Di depan makam yang masih basah, terlihat beberapa orang yang masih berada di sana untuk memberikan doa pada seseorang yang telah pergi mendahului mereka, tadi memang banyak orang yang datang tapi sekarang sudah pulang dan tersisa beberapa orang terdekat saja yang masih enggan untuk pergi dari sana.
"Den, ayo kita pulang sekarang sudah siang," ajak seorang wanita paruh baya pada seorang remaja laki laki yang masih memandangi nisan yang tertulis nama orang yang sangat amat ia sayangi, orang yang selama ini telah merawat nya dari kecil dan berjuang demi dirinya.
"Tapi bi kalo Mbak ana pergi trus Zikri sama siap BI?" Tanya remaja itu dengan wajah sendu nya, ia tidak menangis tapi dari matanya sudah terlihat jika ia sangat kehilangan dan juga ia yang paling bersedih atas kepentingan Kakak nya itu. Orang tua nya sudah meninggal kan nya sejak maish bayi dan sekarang kakak satu satunya juga pergi meninggalkan nya untuk selama nya, lalu untuk apa lagi ia hidup di dunia ini tanpa ada seorang pun yang menemani nya lagi, lebih baik ia juga ikut pergi menyusul mereka semua di dan dan hidup bersama di alam lain.
"Aden kan maosh punya bibi, Aden gak boleh sedih nanti non juga ikut sedih kalo Aden nya sedih," bujuk mbok Juli, jujur wanita paruh baya itu juga merasakan kehilangan atas kepergian nona nya yang sudah ia anggap sebagai anak nya sendiri tapi kini nona baik hatinya telah pergi menyisakan segala kenangan.
"Andai aja malam itu Mbak ana gak nganterin Zikri pasti sekarang mbak ana masih sama kita," sendu remaja itu dengan sedih, ia menyesal telah minta di anata kakak nya tadi malam, andai saja ia tak meminta antar pasti sekarang ia masih bisa melihat senyuman manis kakak nya pagi ini.
"Udah den, ini semua kehendak Allah yang maha kuasa, kita semua sebagai makhluk nya hanya bisa menjalani takdir yang sudah beliau haruskan untuk kita dan atas kepergian non Ana itu sama sekali bukan salah Aden," ujar mbok Juli dengan senyum Terpaksa nya, bagaimana pun juga ia juga sedih dengan kepergian gadis yang sudah ia anggap sebagai anak nya sendiri, bisa kalian bayangkan jika anak kalian pergi apa kalain tidak akan sedih.
Setelah di bujuk dan waktu juga sudah tengah hari akhirnya remaja tampan itu mau untuk pulang ke rumah mereka, wajah yang awalnya datar kini bertambah datar seperti orang yang tak punya ekspresi sama sekali.
Di tempat lain, masih di negara yang sama tapi di kota yang berbeda, terlihat seorang gadis berseragam putih abu-abu tengah di buly habis habisan oleh para temba temannya yang tidak menyukai nya.
"Dasar cupu, udah jelek iuw kusam lagi"
"Huhu makanya jangan cupu, dan Lo sok blagu nya mau deketin Nathan wow sangat bodoh bukan"
"Nathan itu punya Laura dan Lo jangan sesekali buat deketin dia, anggap aja ini sebagai pelajaran buat Lo yanh udah berani ganggu milik Laura," bentak seorang gadis cantik sambil menjambak rambut panjang gadis cupu itu, sekarang gadis itu menjadi tontonan banyak orang di sekolah ini. Sudah menjadi hak biasa ketika gadis cupu itu di buku oleh teman teman nya karena ia sama sekali tidak melawan, percuma saja ia melawan jika pada akhirnya ia juga akan kalah dan tetus di buly.
Sebagian siswa-siswi banyak yang ikut membuly,berkata sinis,mengejek, dan juga ada beberapa orang yang ikut kasihan melihat nasib gadis itu yang sangat miris.
Karena terlalu lelah dengan segala nya, gadis itu pun berusaha untuk berdiri dan berlari sekuat tenaganya, hingga sampailah ia di roftop sekolah yang sepi tanpa penghuni. Ia sudah bosan dengan hidup nya yang tak pernah bahagia sejak kecil hah bahkan keluarga nya sendiri membenci dirinya tanpa alasan hm mungkin alasan nya adalah karena kesalahpahaman yang terjadi di masa lalu bahakn ia sendiri tak tau apa itu.
"Tuhan aku lelah, tolong izin aku oegi untuk selamanya tapi jika di berikan kesempatan kedua aku ingin ada seorang yang bisa membantu ku untuk merubah semua nya," gumam gadis itu sebelum melangkah kan kakinya dan terjun dari roftop yang berada di lantai empat sekolah elit ini.
'bruk'
Para siswa siswi dan guru guru yang berada di dekat tempat itu pun dengan cepat berlari menuju asal suara kala mendengar suara dentuman yang cukup keras dan juga melihat seorang gadis terjun dengan bebas dari atas sana.
"Ya Tuhan miris sekali"
"Si cupu akhirnya milih buat mati juga"
"dia pantas untuk itu"
"Lebih baik ia mati dari dulu saja"
"Astaga itu kenapa bisa seperti itu"
Banyak kata kata yang menjelekkan gadis yang baru saja terjatuh dari lantai empat sekolah ini, sebagian ada yang mencibir dan juga ada beberapa yang meringis melihat di mana wajah gadis itu sudah di penuhi oleh darah yang mengalir dari kepala nya.
Para guru guru pun memanggil kan ambulan agar membawa sanag gadis ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan sebelum terlambat karena jika terjadi sesuatu pada gadis itu maka nama baik sekolah lah yang akan menjadi taruhannya, bisa saja sekolah itu di cap jelek oleh orang orang di luar sana.
Setelah di larikan ke rumah sakit, gadis itu pun mendapat kan penanganan yang cepat dan baru bisa id selamat kan setalah melakukan operasi, sejauh ini yang datang hanyalah seorang maid di rumah nya sedangkan keluarga nya tak ada yang peduli dengan kehidupan sang gadis, maish untung keluarganya mau menghidupi nya meskipun dengan cacian dan makian.
"Non ayo bangun non, bibi tau non itu gadis yang sangat kuat dan pasti nya non bisa bangun secepatnya," ujar seorang wanita paruh baya yang merupakan maid di rumah Sabah gadis.
Dua hari telah di lalui, gadis itu maish terbaring di brankar rumah sakit, hingga matanya sedikit demi sedikit mulai terbuka.hal pertama yang menjadi pusat perhatian nya adalah dinding yang serba putih dan juga bau obat obatan yang menyengat.
"Min..um," pinta gadis itu dengan suara serak nya yang terputus-putus karena tenggorokan nya yang terasa sakit.
"Alhamdulillah non udah bangun, ini non minum nya," ujar seorang wanita paruh baya yang tak di kenali oleh gadis itu.
"Anda siapa!" Tanya gadis itu setelah merasa lega di tenggorokan nya, sungguh iabtidaj tau di mana ia sekarang ah ia tau jika ia berada di rumah sakit tapi yang tidak ia tau adalah rasa aisng di tempat ini dan juga wanita paruh baya yang sama sekali tidak ia kenali.