris banget deh hidup gue di tubuh ini" gerutu gadis yang tak lain adalah Amelia atau lebih tepatnya adalah Anara sang dokter cantik yang jiwa nya malah berpindah pada tubuh seorang gadis cupu ini.

Malam yang indah kini sudah berganti menjadi siang yang cerah, di kota ini sangat jarang turun hujan dan yang sering hanyalah gerimis tapi jika sekali nya hujan maka akan sulit untuk berhenti atau tidak hujan nya akan sanaht lebat.

Hari Minggu telah berlalu di gantikan dengan hari Senin yang sangat menyebalkan bagi para anak sekolah tentunya karena mereka sangat malas mengikuti upacara di tengah terik nya matahari pagi, begitu juga dengan Amel yang berada di barisan paling belakang, ia sudah merasakan haus sedari tadi mendengar amanat dari kepala sekolah nya yang tengah berpidato sejak satu jam yang lalu, apa pria paruh baya itu tidak merasa lelah sedari tadi terus saja berpidato panjang kali lebar, ia dan yang lain nya saja sudah bosan mendengar pidato dari kepala sekolah nya itu, mungkin kalian akan berpikir jika Amel ya g sekarang juga akan seranin Amel yang dulu maka kalain salah, Amel yang sekarang sudah pernah melewati masa sekolah nya dulu dan ia juga sudah tau apa saja te tentang sekolah nya karena dulu ia tidak bisa menikmati masa sekolah nya karena sibuk memikirkan kebutuhan nya dan adik nya di saat itu taou sekarang ia akan menikmati sekolah nya seperti apa yang ia impikan dulu di mana sekolah tak memiliki beban tapi sepertinya itu semua tidak akan terjadi mengingat jika tubuh nya sekarang sangat menderita dan juga harus bekerja untuk mendapatkan uang. Apa tuhan tidak kasihan padanya yang harus bekerja di saat sekolah, ah niat nya untuk membangun cafe jadi lebih besar dan sebentar lagi ia akan segera membangun cafe agar ia tak perlu capek-capek bekerja di loundy.

Setelah barisan di bubarkan, semua murid pergi ke tempat yang berbeda, ada yang ke kantin dan ada juga yang ke kelas, Amel pergi ke kelasnya saja karena uang yang ia bawa saat ini pas-pasan untuk bus nanti saat pulang sekolah, kan tidak mungkin ia berjalan kaki karena uang untuk ongkos pulang nya ia belikan jajan.

Brukh

"Eh buset ya Allah" kaget Amel ya g terjatuh karena menabrak sesuatu yang terasa seperti tembok.

"Kalau jalan liat-liat dong Lo" kesal gadis itu padahal kan yang berjalan tidak melihat jalan dengan baik adalah dirinya tali malah orang yang di tabrak yang di sembur.

"Lo yang gak liat jalan, mata tuh di pake" balas laki-laki yang baru saja ia tabrak.

"Lo tuh yang ngapain di tengah jalan, Lo tau kan kalo berdiri di tengah jalan itu gak bagus" kesal gadis itu tak mau kalah.

"Dasar gadis gila" ujar laki-laki itu tapi berbeda dengan hatinya yang terasa aneh saat tak sengaja menatap mata gadis yang berdebat dengan nya.

"Dia yang berdiri di tengah jalan malah gue yang salah his dasar" gerutu gadis itu sambil berjalan dengan kesal, gadis itu masih tidak sadar jika sedari tadi ia menjadi pusat perhatian.