Chereads / MALAM-MALAM LIAR TANPA CINTA / Chapter 5 - Part 5. Telepon Penipuan

Chapter 5 - Part 5. Telepon Penipuan

Waktu rasanya berjalan terlalu lambat selama ponsel miliknya terus saja bergetar. Panggilan dari nomor tak dikenal yang berhasil membuat jantungnya berdebar lebih cepat. Mata cokelatnya tidak lepas dari nomor yang tertera di sana. Membuat tangan dan seluruh anggota badan yang lain seolah ikut membeku.

"Sayang, kok engga diangkat?" tanya Farhan tanpa tahu apa yang sedang kekasihnya rasakan.

Ucapan itu membuat Binar sedikit terkejut. Lalu melihat sang kekasih yang memandanginya dengan tatapan bingung. "Maksudnya?"

Farhan menjadi lebih bingung. Akan tetapi, dia memutuskan untuk tertawa kecil sebelum berkata, "Itu, loh. Ponsel kamu. Kenapa engga diangkat?"

"Oh …. Kenapa juga harus aku angkat?"

"Kali aja itu telepon penipuan. Jadi nanti bisa kamu balas kerjain sambil aku rekam. Kayaknya seru, tuh."

Ide yang Farhan ajukan terdengar sama sekali tidak menarik di telinga Binar. Degup jantungnya membuat semua hal jadi tampak tidak menyenangkan. Tetapi, dia tidak membalas ucapan sang kekasih dengan cara yang tidak menyenangkan. Memutuskan untuk menunggu sampai getar ponsel benar-benar berhenti. "Engga seru tahu, Han. Yang ada malah buang-buang waktu kita kalau ngeladenin orang kayak mereka."

Sang kekasih kembali tertawa. Memenuhi wajah lembutnya dengan keceriaan. Entah dari kapan, Binar merasa bahwa Farhan menjadi jauh lebih tampan dari sebelumnya. Padahal, dulu pria itu terlihat biasa-biasa saja. Rambut hitam pendek dengan gaya dibelah pinggir. Sedikit garis hitam di bawah mata. Juga beberapa bekas jerawat yang sepertinya tidak akan bisa hilang. Dan sekarang, dengan penampilan yang persis sama, Farhan terlihat lebih tampan. Dia tidak tahu, apa pria itu memang menjadi lebih baik, atau cara pandangnya yang sekarang menjadi terlalu subjektif?

"Ya engga apa-apa. Sesekali, kan, lumayan juga buat jadi hiburan."

"Kalau lucu, sih, mungkin iya, bisa buat lucu-lucuan. Kalau malah jadi gontok-gontokan gimana?"

"Kalau udah engga lucu lagi, ya ditutup aja teleponnya," jawab pria itu dengan santai. Dia mengambil ponselnya sendiri dari atas meja. "Coba sebutin nomor yang barusan telepon kamu. Aku cek di internet."

Binar tidak banyak protes dan menyebutkan nomor yang tertera di layar ponselnya. Selang beberapa detik, Farhan mengatakan bahwa nomor yang disebutkan tersebut memang terdaftar sebagai nomor yang sering melakukan tindak penipuan. Itu menunjukkan bahwa tebakan Farhan memang tepat, dan rasa takut yang sempat membuat jantung binar berdetak terlalu cepat tidaklah berarti apa-apa. Bahwa semuanya tidak lebih dari sekedar kekhawatirannya semata. Mengetahui fakta tersebut setidaknya telah berhasil membuat Binar bisa menghela napas lega.

Selama belasan menit, sepasang kekasih tersebut memutuskan untuk tetap berada di warung bakso sambil menunggu waktu istirahat mereka berakhir. Membicarakan hal-hal menarik yang akan membuat keduanya saling tertawa dalam wajah yang ceria. Barulah ketika waktu istirahat mereka sudah hampir habis, keduanya berjalan meninggalkan tempat makan itu.

Langit cerah Jakarta langsung membelai kulit mereka yang sebelumnya tersembunyi dalam teduh. Keduanya berjalan sambil mencari-cari pohon yang tumbuh untuk membuat trotoar menjadi sedikit lebih sejuk.

"Sayang, kamu nanti malam ada acara engga?"

"Hmm," Binar berusaha mengingat rencananya untuk nanti malam. "Kayaknya, sih, engga ada rencana ke mana-mana. Kamu?"

Raut wajah Farhan berubah menjadi sombong yang sangat dibuat-buat. "Kalau aku udah ada rencana, dong."

"Mau ngapain?"

"Mau ngajak kamu makan sama nonton."

Mendengarnya, Binar langsung menoleh dengan tatapan yang dibuat seolah bingung, lalu dia tertawa kecil tidak lama kemudian. "Begitu aja, kok, sombong banget, sih."

"Harus sombong, dong," balas Farhan secepat kilat. "Soalnya pacar aku, tuh, orangnya sibuk banget. Tiap mau diajak pergi kencan, biasanya sibuuuk terus. Ada aja yang dikerjain. Nah, sekarang, nih, mumpung orangnya lagi engga ada acara, jadi aku bisa ajak jalan-jalan. Jadi, engga salah dong kalau aku sombong sedikit."

Keduanya pun tertawa lepas untuk beberapa waktu. Hal-hal kecil seperti ini terkadang menjadi sebuah momen yang penuh dengan keceriaan dan kasih sayang. Dan untuk seluruh tawa yang sudah Farhan berikan padanya siang itu, Binar merangkulkan kedua tangannya di lengan sang kekasih, dan mulai berjalan sambil bersandar manja.

Selama sisa perjalanan mereka menuju gedung kantor, sang wanita tidak melepaskan kemesraan mereka. Membiarkan momen yang indah terus berjalan dan membuat waktu berlalu terlalu cepat. Tanpa sadar, keduanya pun tiba gerbang kaca gedung kantor mereka. Di sana, Binar mulai melepas rangkulan mesranya.

"Jadi, nanti pulang kerja kita langsung pergi?"

"Iya. Aku udah bawa helm dua, kok."

"Bukannya tiap hari kamu bawa helm dua, ya?" ledek Binar sambil tertawa kecil.

"Benar juga, sih. Soalnya, aku itu tiap hari pengennya bisa antar pacar aku pulang kerja. Tapi, apalah daya." Farhan balas meledek, juga sambil tertawa.

Dalam sekejap, tiba-tiba saja Binar mencubit perut Farhan dengan penuh canda. Dia tahu betul betapa Farhan sangat ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya. Binar pun juga ingin melakukan hal yang sama. Namun, dengan seluruh kegiatan yang tidak semaunya Farhan ketahui, rasanya agak sulit untuk bisa menghabiskan waktu bersama pria itu terlalu banyak. Bahkan, jumpa mereka di gedung kantor terasa sangat-sangat berarti.

Pasangan itu terus melanjutkan kemesraan mereka tanpa benar-benar peduli pada orang-orang yang ada di sekeliling. Menurut pepatah, saat sepasang kekasih saling jatuh cinta, dunia terasa milik berdua. Dan pepatah tersebut nyatanya memang sangat cocok untuk menggambarkan bagaimana kemesraan Binar dan Farhan dalam menikmati kebersamaan mereka.

Begitu ceria.

Begitu lembut.

Begitu manis.

Kebahagiaan yang membuat pasangan kekasih tersebut sama sekali tidak menyadari sepasang mata yang pada saat itu sedang membayang-bayangi mereka. Melihat dari kejauhan, dengan sorot yang kurang bersahabat. Terus memperhatikan dalam kelabu, sampai Binar dan Farhan tersembunyi oleh pintu lift yang tertutup rapat.