Chereads / Bukan Cinta Sedarah / Chapter 8 - Bab8. Tak Sengaja

Chapter 8 - Bab8. Tak Sengaja

Niara mendorong pundak Mikayla pelan, penasaran dengan jawaban yang dianggapnya tidak benar, Mikayla pasti ada apa-apa dengan senior itu.

"Mika," panggil Niara.

"Apa sih, aku sudah jawab ya, sudah diam ah nanti kena marah terus kena hukum."

Niara berdecak dan berpaling, menyebalkan sekali kenapa Mikayla tidak mau jujur saja.

"Kalian sudah dapatkan kartunya kan, silahkan buka dan segera berkumpul dengan kelasnya masing-masing."

Mereka mengangguk menuruti perkataan Dion, dengan sedikit berhamburan dan suara yang bising mereka berusaha menemukan teman sekelasnya.

Mikayla melihat sekitarnya, apa ada Niara atau Devan disana, banyak sekali yang sekelas dengan dirinya.

"Mika," panggil Devan.

Mikayla menoleh dan tersenyum, jadi ada Devan diantara mereka semua, Mikayla senang dengan hal dengan cepat Mikayla mendekati Devan.

"Kita sekelas?" tanya Mikayla

"Tentu saja." jawab Devan pasti.

Mikayla bersorak dan melompat-lompat di tempatnya, akhirnya Mikayla mendapat kejelasan jika dirinya tidak akan sendirian di kelas.

"Tapi kita beda sama Niara."

Mikayla mengernyit dan langsung terdiam, Niara, benar juga dan masuk ke kelas mana Niara.

Mikayla melihat sekitar mencari Niara, tidak terlihat sama sekali, kemana wanita itu kenapa menghilang begitu saja.

"Cari siapa?"

Mikayla menoleh dan melihat Niara di sampingnya.

"Kamu di kelas B juga?" tanya Niara.

"Iya."

Mikayla membulatkan matanya, jadi Mikayla memang sekelas dengan Devan dan juga Niara.

"Aaaa ...." jerit Niara yang kembali melompat di tempatnya.

Suara Mikayla berhasil membungkam mulut bising yang lainnya, para senior terlihat saling lirik satu sama lain dan sama-sama menatap Mikayla.

"Mika," panggil Niara pelan.

"Kita akan tetap sama-sama Niara dan aku senang sekali, kita bertiga sekelas aku senang Niara."

Niara melirik Devan dan mereka semua, kenapa Mikayla tidak bisa tenang sekali, dan bisa-bisanya Mikayla tidak sadar dengan tatapan mereka semua.

Niara melirik Aljuna yang berjalan mendekat, Mikayla masih saja berbicara tanpa kontrol, ia mengutarakan kepuasan dan kesenangannya karena disatukan dengan Devan dan Niara.

"Mika," panggil Niara.

"Apa sih, kamu harus senang dong, kok kamu malah kaya gitu?"

Mikayla sedikit tertawa dengan ucapannya sendiri, dan memutar tubuhnya begitu saja, putaran itu membuat Mikayla menabrak tubuh Aljuna yang ternyata berdiri di belakangnya.

Keduanya terjatuh dan menjadi bahan tertawaan seisi aula, Niara dan Devan saling lirik tanpa berani melakukan apa pun juga.

"Sakit ah," ucap Mikayla seraya melirik Juna.

Pandanga mereka beradu dan membuat keduanya diam mematung, kedunya tak peduli dengan kebisingan dari mereka semua.

"Tidak apa-apa?" tanya Aljuna.

Mikayla mengangkat sebelah alisnya, apa itu adalah bentuk perhatian, jadi senior itu perhatian pada Mikayla.

Mikayla tersenyum dan menunduk, senang sekali jika sampai itu benar adanya, bukankah hal bagus jika baru masuk sudah mendapatkan perhatian dari kakak kelas.

Mikayla akan bebas dari bullying yang mungkin akan terjadi, Aljuna menggeleng lantas bangkit dan berlalu meninggalkan Mikayla.

Senyuman Mikayla seketika menghilang saat sadar dengan kepergian Aljuna, Mikayla melihat mereka semua yang tampak sedang berbisik membicarakan dirinya.

"Mika, bangun."

Mikayla melirik tangan Devan yang terulur padanya, Mikayla meraihnya dan bangkit seraya menatap Aljuna disana.

Kenapa lelaki itu pergi begitu saja tanpa mau membantu Mikayla, Mikayla mendelik saat Aljuna melihat padanya.

Menyebalkan sekali, kenapa bisa-bisanya Mikayla percaya diri menganggap jika senior itu perhatian padanya.

"Mika, kamu gak apa-apa?"

"Enggak, aku gak apa-apa."

Niara mengangguk, baguslah kalau tidak memang baik-baik saja.

"Oke cukup," ucap Dion menghentikan kebisingan.

"Sekarang kalian sudah dalam kelompok kelas masing-masing, nanti kalian cari sediri kelasnya ada di lantasi dua berjajar A B sampai E." tambahnya.

Mereka mengangguk paham, setelah mendapatkan banyak pengarahan, mereka lantas di bubarkan dan langsung mencari kelasnya.

Saat mereka berhamburan meninggalkan aula, termasuk juga Devan dan Niara, tapi Mikayla masih diam saja di tempatnya.

Mikayla diam tanpa melihat sekitarnya, tak peduli juga dengan kakak senior itu yang juga meninggalkan aula.

"Mika," panggil satu orang yang tersisa.

Mikayla menoleh dan melihat Aljuna yang juga masih bertahan di sana, Mikayla berdecak dan berpaling.

"Maaf," ucap Aljuna mengulurkan tangannya.

Mikayla melihat uluran tangan itu, Mikayla tidak ingin menjabatnya karena Aljuna sudah sangat menyebalkan.

"Aku minta maaf," ulangnya.

Mikaya berdecak dan melirik Aljuna, terdiam menatapnya dengan kesal, rasa malu itu sudah dirasakan Mikayla dan kalau pun Aljuna meminta maaf, tidak akan bisa mengulang semua agar tidak terjadi.

"Kamu tidak mau memaafkan aku?"

"Apa sih, Kak?"

"Maaf," ucapnya seraya menggerakan tangan yang terulur itu.

"Gak perlu, sudah gak penting juga."

Aljuna mengangguk dan menurunkan tangannya, tak ada kata apa pun lagi, Aljuna pergi begitu saja.

"Ih, apaan sih."

Mikayla berdecak seraya menghentakan kakinya.

"Dia itu memang menyebalkan sekali, kalau gak ikhlas buat minta maaf, ya gak usah minta maaf."

Mikayla kembali menghentakan kakinya dan berjalan keluar dari aula, Mikayla menyusul mereka semua yang telah lergi sejak tadi.

Mikayla mencari kelasnya, entah dimana Niara dan Devan sekarang, mereka juga meninggalkan Mikayla begitu saja.

Mikayka mengedarkan pandangannya mencari kelasnya, bukankah kelasnya itu berjajar dan seharusnya tidak sulit untuk menemukan kelas itu.

"Devan sama Niara kemana sih, tega banget."

Mikayla terus melangkahkan kakinya yang tak jelas arahnya kemana, Mikayla melihat mereka di dalam kelas sana dan memang itu teman seangkatannya.

"Mika," panggil Devan.

Mikayla menoleh dan memejamkan matanya sesaat, ternyata kelasnya sudah terlewat, bisa sekali mereka berdua bersembunyi.

"Mika sini, kelas kamu disini."

Mikayla berbalik dan berjalan memasuki kelasnya, Mikayla melihat sekitat, besar juga.

"Kalian duduk dimana, dan aku dimana?"

"Aku sama Niara duduk baris ke tiga nomor 3 dan 4."

"Terus aku?"

"Ya kamu maunya dimana, kalau di barisan tempat aku tinggal paling belakang saja yang kosong, kamu lihat kan?"

Mikayla menghembuskan nafasnya perlahan, baiklah Mikayla memang melihatnya dengan jelas.

Pilihan terakhirnya adalah bangku paling depan dekat jendel, dan lebih baik Niara duduk di sana saja karena dekat juga meja guru.

"Mika," panggil Niara.

"Aku di bangku depan saja, itu lebih baik dari pada duduk di bangku paling belakang."

Mikayla berjalan dan duduk di bangku pilihannya, Niara dan Devan saling lirik, mau bagaimana lagi karena memang hanya dua bangku itu yang tersisa.

"Ya sudahlah, biarkan saja." ucap Devan.

Niara hanya mengangguk saja, mungkin itu benar karena yang terpenting, mereka bertiga ada dalam satu kelas yang sama.

Mikayla mengeluarkan ponselnya, dan berkutat di sana tanpa peduli dengan Niara dan Devan lagi.

Biarkan saja, biar mereka tahu jika Mikayla tengah kesal pada keduanya, jadi biar Mikayla sendiri.