Chereads / Hey Alden / Chapter 12 - Jangan Pernah Percaya dengan Gosip

Chapter 12 - Jangan Pernah Percaya dengan Gosip

Alden yang bingung harus ngapain di dalam rumah tersebut, akhirnya memutuskan untuk mengambil cemilan kemudian duduk di ruang tengah lalu menyetel televisi, untuk menemani kegabutannya selagi menunggu wanita si pemilik rumah datang.

"Padahal dia baru beberapa jam yang lalu bilangnya mau pergi syuting, tapi kenapa sekarang udah mau pulang aja? Memangnya syuting secepat itu, ya? Berarti enak dong kalau syuting cepat terus langsung dapat gaji kayak, gitu? Ah beruntung banget dia bisa jadi artis?" takjub Alden sembari menggonta-ganti channel dan mencari channel yang bagus di pagi hari.

Alden sangat jarang sekali menonton televisi, karena kesehariannya di rumah pun juga kalau tidak ada kegiatan pasti cuma di kamar sambil main handphone. Apalagi semenjak ada ayah tirinya di rumah semakin membuatnya tidak betah kalau berada di luar kamar, dan tidak peduli sama sekali kalau orang-orang di luar sana selalu berpikir, kalau dirinya adalah pengangguran yang kerjanya cuma bisa di kamar.

Sempat berkuliah namun hanya dua semester saja, setelah itu Alden memutuskan untuk keluar dari kampus karena tidak mau lagi meminta uang dari mamanya untuk biaya kuliah. Ia berpikir bisa mendapatkan pekerjaan tanpa bergantung kepada ijazah, tetapi memang kenyataannya di zaman sekarang sangat susah mendapatkan pekerjaan apalagi kalau cuma lulusan SMA doang.

"Eh ada berita apa itu? Lho? Bukannya itu tante Laras, ya? Tapi kenapa dia diserbu banyak wartawan kayak, gitu?" heran Alden.

"Eh tapi kalau di situ ada tante Laras? Berarti di situ juga ada Tante Angel, dong? Tapi kenapa cuma tante Laras yang diserbu wartawan? Tante Angel, ke mana?" bingung Alden sembari memperbesar volumenya, namun tiba-tiba ada seseorang yang menyahut remote televisi yang dipegangnya, kemudian mematikan televisinya begitu saja.

"Lho? Kenapa televisinya dimatikan?" tanya Alden kepada Angel yang baru saja pulang.

"Tayangan yang sedang kamu tonton sama sekali tidak berbobot, jadi tidak untuk dilihat. Ini aku bawakan makanan cepat taruh di atas piring dan bawa lagi ke sini," suruh Angel sembari menyadarkan bingkisan yang dibawanya.

Alden menerimanya kemudian berjalan menuju ke dapur sesuai dengan perintah dari si pemilik rumah, sedangkan Angel menghembuskan nafas beratnya karena suasana di luar sedang tidak baik-baik saja. Ia sangat males kalau harus memberikan klarifikasi atau berupa apapun kepada media, tapi wartawan itu selalu saja mengejar-ngejar dirinya.

"Huh, siapa yang berani-beraninya membocorkan kepada media, soal aku membawa laki-laki ke apartemen dan aku bingung, laki-laki mana yang aku bawa ke sana?" Angel merasa bingung karena bukan cuma satu, dua, laki-laki saja yang pernah dibawanya ke apartemen.

"Ini makanannya," ucap Alden sembari menaruh semua makanan yang dibawa oleh Angel di atas meja.

"Ayo kit makan," ajak Angel yang diangguki oleh Alden.

Alden ingin sekali menanyakan sesuatu namun melihat dari raut wajahnya Ange,l yang terlihat seperti biasanya selalu menyeramkan membuatnya tidak berani untuk mengucapkan sepatah kata pun, kalau bukan dari angel duluan yang memulainya.

"Kenapa kamu dari tadi curi-curi pandang seperti itu?" tanya Angel yang masih fokus pada makanannya, namun dapat merasakan bahwa laki-laki yang duduk di sebelahnya terus melirik ke arahnya.

"Aku cuma bingung aja, kamu belum lama berangkat syuting tapi kok udah pulang, lagi? Apa ada sesuatu yang ketinggalan atau bagaimana?" tanya Alden.

"Sebenarnya itu bukan urusan kamu tapi berhubung kamu bertanya kayak gitu, jadi aku cuma bisa bilang kalau aku lagi tidak mood syuting hari ini, aku memutuskan untuk pulang saja daripada nanti di sana juga tidak fokus kerja," jawab Angel setelah menelan makanannya.

"Apa itu ada hubungannya dengan berita yang tadi ada di televisi?" tanya akses membuat Angel menolehkan kepalanya.

"Hm? Berita apa?" heran Angel.

"Yeahh tadi aku melihat tante Laras dikerubungi banyak wartawan, aku pikir kamu juga pasti ada di sekitar situ. Kan dia asisten kamu?" ujar Alden membuat Angel menatap datar ke arahnya.

"Aku melarang kamu untuk menonton acara gosip mulai hari ini," tegur Angel membuat Alden kebingungan.

"Memangnya kenapa? Ya aku juga jarang banget sih nonton TV, tadi lagi gabut banget aja makanya aku nonton TV," ujar Alden.

"Pokoknya mulai sekarang kamu enggak boleh nonton TV, apalagi nonton acara gosip terutama. Kalau kamu mau tahu sesuatu langsung tanya sama aku, tidak perlu mencari tahu lewat orang lain apalagi lewat acara gosip," jelas Angel membuat Alden mengangguk paham.

"Ngomong-ngomong apa setelah selesai makan, aku sudah boleh pergi dari sini?" tanya Alden membuat dahinya Angel mengkerut.

"Mau pergi ke mana?" tanya Angel.

"Iya, maksudnya bukankah perjanjiannya cuma semalam saja? Pada kenyataannya aku di sini udah dua hari, kan aku juga belum mencari kosan jadi aku pengen buru-buru nyari kosan," ujar Alden yang tak berani menatap mata wanita yang ada di sampingnya dan memilih menatap makanan yang ada di piringnya.

"Buat apa kamu nyari kosan? Memangnya kamu tidak punya rumah?" tanya Angel.

"Yeahh aku diusir dari rumah, jadi aku pengen nyari kos-kosan sendiri," jawab Alden membuat Angel mengangguk paham.

"Kalau kamu tidak punya tempat tinggal, terus kenapa kamu pergi dari sini? Kenapa kamu tidak tinggal di sini saja?" tawar Angel membuat Alden tertawa.

"Tinggal di rumah ini? Di rumah sebagus ini? Aku tidak mau bermimpi tinggal di rumah mewah kayak gini, aku udah ada rencana buat nyari kosan sih cuma belum ketemu yang cocok aja," ujar Alden.

"Daripada kamu nyari kosan, lebih baik kamu tinggal di sini. Lagian aku tinggal di sini juga seorang diri, jadi aku akan senang kalau kamu juga tinggal di sini," bujuk Angel.

"Tapi bukankah aku ini orang asing? Kenapa kamu menawariku untuk tinggal di sini?" heran Alden.

"Salah satu sebab kenapa aku menawari kamu tinggal di sini adalah biar aku tidak susah lagi, mencari pria-pria di luar sana untuk melampiaskan nafsuku kalau ada kamu di sini. Bagaimana? Kamu tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk tinggal di sini, kamu cukup menemani aku di rumah ini dan mengikuti semua keinginanku. Apa tadi kamu sudah mengecek rekening? Aku sudah mentransfer sejumlah uang sebagai tanda terima kasih untuk malam itu," ujar Angel membuat Alden mengeluarkan ponselnya kemudian mengecek m-banking.

"Wahhh gila, 100 juta?" takjub Alden dengan nominal saldo yang bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya.

"Kan sudah aku bilang, aku akan memberikan kamu imbalan kalau kamu menuruti keinginanku. Pergunakan uang itu dengan sebaik mungkin, jadi bagaimana apa kamu tinggal di rumah ini?" bujuk Angel membuat Alden mempertimbangkannya kembali.

JANGAN LUPA TAMBAHKAN KE RAK DAN TINGGALKAN REVIEW JUGA GAESSS, TERIMAKASIH.