Chereads / Bukan Cinta Sedarah / Chapter 15 - Bab15. Pulang Bareng

Chapter 15 - Bab15. Pulang Bareng

Mikayla dan dua temannya berjalan menyusuri halaman sekolah, jam sekolah mereka telah selesai sekarang dan mereka akan kembali ke rumahnya masing-masing.

"Mika, kamu besok bareng aku saja, aku diantar jemput kok." ucap Devan.

"Gak usah, aku kan ada sepeda."

"Kalau kamu gak mau naik mobil, kamu bareng aku saja, aku pakai motor kesini."

Mikayla tersenyum dan menggeleng, mau bagaimana pun Mikayla akan tetap bertahan dengan sepedanya, karena Nina sudah merelakan sepeda itu untuk Mikayla bawa ke sekolah.

"Aku pakai sepeda saja, bisa sekali olahraga jadi sehat kan."

Devan dan Niara saling lirik, biarlah terserah Mikayla saja yang jelas mereka telah mengajaknya juga.

"Ya sudah, aku duluan ya Mik, Ra."

"Oh iya, silahkan hati-hati ya." ucap Niara.

Devan mengangguk dan berlalu meninggalkan keduanya, Niara dan Mikayla berjalan bersamaan menuju parkiran, Niara lebih dulu ke motornya yang memang agak jauh dari sepeda Mikayla.

Tak lama, Niara juga turut pamit dari Mikayla, biarkan saja lagi pula mereka akan bertemu lagi esok hari.

Mikayla mengangguk saja, dan sekarang Mikayla tinggal sendiri saja, Mikayla memundurkan sepedanya dan menaikinya.

Bersamaan dengan itu, ada satu orang berdiri di depan sepedanya, Mikayla menoleh dan terdiam.

Lelaki itu kembali hadir di hadapannya, pemilik senyum manis itu kembali hadir di depan matanya, Mikayla menunduk apa boleh Mikayla saja yang pertama kali mengajaknya untuk berkenalan saja.

"Mau pulang?" tanyanya.

Mikayla kembali menoleh dan mengangguk, memangnya mau kemana lagi sekarang kalau bukan untuk pulang.

"Naik sepeda?"

Mikayla kembali mengangguk, bukankah itu yang dinaiki Mikayla sekarang dan sudah jelas dengan jawabannya juga.

"Pulang kemana?"

"Ke komplek belakang."

Ia mengangguk, tanpa berkata ia lantas berjalan dan menaiki motornya, Mikayla meliriknya dan mengangkat kedua bahunya sekilas.

Biarkan saja, Mikayla lantas menggoes sepedanya meninggalkan lelaki itu, niatnya untuk mengajak kenalan pun gagal karena lelaki itu mengabaikannya begitu saja.

Saat keluar dari area sekolah, motor lelaki itu melaju sejajar dengan sepeda Mikayla, Mikayla meliriknya dan berpaling seketika itu pula, apa maksudnya kenapa harus seperti itu.

"Rumah ku lewat kesana, gak apa-apa kalau kita bareng?"

"Iya."

Mikayla memilih fokus dengan jalannya saja, biarkan saja karena Mikayla masih bisa mendengar apa yang dikatakannya.

"Kamu gak naik motor?"

"Gak punya."

"Mobil?"

"Apa lagi."

Ia mengangguk, dan terdiam beberapa saat, Mikayla tak berani meliriknya sama sekali, biarkan saja lagi pula ia tahu jika Mikayla harus hati-hati.

"Di rumah kamu ada siapa?"

"Ada Ibu."

"Aku boleh mampir?"

Mikayla mengernyit, jantungnya kembali bergemuruh setelah mendengar kalimat tersebut, ada apa dan kenapa, biarkan saja kalau memang dia mau mampir lagi pula di rumah ada Nina juga.

"Gak apa-apa kalau gak boleh."

Mikayla memejamkan matanya sesaat, biarkan saja Mikayla tidak bisa menjawabnya sekarang, Mikayla sedang berusaha mengotrol detak jantungnya yang mendadak tak beraturan itu.

"Nama kamu siapa?"

Mikayla menunduk sesaat, bisakah lelaki itu pergi lebih dulu saja, Mikayla tidak tahan jika terus seperti ini dan tidak ada yang bisa dimengertinya juga.

"Baiklah, maaf ya kalau aku sudah ganggu kamu, aku duluan."

Mikayla masih saja tak meresponnya, biarkan saja karena itu memang yang diharapkan Mikayla sejak tadi.

Motor itu benar-benar meninggalkannya lebih dulu, Mikayla menghentikan goesannya dan memilih berhenti untuk beberapa saat.

"Apa ini, kenapa seperti ini," ucap Mikayla seraya menekan dadanya.

Mikayla memejamkan matanya, apa Mikayla bersalah karena telah mengabaikannya seperti itu, tapi Mikayla memang tidak bisa berbicara lebih banyak lagi dengan lelaki itu.

Dan sebaiknya memang lelaki itu pergi lebih dulu saja, sekarang Mikayla tinggal sendiri saja dan seharusnya jantungnya kembali membaik dengan cepat.

"Ayolah Mika, jangan seperti ini, memangnya ada apa dengan lelaki itu, kenapa harus sampai membuat kamu seperti ini."

Mikayla menunduk dan menggeleng, Mikayla mengatur nafasnya perlahan, saat sampai di rumah Mikayla harus segera baik-baik saja.

"Tidak ada siapa-siapa kan sekarang."

Mikayla melihat sekitar dan kembali menggoes sepedanya, Mikayla harus segera sampai ke rumah dan bertemu dengan Nina, saat ini Nina pasti sedang repot mengurusi pelanggannya.

----

"Terimakasih ya, Bu."

"Sama-sama, permisi Bu."

Nina mengangguk dan membiarkan pelanggannya pergi, Nina bersyukur sekali karena sekarang masakannya tinggal sisa sedikit.

"Ini lebih baik ku simpan buat Mika saja."

Nina mengangguk dan membawa sisa masakannya ke dalam rumah, tinggal sedikit dan itu masih cukup untuk Mikayla makan nanti.

Nina membereskan semuanya, sudah cukup untuk hari ini karena masakannya juga sudah habis, Nina akan menunggu Mikayla pulang saja sekarang dan akan mendengarkan cerita Mikayla tentang hari pertamanya belajar.

Nina mencuci tangannya, nanti saja Nina mencuci semua wadah masakannya kalau Mikayla sudah makan, agar tidak ada piring kotor yang tersisa.

Nina berjalan dan duduk di ruang tengah, waktu menunggunya Nina isi dengan bermain ponsel, mungkin saja Nina bisa mendapatkan celah baru untuk menambah penghasilannya.

"Asalamualaikum, Bu."

Nina menoleh dan tersenyum, akhirnya Mikayla datang juga tanpa Nina harus menunggu lama.

"Waalaikumsalam."

Nina bangkit menghampiri Mikayla di sana, keduanya sama-sama tersenyum, Mikayla memeluk ibunya itu rindu sekali seharian tidak bertemu.

"Ibu gak jualan?"

"Jualan, sudah habis."

"Serius?"

"Iya serius, kok gak percaya gitu?"

"Aku fikir Ibu masih sibuk, aku sudah sangat buru-buru pulang."

Nina tersenyum dan mengangguk, biarkan saja jadi Nina bisa merasa tenang jika Mikayla sudah ada di rumah sekarang.

"Ya sudah, kamu ganti baju ya."

Mikayla mengangguk dan melepaskan pelukannya, Mikayla juga merasa gerah sekali dan ingin mandi saja terlebih dahulu.

"Aku mandi dulu ya, Bu."

"Iya sana mandi, bau matahari."

"Ih ...."

Keduanya tersenyum, Mikayla lantas pergi meninggalkan Nina di sana, biarkan saja nanti Mikayla akan kembali ke luar dan menemui Nina.

Mereka akan makan bersama, dan Mikayla juga akan ceritakan satu harinya di sekolah, termasuk juga soal surat yang didapatkannya hari ini.

"Haah .... lelah juga," ucap Mikayla melepaskan tasnya.

Hari pertamanya terasa menyenangkan, dan Mikayla akan merasa tidak sabar untuk kembali ke sekolah besok pagi.

Mikayla mengeluarkan kertas surat itu, dan menggenggamnya, entah apa isinya tapi Mikayla berharap bukan hal yang aneh-aneh.

Mikayla inginkan untaian kata manis lagi yang tertulis di dalamnya, dan kalau boleh meminta, Mikayla ingin agar pengirimnya menuliskan nama di sana, agar Mikayla tahu siapa pengirim surat tersebut.

"Semoga saja Ibu tidak mentertawakan aku lagi kalau tahu isi suratnya, lagi pula ini kan bukan kemauan aku jadi Ibu tidak boleh ketawa lagi nanti."

Mikayla mengangguk dan menyimpannya, ia lantas memasuki kamar mandi.