Chereads / Bukan Cinta Sedarah / Chapter 20 - Bab20. Kok Bisa?

Chapter 20 - Bab20. Kok Bisa?

"Bye, Mika." ucap Devan dan Niara kompak.

Mikayla tersenyum dan melambaikan tangannya, perpisahan telah kembali terjadi karena jam sekolah telah usai.

Mikayla menaiki sepedanya dan menggoesnya meninggalkan sekolah, Mikayla pasti akan sempat membantu Nina di rumah karena Nina sudah cerita kalau banyak pesanan.

"Mika," panggil seseorang seraya mensejajarkan motornya.

Mikayla menoleh dan mengernyit melihat Gavin di sana, apa lagi, kenapa lelaki itu masih saja mengganggunya.

"Kita bareng ya."

"Bareng?"

"Iya, aku mau ke komple belakang, mau ambil masakan di rumah nomor 13."

Mikayla seketika menghentikan goesannya, Gavin juga langsung menghentikan laju motornya.

"Kenapa, ada yang salah?"

"Rumah nomor 13?"

"Iya, rumahnya Bu Nina, aku pesan masakan sama dia."

Mikayla diam melihat depan sana, kenapa Nina tidak cerita kalau ada lelaki ini yang memesan masakannya.

"Mika," panggil Gavin.

Mikayla menoleh dan mengangguk, baiklah tidak ada yang bisa difikirkannya sekarang, lebih baik Mikayla tanya nanti saja pada Nina.

"Ya sudah jalan," ucap Mikayla.

"Ayo."

Mikayla kembali menggoes sepedanya dan begitu juga dengan Gavin yang melajukan motornya, mereka benar-benar pulang bareng sekarang karena tujuan mereka memang sama.

Tidak ada yang mereka bicarakan selama di perjalanan, Mikayla merasa jantungnya kembali berdegup di luar normal.

Padahal saat pertemuan tadi Mikayla tidak merasakan degupan seperti itu, tapi kenapa sekarang terasa lagi padahal tidak ada apa pun yang dilakukan Gavin padanya.

Mikayla mempercepat goesannya agar bisa cepat sampai ke rumah, tidak ada yang dipertanyakan Gavin karena lelaki itu hanya membuntut saja.

Selama beberapa waktu, Mikayla menghentikan goesannya, Gavin melihat rumah di sampingnya dan memang itu nomor 13.

Di sana juga ada masakan yang telah tersaji di meja, Gavin tersenyum dan melirik Mikayla.

"Kalau rumah kamu dimana?" tanya Gavin.

Mikayla mengangkat kedua alisnya, rumahnya ya disitu makanya Mikayla berhenti juga.

"Mika, kamu sudah pulang." ucap Nina.

Keduanya menoleh bersamaan, Mikayla lantas turun dan memeluk Nina di sana, dan tentu saja itu membuat Gavin bingung.

"Ada tamu, Bu." ucap Mikayla melepaskan pelukannya.

Nina melirik Gavin di sana dan tersenyum, Nina sangat mengingat sosok itu sekarang, karena mereka baru bertemu tadi pagi.

Gavin turun dan salam pada Nina di sana, tujuannya adalah mengambil masakan dan semoga saja sudah siap.

"Bu, aku masuk dulu ya."

"Iya."

Mikayla berlalu meninggalkan keduanya, Gavin menatap kepergian Mikayla, Mikayla bilang ibu dan itu berarti Mikayla adalah anak dari ibu di hadapannya saat ini.

"Bu, maaf, itu anak Ibu?" tanya Gavin.

Nina mengangguk pasti, tentu saja itu benar dan Mikayla adalah satu-satunya yang dimiliki Nina sekarang.

"Kamu mau bawa masakannya ya?"

"Iya Bu, sudah siap kan?"

"Sudah sebagian, Ibu ambil dulu di dapur ya, atau lebih baik kamu masuk dulu saja."

"Iya Bu, terimakasih."

"Iya, ayo masuk, kalau sekedar minum, Ibu ada kok."

Gavin tersenyum dan mengangguk, keduanya memasuki rumah, lagi pula kepulangan mamahnya itu masih nanti malam, dan Gavin masih akan sempat mampir sekarang.

"Duduk dulu ya."

"Terimakasih, Bu."

Gavin lantas duduk dan membiarkan Nina pergi darinya, Gavin melihat sekitar dan tersenyum, ternyata di tempat ini Mikayla tinggal.

Gavin melihat Mikayla yang keluar kamar, wanita itu tersenyum pada ponselnya, Gavin membenarkan posisi duduknya demi bisa melihat Mikayla dengan jelas.

Wanita itu cantik, manis, Gavin menyukainya, dan yang penting Mikayla memiliki kepedulian terhadap orang lain.

"Ibu, aku mau ...."

Mikayla tak melanjutkan kalimatnya karena lebih dulu melihat Gavin di sana, lelaki itu tersenyum dan sungguh senyuman itu membuat jantung Mikayla kembali bergemuruh.

Mikayla berjalan melewatinya, tapi Gavin justru menahannya dan menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" tanya Mikayla bingung.

Gavin semakin melebarkan senyumannya saat menyadari Mikayla yang justru salah tingkah.

"Kenapa Kakak belum pulang?"

"Masakan aku sepertinya belum selesai, jadi aku harus menunggu sebentar."

Mikayla mengangguk dan berpaling, lalu kemana perginya Nina kenapa membiarkan Gavin sendirian seperti itu.

"Kamu kenapa?" tanya Gavin.

"Hah .... kenapa, enggak, aku gak apa-apa."

Gavin menahan tawa mendengar kalimat Mikayla yang terbata-bata, Mikayla memejamkan matanya seraya berpaling.

Menyebalkan sekali, kenapa lelaki itu justru mentertawakannya bukannya sadar jika Mikayla tidak bisa ada di hadapannya lebih lama lagi.

"Mika, kamu sudah keluar, gak mandi?"

Mikayla menghembuskan nafasnya lega, Nina akhirnya datang juga dan bisa menengahi mereka.

"Aku mau ke rumah Niara sebentar ya, Bu."

"Mau apa?"

"Sebentar saja, tadi aku ada ketinggalan catat materi, aku mau pinjam buku Niara."

"Oh ya sudah."

"Aku antar ya."

Keduanya menoleh bersamaan, apa lagi Gavin ini kenapa malah berkata seperti itu, apa Gavin benar-benar tidak mengerti jika Mikayla salah tingkah dibuatnya.

"Mau kan, kan kamu bilang cuma sebentar, aku sambil nunggu masakan selesai."

"Ya sudah Mika, gak apa-apa kamu diantar saja ya biar gak lama."

"Apaan sih, Bu."

"Gak apa-apa Mika, aku sekalian bantu kamu."

Mikayla mengernyit, bantu apa, lagi pula Mikayla tidak butuh bantuan saat ini, jadi biar saja Mikayla pergi sendiri sekarang.

"Iya Mika, Gavin masih harus menunggu sebentar lagi, jadi gak ada salahnya kalau Gavin antar kamu."

"Ibu tahu namanya?"

Nina dan Gavin saling lirik, keduanya tersenyum bersamaan mendengar pertanyaan Mikayla.

"Ya sudah, aku antar sekarang ya, mau ?"

Mikayla mengangkat kedua alisnya, terserah saja yang penting sekarang Mikayla bisa pergi dari sana.

Mikayla berlalu lebih dulu, Gavin melirik Nina dan pamit padanya, tentu saja Nina mengizinkannya karena Nina yakin jika lelaki itu adalah anak baik.

Mikayla menaiki sepedanya dan bersiap menggoesnya.

"Tunggu," ucap Gavin menahan tangan Mikayla.

Secepat kilat Mikayla menepisnya, Mikayla tidak bisa seperti itu karena jantungnya akan semakin tak karuan.

"Maaf, aku gak bermaksud apa-apa, tapi kita naik motor saja ya biar lebih cepat."

Mikayla melirik motor Gavin disana, munkkin benar akan lebih cepat dan dengan begitu Mikayla tidak perlu lama-kama ada bersama Gavin.

"Ya sudah, cepat."

Gavin mengangguk dan segera meniki motornya, Gavin menyalakan mesinnya dan melajukannya ke samping Mikayla.

"Ayo naik."

Mikayla lantas naik dan keduanya melaju pergi meninggalkan rumah Mikayla.

"Dimana rumahnya?"

"Di depan sana, yang dekat ke pintu keluar."

Gavin mengangguk dan fokus mengendarai motornya, ternyata rumahnya dekat dan sepertinya memang tidak akan memakan banyak waktu.

Mikayla menatap punggung di hadapannya, ada apa dengan Mikayla, kenapa harus seperti ini setiap berdekatan dengan Gavin.

Dan kenapa juga harus ada kebetulan semacam ini, Mikayla menggeleng tak mengerti dengan semua itu.

"Mika, besok aku jemput, mau?"

Mikayla menganga mendengar pertanyaan Gavin, apa lelaki itu sadar.