Tidak lama Vina masuk kedalam ruangan kerjanya, disusul oleh sekretaris pribadinya yang bernama Laila.
Dalam proses seleksi pegawai baru, Vina dibantu oleh Laila selaku skretaris sekaligus asistennya. Wanita bertubuh imut yang tidak kalah cantik dengan bosnya itu mulai memanggil satu persatu nama peserta calon karyawan untuk dimintanya masuk kedalam ruangan Vina.
Perusahaan Vina sedang membutuhkan kurang lebih lima office boy maupun office girl yang mampu bekerja dengan baik dan tentunya dengan SOP yang berlaku.
Belajar dari pengalaman pada saat perusahaan dibawah pimpinan ayahnya, terdapat kasus salah satu anggota cleaning service melakukan pencurian di brankas yang ada pada ruangan pimpinan. Tanpa berfikir panjang, saat itu ayah Vina memecat orang tersebut langsung dihari itu juga.
Saat ini perusahaan sudah dibawah pimpinan Vina, ia tidak ingin hal serupa terjadi untuk kesekian kalinya. Vina juga tidak menggunakan pihak ke tiga untuk mendapatkan karyawan baru. Karena ia harus memastikan setiap karyawannya mempunyai perilaku baik dan bekerja dengan ikhlas. Disamping itu pula Vina mempunyai penilaian tersendiri untuk karyawan barunya.
Satu persatu nama peserta dipersilahkan masuk duduk di kursi yang sudah di siapkan. Mulai dari urutan pertama sampai yang terakhir, Vina mulai melakukan sesi interview dengan beberapa petanyaan yang harus di jawan oleh mereka.
Dan pada akhirnya, kesepuluh peserta yang tadinya menunggu di depan ruang Vina, telah mengikuti seleksi interview. Tidak lama kemudian, pemimpin sudah memutuskan siapa saja yang lolos.
Vina telah menemukan enam calon cleaning service yang lolos ke tahap selanjutnya. Keenam orang tersebut kembali diminta oleh Vina masuk kedalam ruangannya untuk menjelaskan tahap selanjutnya yang akan di lalu mereka sebelum resmi tanda tangan kontrak dengan perusahaannya.
Proses interview berakhir tepat disaat jam istirahat kantor. Setiap jam istirahat kantor, Vina selalu membeli makan siang di warung yang letaknya bersebrangan dengan perusahaannya.
"Selamat siang bu Vina."
Sapa setiap karyawan berjalan berpapasan dengannya.
"Selamat siang bu Vina, mau ke warung depan ya? Bolehkan saya menemani ibu?" Ucap salah satu pegawai membuat langkah Vina terhenti.
"Tidak." jawaban yang singkat dengan wajah datar membalas tawaran pria yang satu lift dengannya.
Vina berjalan turun dengan lift menuju ke arah lobi seorang diri dengan ponsel dan dompet yang ada pada gengaman tangannya. Walaupun banyak karyawan yang menaksir Vina, mereka tidak berani untuk mengajak atasannya itu karena pembawaannya yang tegas dan terlihat kaku.
Vina sudah terlanjur nyaman dengan kesendirian. Kemanapun ia pergi, ia selalu seorang diri. Hal itu dikarenakan luka masalalu yang membuatnya menjadi dirinya menjadi wanita yang sellau bersikap dingin.
***
Perusahaan Vina terletak pada pusat keramaian kota Surabaya, banyak kendaraan yang berlalu lalang tiada habisnya. Hal tersebut membuat Vina harus dibantu oleh satpam untuk menyebrang jalan menuju warung sebrang.
Satpam itu berhasil membantunya untuk menyebrang. Namun, saat Vina sampai di depan warung, dua orang pria berjaket hitam lengkap dengan penutup kepala serta masker yang menutupi wajahnya. Pencopet itu telah berhasil merampas dompet yang ada pada genggaman Vina.
"Copet, copet, tolong dompet saya dicopet!!" Teriak Vina histeris meminta bantuan dan berusaha mengejar pencopet tersebut.
Tiba-tiba copet itu berhenti saat terkena lemparan sepatu yang sempat melayang mengenai salah satu kepala mereka.
Tidak tinggal diam, seseorang itu dengan cekatan mengejar copet tersebut demi mendapatkan dompet Vina kembali.
Pria tersebut sempat beradu kekuatan dalam perjuangannya untuk mendapatkan dompet itu kembali.
Tidak sia-sia, dompet tersebut dapat ia rampas kembali dari copet-copet brandalan itu. "Sana lo pergi! Jangan beraninya sama wanita! Kalau ingin punya uang, ya kerja jangan malah nyopet!!" bentak pria berbaju hitam putih sambil menendang motor milik pencopet itu dan pergi.
Vina menghampiri pria yang berhasil menyelatkan dompetnya.
"Kamu?" ujar Vina terheran seraya menyerengitkan keningnya saat ia bertemu dengan pria yang menolongnya dari kedua pencopet yang sempat membawa lari dompetnya.
"Ini mbak dompetnya. Alhamdulillah berhasil saya ambil dari berandalan itu. Silahkan dicek kembali isinya. Semoga saja masih utuh uang didalamnya." Ujar pria tersebut menyerahkan dompet berbentuk persegi panjang dan berwarna hitam terebut.
Vina menerima dompet miliknya, sambil mengecek kembali isi yang ada didalamnya. "Alhamdulillah semuanya utuh tidak kurang. Sebenarnya sih uang bukan masalah utama yang ada pada dompet saya ini. Tetapi, kartu dan surat penting lainnya yang lebih utama daripada uang." jawab Vina
Dan Vina juga menyerahkan beberapa uang berwarna biru muda kepada pria yang sudah dua kali menolongnya itu. "Tolong diterima ya, kamu sudah dua kali menolong saya. Kamu bagaikan batman ketika saya dalam kesulitan tiba-tiba kamu datang menolong saya. Entah suatu kebetulan atau apa, tolong terima ini dari saya. Plis, jangan menolak." Vira terpaksa meletakkan uang tersebit diatas tangan pria itu.
Namun lagi-lagi pria berbaju hitam putih yang sudah terlihat lusuh itu menolaknya. "Syukurlah kalau memang utuh. Dan sekali lagi saya ikhlas membantunya. Saya tidak bisa menerima uang sebanyak ini. Maaf." Jawabnya mengembalikan uang tersebut ketangan Vina.
Dengan menekuk wajahnya, Vina merasa sedih saat pria itu tidak mau menerima imbalan darinya. "Masih ada orang sebaik dia, lalu dengan cara apa aku haru membalas kebaikan orang ini." Gumam Vina kebingungan.
"Kalau begitu saya pergi dulu mbak. Kebetulan juga ada angkot lewat." Pria itu melambaikan tangannya untuk menghentikan kendaraan umum yang sudah terlihat untuknya pulang.
Lamunan vina tersadar saat pria itu hendak pergi. "Eh sebentar tunggu dulu." tanpa disadari Vina menarik tangan pemuda itu yang sudah menginjakan kaki masuk kedalam angkot umum.
"Ada apa ya mbak ? saya harus pergi. Ibu saya sudah menunggu dirumah." Jawabnya berbalik badan dan turun dari angkot yang sudah terlanjur berhenti didepan mereka.
"Eh maaf." melepaskan tangannya. "Plis, kali ini jangan menolak. Walaupun tidak seberapa tolong terima ajakan saya ya."
"Ajakan? Memangnya saya mau diajak kemana?"
"Tuh." Vina menunjuk salah satu warung makan yang tidak jauh dari jaraknya merwka berdiri. "Kita makan siang disitu. Aku yang traktir deh. Aku tahu kamu terlihat lelah dan capek sekali setelah berantem sama pencopet tadi. Plis ya, jangan nolak lagi. Emm, anggap saja ini adalah hadiah dari saya. Yuk!" Sedikit memaksa, Vina menarik tangan pemuda itu hingga masuk kedalam warung tersebut.
"Selamat siang bu Vina." Sapaan dari karyawan Vina secara bergantian. Namun Vina hanya membalasnya dengan senyuman saja.
Disaat Vina masuk warung tersebut, hampir semua mata pengunjung warung itu tertuju pada Vina yang masuk kedalam warung bersama seorang pria dengan pakaian sudah tidak rapi serta penampilan yang berantakan. Sebab karyawan Vina mengetahui bahwa Vina adalah wanita yang bersikap dingin serta dan susah untuk didekati oleh pria manapun. Namun kali ini, Vina makan siang bersama seorang pria yang tidak pernah mereka kenal.
Kebetulan siang itu pengunjung warung semuanya karyawannya, Vina terpaksa meminta mereka untuk meninggalkan tempat itu. Karena Vina ingin pemuda bersamanya tidak merasa canggung dengan adanya pria berdasi dan berkemeja rapi.
"Perhatian semuanya, kalian kan karyawan saya, saya minta kalian meninggalkan warung ini segera! Tenang, biarkan makanan kalian saya yang bayar. Asal kalian mau meninggalkan tempat ini. Karena tempat ini akan saya booking dengan teman saya." seru Vina tegas dihadapan mereka.
"Baik bu." jawab salah satu karyawan sembari diikuti oleh karyawan yang lain beranjak pergi dari warung tersebut.
Setelah memastikan warung itu sepi dan tinggal mereka dan pemilik warung. Vina mempersilahkan pemuda itu untuk duduk dan memilih makanan dan minuman yang ia suka.
"Kamu mau makan apa? Silahkan pilih sepuasnya."
Tidak lupa Vina juga meminta pemilik warung untuk melayani, menyiapkan makanan yang dipesan olehnya.
Akhirnya pria tersebut menerima pmberian dari Vina. Ia memesan nasi beserta lauk sayur lodeh dengan telur mata sapi diatasnya. Dan tidak lupa, minum yang ia pesan adalah es teh. "Loh kok cuman ini? Ayolah pilih yang lain jangan sungkan-sungkan. Kan juga ada ayam, daging dan lainnya." Protes Vina saat melihat makanan yang di pesan oleh pemuda itu.
Pemuda itu menggeleng. "Tidak mbak, sederhana saja nikmat, kenapa harus mewah." Jawab pria itu sambil meringis memperlihatkan giginya yang terlihat rapi.