Chereads / Bukan Cinta Sedarah / Chapter 2 - Bab2. Dapat Hukuman

Chapter 2 - Bab2. Dapat Hukuman

"Sudah, kita pergi saja," ucap pemilik topi itu.

"Gak bisa dong, kamu harus dapatkan topi kamu lagi, gimana bisa asal sudah saja."

"Ya tapi mau gimana, aku gak bisa manjat."

"Siapa yang suruh kamu manjat, yang harusnya manjat itu mereka, utamanya dia nih yang udah lempar topi kamu ke atas," ucap Mikayla seraya menunjuk lelaki yang tadi melempat topi tersebut.

"Suuttt," ucap lelaki itu seraya meraih telunjuk Mikayla.

"Jangan kurang ajar kamu ya, kamu hanya anak baru disini, dan kamu harus hormat sama senior kamu."

Mikayla tersenyum seraya berpaling sesaat, lucu sekali kalimatnya itu, ingin dihormati tapi tidak bisa hormat pada orang lain.

"Jadi kamu berani melawan?" ucapnya seraya menarik telunjuk Mikayla.

"Aww .... sss sakit," ringis Mikayla yang berusaha melepaskan tarikan itu.

"Sakit, makanya jangan kurang ajar, kamu fikir kamu bisa apa disini?" tanyanya nyolot.

"Sudah sudah, sudah kak lepaskan," ucap pemilik topi seraya membantu melepaskan tangan Mikayla yang ditahan itu.

"Sss .... kasar banget jadi laki-laki," ucap Mikayla seraya mengibaskan tangannya yang memang sakit di jari telunjuknya.

"Ayo kita pergi saja," ucap perempuan itu seraya menarik Mikayla pergi.

"Tapi topi kamu."

"Tidak apa-apa, nanti aku bisa beli lagi."

"Pergi sana, blagu sekali anak baru."

Mikayla menoleh saat mendengar teriakan lelaki itu, amit-amit menjengkelkan sekali dia, mentang-mentang senior terus bersikap seenaknya seperti itu.

Mikayla dan perempuan itu ikut berkumpul dengan anak MOS yang lainnya, mereka saling sapa dengan tersenyum sama lain.

"Makasih ya, kamu sudah membantu."

"Sama-sama, oh iya, nama aku Mikayla dan kamu bisa panggil aku Mika atau Kayla, bebas saja."

Mikayla mengulurkan tangannya, dijabat cepat oleh orang di hadapannya.

"Aku Niara, aku biasa dipanggil Ara," jawabnya seraya melepaskan jabatannya.

"Baiklah Ara, kamu mau berteman dengan ku sekarang?"

"Tentu saja, kalau kamu tidak keberatan berteman dengan perempuan culun seperti aku."

"Apa sih, jangan seperti itu," ucap Mikalya seraya mengibaskan tangannya seolah ingin memukul Niara.

Keduanya tersenyum bersamaan, dan akhirnya Mikayla mendapatkan teman juga sekarang, sama seperti mereka, Mikayla juga ada teman bicara.

"Baiklah, ayo kumpul semuanya, saya hitung sampai 5 kalian harus sampai di sini dan berbaris rapi, kalau terlambat dan tidak berbaris rapi, tentu ada hukuman," ucap senior itu yang berhasil memecah fokus perbincangan anak baru.

"Satu .... Dua." ucapnya mulai menghitung.

Sisa dan siswi baru itu berhamburan dan langsung berbaris serapi mungkin, sedikit sulit karena jumlah mereka yang memang banyak.

"Tiga .... empat." tambahnya, tentu saja mereka yang belum ada pada barisan yang benar masih saja panik.

Suara mereka sedikit bising karena saling mengatur dan saling tambrak satu sama lain, Mikayla dan Niara juga masih mencari posisi yang benar sekarang.

"Lima .... stop, jangan ada yang bergerak lagi, saya akan lihat siapa di sini yang tidak disiplin waktu," ucapnya seraya memerintah temannya yang lain untuk berpencar.

Tentu saja dia pasti ketua MOS saat ini, sayang sekali karena Mikayla gagal mendapatkan barisannya, dan Mikayla ada diposisi yang salah.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya salah satu senior pada Mikayla.

Mikayla tersenyum bingung seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu, Niara juga sempat melirik kepadanya, sudah pasti Mikayla akan mendapatkan hukuman saat ini.

"Siapa nama kamu?"

"Mikayla, Kak." jawab Mikayla pelan.

"Maju ke depan!"

Mikayla mengangguk dan berlalu menghampiri ketua disana, Mikayla menunduk tak berani melihat ke depan, Mikayla yakin jika saat ini mereka sedang memperhatian Mikayla juga.

"Maju .... maju .... maju."

Mikayla mengernyit mendengar suara itu, beberapa detik kemudian, ada beberapa orang yang turut berdiri di sampingnya, Mikayla menghembuskan nafasnya sekligus.

Lega karena ternyata ada yang menemaninya disana, ternyata tak hanya Mikayla yang tidak mendapatkan barisan.

"4 orang," ucap ketua itu.

"Kalian lihat 4 orang ini, jangan pernah kalian mengikuti jejak mereka, kalian harus disiplin dan patuh dengan semua aturan."

"Iya Kak," jawab mereka kompak.

Mikayla masih saja menunduk tanpa berani melihat ke depan sana, entah hukuman apa yang akan di dapatkannya sekarang.

"Jangan tegang," bisik orang di sampingnya.

Mikayla melirik sekilas, ternyata laki-laki dan hanya Mikayla saja perempuannya disana.

"Devan," ucapnya pelan seraya mengulurkan tangan pada Mikayla.

Mikayla mengernyit, saat seperti ini masih saja lelaki itu mengajaknya berkenalan.

"Siapa nama mu?" tanya Devan dengan sedikit menggerakan tangannya.

Mikayla menoleh dan menjabatnya juga, tidak sopan rasanya mengabaikan orang yang berniat baik.

"Mikayla," ucap Mikayla pelan.

Keduanya tersenyum bersamaan setelah mengetahui nama satu sama lain.

"Bagus ya," ucap salah satu senior seraya memukul tangan yang masih berjabatan itu.

Mikayla dan Devan kaget, keduanya salah tingkah mendapatkan tatapan tajam dari seniornya itu.

"Kalian ini akan di hukum, kenapa malah kenalan seperti itu?"

"Ma ...."

"Cinlok tuh," teriak salah satu siswa di depan sana.

Mikayla mengernyit, siapa dia, berani sekali memotong kalimat Mikayla.

"Cinta pada pandangan pertama, Kak." tambah orang tersebut.

Mereka semua besorak keras, menggoda Mikayla dan Devan di depan sana.

"Diam, siapa yang suruh kalian ribut?"

Keadaan mendadak hening seketika itu juga, Mikayla melirik Devan yang ternyata tersenyum padanya, tapi Mikayla langsung berpaling menghindari senyuman itu.

"Sekarang tidak hanya 4 orang ini yang akan saya hukum, tapi kalian semua akan mendapatkan hukuman juga," ucap senior itu.

Mereka mengeluh bersamaan, karena merasa tidak terima dengan keputusan seniornya itu.

"Sekarang kalian semua bersihkan sampah yang ada di sekolah ini, disemua penjuru."

Suara mereka semakin riuh saja setelah tahu apa yang menjadi hukumannya, mikayla dan Devan kembali saling lirik

"Kalian berdua, gabung sama mereka bersihkan sampai di setiap penjuru," ucap senior pada dua orang yang ada dibarisan Mikayla.

"Dan kalian berdua, ikut kita."

Mikayla mengernyit dan menoleh, kenapa seperti itu, kenapa Mikayla tidak ikut membersikan sampah saja.

"Ayo ikut," tegasnya tidak sabar.

"Tapi Kak."

"Sudah diam, jangan banyak bicara," ucap Devan.

Mikayla kaget saat tangannya ditarik Devan, keduanya mengikuti dua kakak senior di depannya.

"Kamu takut?" tanya Devan disela perjalanan mereka.

"Enggak, biasa saja, untuk apa takut?" jawab Mikayla berusaha setenang mungkin.

Devan tersenyum dan mengangguk, baiklah Devan terima ucapannya, meski Devan tidak terima dengan ekspresi yang ditunjukannya.

Devan tahu jika Mikayla sedang panik saat ini, pasti karena akan mendapatkan hukuman yang berbeda dari yang lainnya.

"Berhenti," ucap senior menghentikan langkah dua orang itu tiba-tiba.

Mikayla langsung melepaskan tangannya dari genggaman Devan saat langkahnya terhenti, apa lagi yang akan terjadi jika mereka melihat Mikayla dan Devan kembali berpegangan tangan.