Ahamad berjalan paling depan, berjalan menyusuri jalanan setapak, mahasiswa perempuan kepayahan karena barang bawaannya yang terlalu banyak. Sementara untuk menuju tempat yang akan mereka tinggali masih cukup jauh sekitar 2,5 km dari tempat mereka sekarang.
Kendaraan bermotor pun jarang yang lewat apalagi mobil, tidak bakalan ada karena namanya juga jalan setapak mana muat buat mobil. Ahamad merasa kasihan dengan mereka sehingga menawarkan ide untuk membawa tas dan koper-koper mereka menggunakan jasa gerobak.
"Hmm...kakak-kakak semuanya, maaf nih bukan maksud saya tidak sopan, saya hanya sekedar menawarkan, apakah kiranya tidak keberatan jika koper-kopernya dibawa menggunakan gerobak punya warga di sini?" Ungkap Ahamad dengan hati-hati.
Kemudian mahasiswa yang perempuan, ada yang mengangguk, ada pula yang menolak dengan sangat,
"Iwww...pakai gerobak?...Hallo...ini tuh barang-barang mahal yah, enak aja mau ditarik pakai gerobak mending gue tenteng sendiri kelles." Cibir nya dengan ketus.
"Kan saya tidak memaksa kak, ya sudah kalau tidak mau, saya ingatkan kembali perjalanan menuju rumah Kakaknya Bu Aisah masih sekitar 2,5 km." Ungkap Ahamad dengan tegas.
Mahasiswa kebanyakan tercengang, mereka saling menyikut dan akhirnya sebagian dari mereka mengikuti saran dari Ahmad untuk menarik koper-kopernya dengan gerobak.
Sementara sebagian yang lain malah mencibir dan tetap angkuh dengan pendiriannya.
"Jauh banget sih, memangnya di sini gak ada ojeg apa, masa harus jalan sejauh itu sih, bisa gempor nanti kita." Sarkas salah satu mahasiswa perempuan.
Ahamad mengabaikan dengan ocehan-ocehan yang didengarnya, bagi Ahamad itu sudah biasa, ketika menghadapi mahasiswa dari kota, tidak jarang bahkan dirinya direndahkan.
Kemudian Ahamad meminta mereka untuk menunggu sebentar, karena hendak pergi menemui warga yang memiliki gerobak. Tidak lama kemudian Ahamad datang dengan dua orang bapak-bapak yang masing-masing membawa satu gerobak.
Sebelum Koper-Koper itu dinaikan ke dalam gerobak, Ahmad bernegosiasi terlebih dahulu dengan para mahasiwa.
"Eit...tunggu dulu, jangan asal naik saja donk kak, ini kan gerobak punya warga kampung sini, nanti bapak-bapak ini harus balik lagi ke sini kan dan tentu saja harus ada jasa untuk itu." Kata-kata Ahamad terpotong oleh salah satu mahasiswa.
"Oh jadi kita harus bayar nih ceritanya, sudahlah gampang itu." Ungkapnya dengan santai.
"Ok...terimakasih kalau kalian setuju, tapi ongkosnya harus ditentukan sekarang yah, jangan sampai nanti kalian protes di akhir, akadnya harus jelas." Ungkap Ahamad penuh penegasan.
"Terus kamu maunya berapa?" Tanya lagi seorang mahasiswa dengan sedikit nyolot.
Ahmad menanggapinya dengan santai,
"Tenang kak, gak usah nyolot, hmm...gimana kalau 200 ribu per gerobak, nanti kalianlah yang bagi-bagi perorangnya terserah kalian lah, gimana setuju gak?, Kalau enggak yah biar bapaknya pulang lagi." Ungkap Ahamad mencoba menggertak.
"Udahlah gak apa-apa." Jawab seorang mahasiswa dan dia langsung memasukkan kopernya ke atas gerobak.
Sebagian bahkan ada yang memasukkan tas ransel mereka, sehingga jalan mereka lebih cepat karena tanpa beban. Namun ada seorang mahasiswa perempuan dia kekeuh menolak barangnya untuk disentuh oleh yang lain, dia lebih memilih membawa bebannya sendiri.
Di saat yang lain sudah berjalan jauh di depan, dia masih di belakang, dengan koper, tas besar dan juga ransel dipunggungnya. Dengan susah payah dia berjalan, mungkin itulah kali pertama dia harus berjlalan kaki dengan jarak kiloan miter.
Melihat perempuan itu berjalan dengan peluh di wajahnya, Rasa iba Ahamad muncul, sebagai seorang lelaki sejati pantang bagi Ahamad untuk membiarkan perempuan berada dalam kesusuahan. Akhirnya diam-diam Ahmad berjalan menuju perempuan itu bermaksud untuk menawarkan bantuan padanya.
Ahmad berdiri di depan perempuan itu,
"Ehm...ada yang bisa saya bantu kak?" Tanya Ahmad singkat.
Perempuan itu malah mengacuhkan pertanyaan Ahmad, dia terus berjalan melewatinya. Namun Ahmad tidak semudah itu menyerah, dia berjalan mengikuti perempuan itu. Tidak untuk menawari bantuan lagi, tapi hanya mendampinginya saja karena perempuan itu sudah tertinggal jauh daei rombongan.
Sesekali Ahmad mencandainya,
"Kak serius nih gak mau dibantuin?, Masih jauh lho kak rumah pak Rw." Usil Ahmad sambil berjalan.
"Kakak-kakak, emangnya aku kakakmu apa, ngapain sih jalan deket- deketin gue, tuh jalan masih luas." Ungkap perempuan itu dengan ketus sambil menunjukan jalan ke arah depannya.
Ahmad malah semakin jadi, dia merasa ada hiburan karena ketemu perempuan galak.
"Ya ampun kak, jangan galak-galak dong kak, serem ih, tahu gak kak, di kampung sini tuh yah kak kalau dijalanan sepi kaya gini suka ada mahluk lain lho kak." Ungkap Ahmad iseng menakut-nakuti perempuan itu.
Seketika saat mendengar ocehan dari mulut Ahmad, perempuan itu merasakan bulu kuduknya berdiri. Perempuan itu mengedarkan pandangan kesekeliling, dilihatnya disepanjang perjalanan hanya ada pohon-pohon yang rimbun, jarang sekali ada rumah warga.
Perempuan itu mulai mikir-mikir untuk menerima tawaran dari Ahmad, dengan terpaksa akhirnya dia minta tolong pada Ahmad.
"Hmm...boleh deh nih, bawain ini." Ungkap perempuan itu sambil menyerahkan kopernya begitu saja.
"Eit...sory kak, tawarannya sudah tidak berlaku, kan kakak sendi tadi yang nolak, ya sudah bawa saja sendiri." Ungkap Ahmad menyerahkan kembali koper milik perempuan itu.
Selanjutnya Ahmad berjalan lebih cepat berusaha menyusul rombongan yang lain. Namun tentu saja itu dilakukan Ahmad tidak serius, dia hanya ingin memberikan pelajarna saja pada perempuan sombong itu.
Benar saja dugaan Ahmad, belum lima langkah dia pergi, perempuan itu sudah berteriak minta tolong,
"Hei kamu...masa sih tega ninggalin gue sendiri, tungguin, bawakan koperku ini biar bisa lebih cepat." Teriak perempuan itu.
"Dasar perempuan sombong, main suruh-suruh aja, bukannya minta tolong ke gitu, kalau bukan perempuan hmm...udah aku tinggalin kamu sendiri." Gumam Filza dalam hati.
"Apa kakak bilang barusan?" Jawab Ahmad padanya.
"Iya gue minta tolong bawain ini." Jawabnya terpaksa meminta tolong.
"Nah gitu donk dari tadi kek gitu minta tolongnya, pasti aku bantuin." Jawab Ahmad sambil tersenyum.
"Hei...tunggu apa kamu bikang aku?" Tanya Permpuan itu heran.
"Eh maaf kak, maksudnya saya". Jawab Ahmad merasa tidak sopan kalau membahasakan aku pada yang lain, namun sesekali tidka mengapa pikirnya, apalagi menghadapi perempuan sombong sepertinya.
Ahmad pun membawakan koper miliknya, dan sesekali selama diperjalanan mereka ngobrol sehingga terkesan mereka menjadi akrab.
"Kakak bawa apa saja sih ini, kok banyak banget kaya mau pindahan aja." Celoteh Ahmad
"Apaan sih kakak-kakak mulu dari tadi, panggil gue Frans, kayanya kita seumuran kan?" Ungkap Perempuan itu sambil mengakhirinya dengan tanya.
"anggap aja begitu, kalau kamu tahu aku lebih muda tiga tahun darimu, pasti kamu akan sewenang-wenang padaku ini." Gumam Ahmad dalam hatinya.