"Tapi bagaimana nanti kalau banyak orang yang ngatain aku numpang tinggal sama kamu? Belum lagi kamu kan public figur, kalau seandainya nanti wartawan memergoki di rumah kamu ada laki-laki, pasti kamu akan dicap buruk sama mereka," ujar Alden yang masih meragu.
"Tidak ada satupun wartawan yang mengetahui di mana rumahku berada, karena mereka tahunya selama ini aku cuma tinggal di apartemen. Lagian walaupun wartawan mengetahuinya aku juga sama sekali tidak peduli, mereka mau mengecap aku buruk atau apapun itu aku enggak peduli sama sekali dan aku masa bodoh dengan hali itu, karena bagiku mereka yang tidak menyukaiku adalah mereka penggemarku yang sebenarnya, hanya saja mereka masih gengsi aja mengakuinya," terang Angel.
"Terus bagaimana kalau nanti asisten kamu nanyain, kenapa aku masih tetap di sini padahal perjanjiannya cuma satu malam?" bingung Alden.
"Hm kalau soal itu biar nanti aku yang mengurusnya, kamu tidak perlu khawatir kamu cukup tinggal di sini dan nemenin aku," ujar Angel yang diangguki oleh Alden.
"Baiklah kalau begitu, berhubung aku juga tidak punya tempat tinggal di luar sana aku mau tinggal di sini sama kamu hehe. Makasih ya sudah mengizinkan aku untuk tinggal di sini, padahal aku kan hanya sebatas orang asing buat kamu," girang Alden karena akhirnya mendapatkan tempat tinggal yang begitu nyaman.
Ketika Alden hendak pergi ke dapur untuk mencuci piring kotornya, tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera nama mamanya di sana.
Drttt drttt drttt!!
"Mama"
Is calling...
"Halo? Kenapa?"
"Halo, sayang? Kamu ada di mana sekarang? Mama, kangen sama kamu."
"Halah, orang waktu papa ngusir aku mama juga diam aja."
"Maafin mama sayang, Mama tidak bisa berbuat banyak saat itu, kamu tahu sendiri kan bagaimana emosi papa kamu yang suka meledak-ledak kalau dibantah keputusannya?"
"Dan mama lebih mementingkan papa dibandingkan anak kandung mama sendiri, padahal papa cuma orang baru di dalam kehidupan kita, tapi mama lebih mementingkannya. Tidak papa kok aku sudah ikhlas kalau aku diusir dari rumah, aku juga sudah tidak berharap untuk kembali lagi ke sana. Aku bisa mencukupi kehidupanku sendiri di luar tanpa bantuan dari kalian."
"Jangan begitu sayang, Mama khawatir kamu di luar sana kenapa-kenapa. Kamu adalah anak mama satu-satunya, apa kamu tega ninggalin mama sendirian di sini?"
"Tapi mama juga tidak memperdulikan aku saat aku diusir dari rumah? Mama, tidak perlu mengkhawatirkan aku lagi dan mama cukup pedulikan suami mama itu."
Setiap berbicara dengan mamanya hanya membuat Alden kesal saja, ingin sekali rasanya menyuruh mamanya untuk bercerai dengan laki-laki itu, namun ia tidak bisa melakukannya karena ia paham betul kalau mamanya membutuhkan sosok pendamping. Hanya saja yang disayangkan adalah mamanya salah dalam memilih pendamping, hampir semua laki-laki di dunia ini memang cuma manis di awal ketika hendak mendapatkan sesuatu, tapi itu tidak termasuk Alden pastinya.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Angel yang secara tidak sengaja mendengarkan saat Alden mengobrol di telepon.
"Tidak ada, hanya saja mama menyuruhku untuk pulang," jawab Alden sembari mencuci piringnya.
"Terus kamu mau pulang?" tebak Angel yang dibalas gelengan oleh laki-laki dihadapannya.
"Tidak, aku tidak akan pernah mau pulang selama masih ada suaminya itu. Aku luntang lantung di jalan kayak gini juga gara-gara aku diusir sama suaminya itu," curhat Alden membuat Angel mengerutkan keningnya.
"Maksudnya papa kamu?" tanya Angel.
"Bukan, dia suami barunya mama. Aku emang dari awal enggak cocok sama laki-laki itu, cuma karena dari awal aku tahu kalau mama udah suka banget sama dia, jadi aku tidak bisa melarang untuk mama menikah dengannya. Kalau papaku udah enggak ada," ujar Alden membuat Angel mengangguk paham.
"Ya sudah kalau kamu tidak mau pulang, berarti kamu stay di sini sama aku, kan?" tanya Angel yang diangguki oleh Alden.
"Terus aku harus tidur di kamar mana, kalau aku tinggal di sini?" tanya Alden begitu selesai mencuci piringnya kemudian bergabung dengan Angel yang duduk di meja makan.
"Memangnya kenapa?" heran Angel.
"Ya kan tidak mungkin aku tidur di kamar kamu terus menerus," ujar Alden.
"Ada apa dengan kamarku? Kenapa kalau kamu tidur di kamarku? Kamu tidak menyukainya?" tebak Angel.
"Bukan begitu, hanya saja aku merasa tidak enak kalau tidur di kamar kamu. Secara kamu kan pemilik rumah ini dan aku hanya numpang doang di sini, jadi mana mungkin aku tidur di kamar pribadi milik kamu," ujar Alden membuat Angel mempertimbangkannya.
"Ya sudah kalau begitu kamu bisa menempati kamar yang ada di sebelah kamarku, jadi nanti kalau aku butuh sesuatu aku tidak perlu jauh-jauh untuk memanggil kamu," tunjuk Angel pada kamar kosong yang ada di sebelah kanan kamarnya.
"Sekali lagi terima kasih sudah mengizinkan aku untuk tinggal di sini, ya sudah kalau begitu aku mau bersihin kamarnya dulu sebelum aku tempatin nanti malam," pamit Alden kemudian bergegas menaiki tangga dan menuju ke kamar barunya.
TING TONG TING TONG!!
Angel yang tadinya hendak menyuruh Alden untuk membukakan pintu, namun tidak jadi ia lakukan karena teringat Alden sedang membersihkan kamarnya. Ia juga tidak bisa menyewa asisten rumah tangga untuk membersihkannya, karena sampai sekarang semua pekerja di rumahnya belum disuruh masuk lagi.
CEKLEKKK!!
"Ish kenapa lama sekali buka pintunya?" protes Laras kemudian menerobos masuk begitu saja, karena sudah menganggap rumah tersebut seperti rumahnya sendiri.
"Bagaimana tadi di lokasi syuting?" tanya Angel tanpa basa-basi.
"Semuanya kacau, gara-gara berita itu para wartawan tidak henti-hentinya menyerbu lokasi syuting yang satu dengan yang lainnya, pokoknya di mana tempat kamu syuting mereka pasti menyerbunya. Aku sampai dibuat kewalahan untuk menjelaskan kepada mereka bahwa berita itu hanyalah hoax semata," curhat Laras.
"Apa mereka percaya kalau berita itu hanya hoax?" tanya Angel sembari bersidekap di depan dada.
"Tentu saja mereka tidak akan percaya begitu saja, direkaman CCTV itu muka kamu kelihatan jelas banget. Tapi yang membuat aku heran adalah rekaman itu lokasinya ada di apartemen pribadi kamu, entah kenapa aku berpikir ada orang yang berniat buruk menjatuhkan karier kamu dengan memasang CCTV di sana," ujar Laras membuat Angel berpikir.
"Apa ada kemungkinan, yang menyebarkan rekaman CCTV itu adalah pemilik dari gedung apartemen?" tanya Angel.
"Kalau benar seperti itu, kita bisa menuntut pemilik gedung apartemen itu karena, apa? Ya karena itu sama saja sudah melanggar privasi kamu," ujar Laras.
"Angel? Punya kemoceng, enggak?" teriak Alden dari lantai atas.
"Lho? Dia kok masih di sini?" terkejut Laras.
JANGAN LUPA TAMBAHKAN KE RAK DAN TINGGALKAN REVIEW JUGA GAESSS, TERIMAKASIH.