Nina mengantarkan Mikayla sampai ke teras luar, pagi ini pertama kalinya Mikayla memakai seragam SMAnya, Mikayla tampil cantik dengan beberapa riasan di kepalanya.
"Mika," panggil Nina.
"Iya."
"Jam tangannya, kamu pakai?"
Mikayla melihat pergelangan tangannya sekilas, memang jam tangan hadiah itu terpasang disana.
"Aku sengajak pakai, mungkin saja orang yang memberikan ini akan melihat, dan dengan begitu aku bisa tahu."
"Melihat saja mana bisa buat kamu tahu pengirimnya, akan ada beberapa orang yang melihatnya, itu sudah pasti."
Mikayla mengangguk, itu memang benar juga, tapi ya sudalah lagi pula sayang juga, jam tangannya juga bagus jadi gak ada salahnya Mikayla memakainya sekarang.
"Ya sudah, kalau memang kamu bisa ketemu sama pengirimnya, jangan lupa ucapkan terimakasih ya."
Mikayla mengangguk pasti, tentu saja Mikayla akan lakukan itu karena Mikayla cukup mengerti tentang hal itu.
"Ya sudah, aku berangkat ya."
"Hati-hati."
Mikayla mencium tangan Nina dan berjalan menaiki sepedanya.
"Asalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Mikayla tersenyum dan menggoes sepedanya meninggalkan rumah, Mikayla akan segera sampai ke sekolah dengan goesan penuh semangatnya.
"Semangat Mika, ini hari pertama kamu akan belajar disana, kamu harus jadi juara."
Mikayla tersenyum dan terus menggoesnya sepedanya, tidak ada yang menemaninya selama perjalanan karena Mikayla juga belum tahu dimana rumah Niara, meski Niara bilang tidak jauh dari tempat Mikayla.
----
Suasana sekola sudah riuh oleh penghuninya, mereka begitu asyik menikmati paginya sebelum memulai pelajaran.
"Devan," panggil Niara.
Devan menoleh dan melambaikan tangannya, ternyata mereka berdua lebih dulu sampai sekolah dari pada Mikayla.
Niara berjalan menghampiri Devan di sana, keduanya lantas berjalan bersamaan menuju ke kelas.
"Mika belum datang?" tanya Devan.
"Mungkin belum."
Devan mengangguk, ditengah perjalanan mereka, langkah Devan harus terhenti karena kedatangan Raka.
Raka ada lelaki yang waktu itu dipukul Devan sampai dibawa ke rumah guru, dan sepertinya sampai sekarang mereka masih saja belum berdamai.
"Selamat pagi," sapa Raka manis.
Devan berpaling tak peduli dengan sapaan itu, Niara melirik keduanya bergantian, kenapa Devan seperti itu meresponnya.
"Ayo, Ra." ucap Devan seraya menarik Niara pergi.
Tapi hanya satu langkah saja, karena ternyata Raka menahan Niara dengan meraih satu tangan Niara yang bebas.
Keduanya menoleh bersamaan, Niara berusaha menarik tangannya dari tahanan Raka, tapi sulit.
"Kenapa harus buru-buru sih?"
Devan menghembuskan nafasnya sekaligus, apa pagi ini lelaki itu akan kembali membuat emosi Devan memuncak.
"Santailah dulu," ucap Raka.
"Lepas, kenapa sih."
Niara masih saja berusaha terlepas dari tahanan Raka, tapi Raka masih enggan melepaskannya karena Raka justru menabah kuat genggamannya.
Devan berdecak dan mendorong Raka dengan kuat, akhirnya Niara bisa terlepas dari Raka karena tubuh lelaki itu jatuh terjengkang.
"Ini masih lagi, jangan cari masalah." ucap Devan.
Devan dan Raka tampak saling menatap satu sama lain, Niara melihat sekitar dan ada banyak orang yang memperhatikannya saat ini.
"Apa, untuk apa menghalangi jalan kita?"
Niara melirik Devan setelah mendengar suaranya, merasa keadaan akan semakin kacau, Niara memilih menarik Devan dan membawanya pergi.
"Apa sih, Ra?"
"Sudahlah, untuk apa ribut, kita baru mulai sekolah hari ini, kamu jangan bertingkah."
Devan berdecak dan menurut saja tanpa berkata apa pun lagi, Niara tidak mau Devan kembali dipanggil ke ruang guru sekarang.
Mikayla memasuki halaman sekolah, seperti biasa Mikayla harus memarkir sepedanya terlebih dahulu.
"Hah, sampai juga akhirnya." ucap Mikayla setelah turun dari sepeda.
Mikayla melihat sekitar mencari Devan dan Niara yang mungkin ada disekitar sana, tapi sepertinya tidak ada karena Mikayla tidak berhasil menemukan mereka berdua.
"Mungkin mereka sudah di kelas, atau mungkin juga belum datang, dan sebaiknya aku saja yang menunggu di kelas."
Mikayla berjalan sembari memainkan ponselnya, ada game di ponsel tersebut dan Mikayla menyukai gamenya.
Mikayla tidak begitu fokus dengan jalannya, hingga membuatnya tak sengaja menabrak beberpa orang di depannya.
Mikayla kaget dan langsung memundurkan langkahnya, terdiam memperhatikan empat orang lelaki di hadapannya.
Mikayla yakin, mereka pasti kakak kelasnya, karena Mikayla tidak pernah melihat mereka saat MOS.
"Maaf Kak, aku tidak sengaja."
Mikayla mengangguk hormat setelah meminta maaf, tapi tak ada jawaban dari mereka, mereka hanya diam menatap Mikayla.
"Aku sama sekali tidak sengaja, iya memang aku salah karena tidak fokus dengan jalan, tapi aku minta maaf karena telah menabrak Kakak."
Mikayla balik menatap mereka bergantian, apa Mikayla akan kembali mendapatkan hukuman sekarang, padahal Mikayla sudan meminta maaf.
Satu dari mereka meraih tangan Mikayla secara tiba-tiba, dan tentu saja itu membuat Mikayla kaget.
"Ampun Kak, aku minta maaf." ucap Mikayla seraya menunduk.
Lelaki yang meraih tangannya justru melihat jam di pergelangan tangan Mikayla.
"Jam berapa ini?" tanyanya.
Mikayla menoleh dan menatapnya tanpa mengatakan apa pun juga.
"Jam segini kamu baru datang?"
Mikayla mengangguk, lelaki itu tampak melirik temannya dan menggeleng.
"Jangan malas, kamu harus datang lebih pagi dari hari ini." ucapnya seraya melepaskan tangan Mikayla.
Mereka lantas pergi begitu saja, Mikayla mengernyit dan melihat jam di pergelangan tangannya.
"Jam berapa memangnya, bel masuk kan masih 15 menit lagi, repot banget mereka."
Mikayla menggeleng dan melanjutkan langkahnya, kali ini Mikayla tidak lagi bermain ponsel agar bisa fokus dengan jalannya saja.
Satu dari lelaki tadi tampak masih memperhatikan Mikayla dari jauh, senyumnya perlahan terlihat saat Mikayla menghilang dibalik tembok tangga.
Ia mengangguk dan melanjutkan langkahnya menyusul temannya yang telah pergi lebih dulu.
"Mika," panggil Niara.
Mikayla tersenyum melihat Niara dan Devan yang ada di tempatnya, Mikayla lantas duduk dan menyimpan tas berserta ponselnya.
"Kamu baru datang sih," ucap Niara.
"Iya, gak apa-apalah, kan masih ada 15 menit lagi, jadi gak terlambat." jawab Mikayla.
Niara mengangguk, benar juga apa yang dikatakan Mikayla, Devan terlihat membungkukan tubuhnya untuk melihat jam di pergelangan tangan Mikayla.
"Kamu kenapa?" tanya Mikayla.
Devan menoleh sekilas dan kembali tegap seraya menarik tangan Mikayla, Niara mengernyit kenapa harus seperti itu.
"Jam kamu bagus, Mik." ucap Devan.
"Lalu kenapa?" tanya Mikayla.
"Perasaan kemarin-kemarin kamu gak pakai ini."
"Memang enggak, lagi pula jamnya baru datang kemarin sore."
"Kamu beli online?" tanya Niara.
Mikayla diam, apa Mikayla harus menceritakan semua pada Devan dan Niara.
Tidak, rasanya itu tidak perlu, nanti saja kalau Mikayla sudah tahu siapa pengirim hadiah dan surat itu, baru Mikayla akan cerita pada mereka berdua.
"Enggak kok, aku dibelikan Ibu, dan baru kemarin sore Ibu berikan sama aku."
"Oh, pantas saja kita baru lihat." ucap Niara.