"Aku sudah katakan, biar aku saja yang antar kamu pulang."
"Lepas ah, apaan sih, pulang saja sendiri."
Gavin melepaskan tahanan Citra, wanita itu selalu saja menjengkelkan baginya, Gavin sama sekali tidak menyukai semua tentang Citra.
"Gavin, kamu ...."
"Diam," potong Gavin.
"Aku pulang sendiri, jadi silahkan kamu juga pulang sendiri saja."
Gavin lantas pergi dengan menggoes sepedanya meninggalkan Citra, Citra menghentakan kakinya kesal, kenapa Gavin masih saja menolaknya seperti itu.
Citra melihat sekita dan masih banyak orang yang memperhatikannya saat ini, Citra menatap mereka semua dengan kesal hingga membuat mereka pergi begitu saja.
"Ih .... menyebalkan sekali kalian semua."
Citra lantas berlalu meninggalkan tempatnya, mau seperti apa pun respon Gavin tetap tidak akan memghentikan Citra untuk mengejarnya.
Gavin harus jadi miliknya, bukankah itu keinginan Gavin juga sebelum semua masalah terjadi.
----
Mikayla terdiam menatap punggung di hadapannya, lelaki itu telah menghalangi kebersamaannya dengan Gavin, tapi kenapa dan apa alasannya Aljuna melakukan semua itu.
"Yang mana rumah kamu?"
Mikayla mengangkat kedua alisnya dan melihat sekitar, benar juga kenapa Mikayla melupakan hal tersebut.
"Yang mana rumah kamu?"
"Emmm .... di depan, nomor 13."
Mikayla menggaruk kepalanya yang tak gatal, kenapa lelaki yang sedang bersamanya itu sangat dingin, Mikayla merasa takut berdekatan dengannya.
Aljuna menghentikan laju motornya karena telah sampai di rumah Mikayla, Mikayla lantas turun dan berjalan ke samping Aljuna.
"Terimakasih, Kak."
Aljuna tak menjawab dan mengeluarkan ponselnya.
"save kontak kamu disini."
Aljuna memberikan ponselnya pada Mikayla, tapi Mikayla tak menerimanya, untuk apa Aljuna melakukan itu.
"Catat," pintanya tegas.
Mikayla mengangguk dan menerima ponselnya, berkutat beberapa saat di sana dan mengembalikannya lagi.
"Siapa namanya?"
"Mikayla."
Aljuna mengangguk dan menyimpan kembali ponsel tersebut.
"Katakan kalau kamu mau dijemput besok."
Mikayla mengernyit, apa maksudnya, kenapa juga Mikayla harus mengatakan itu padanya.
"Aku akan pastikan Gavin kena skors di sekolah kalau kamu masih bersama dia."
"Kenapa memangnya?"
"Jauhi."
Mikayla benar-benar tak mengerti, apa mungkin Aljuna melakukan itu karena Gavin yang telah memiliki kekasih sekarang.
"Kamu akan dapat masalah kalau kamu terus sama dia."
Mikayla tak bergeming, lalu apa jika bersama Aljuna tidak akan mendapat masalah, lagi pula yang bermasalah adalah Aljuna dan Gavin, bukan Gavin dan Mikayla.
"Mika, kamu sudah pulang."
Nina terlihat keluar dengan membawa masakannya, keduanya menoleh dan Mikayla langsung salam pada Nina setelah masakan itu di simpan di meja.
Nina melirik Aljuna dan terdiam menatapnya, lebam di wajah Aljuna tentu saja membuat Nina bertanya-tanya.
"Selamat sore, Tante." sapa Aljuna.
Nina tersenyum dan mengangguk, Nina lantas melirik Mikayla dan meneliti seluruh tubuh Mikayla, apa yang telah terjadi kenapa Mikayla pulang dengan orang yang berbeda dan dalam keadaan luka seperti itu.
"Ibu kenapa?" tanya Mikayla.
"Kamu gak apa-apa kan, mana Gavin, kenapa dia gak antar kamu pulang?"
Mikayla seketika melirik Aljuna di sana, lelaki itu terlihat berpaling dengan senyuman sinisnya.
"Mika, mana Gavin, kamu gak apa-apa kan?"
"Enggak kok Bu, Kak Gavin tadi di telepon Mamahnya suruh langsung pulang, jadi gak bisa antar aku."
"Oh seperti itu, lalu ...."
Nina melirik Aljuna tanpa melanjutkan kalimatnya, Mikayla mengikuti arah pandang Nina saat ini dan tentu saja Mikayla mengerti dengan itu.
"Nanti aku cerita sama Ibu ya," bisik Mikayla.
Nina menoleh dan mengangguk, baiklah lagi pula Nina harus segera siapkan jualan masakannya karena sebentar lagi pasti akan ada yang datang.
"Ya sudah, Ibu masuk ya."
"Iya, Bu."
Nina berlalu meninggalkan keduanya, lalu sekarang apa yang harus Mikayla lakukan, Aljuna diam saja di sana tak kunjung pergi.
Mikayla memejamkan matanya sesaat, baiklah mungkin Mikayla bisa mendapat kejelasan dari Aljuna tentang semuanya.
"Kakak, Kakak mau masuk dulu?"
"Masuk saja, mungkin kamu sedang sibuk."
Mikayla mengangguk perlahan, tapi kasihan juga kalau Aljuna diusir begitu saja, Aljuna sudah mengantarkannya pulang.
"Kakak masuk dulu saja, ini kerjaan Ibu kok."
Aljuna menoleh dan terdiam menatap Mikayla, tatapan itu membuat Mikayla jadi panik sendiri, Mikayla berpaling seraya menggaruk alisnya.
"Ada apa?" tanya Aljuna menyentuh pundak Mikayla.
Mikayla sedikit bergeser untuk menghindarinya, Mikayla tersenyum bingung melihat Aljuna.
"Ayo Kak, masuk dulu saja, aku punya kalau sekedar minuman saja."
Aljuna mengangguk dan turun dari motornya, Mikayla lantas berjalan dan diikuti Aljuna, mereka kembali berpapasan dengan Nina yang berjalan ke luar.
Aljuna tersenyum hormat pada Nina, dan tentu saja Nina juga membalasnya ramah.
"Iya, masuk saja." ucap Nina.
Mikayla hanya menoleh sekilasan saja saat mendengar suara Nina.
"Silahkan duduk, Kak."
Aljuna lantas duduk tanpa mengatakan apa pun juga.
"Sebentar, aku bawakan minum untuk Kakak."
Aljuna menoleh dan menahan tangan Mikayla agar tak pergi darinya, Mikayla memejamkan matanya tanpa melirik Aljuna.
"Duduk saja, aku tidak haus."
Mikayla mengangguk dan menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Aljuna, Mikayla turut duduk di samping Aljuna.
"Kamu masih takut pada ku?" tanya Aljuna.
Mikayla hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan Aljuna.
"Kalau begitu, lihat aku, kita sedang bicara apa kamu tidak tahu etika ketika berbicara dengan seseorang?"
Mikayla kembali memejamkan matanya sesaat, dan perlahan melirik Aljuna, Mikayla sedikit tersenyum saat pandangan mereka beradu.
"Aku sudah bilang kalau kita akan ketemu setiap hari, dan mulai hari ini kamu akan selalu berurusan dengan ku.'
"Tapi kenapa, apa aku berbuat salah pada Kakak?"
"Benar."
"Apa kesalahan ku?"
Aljuna diam untuk beberapa saat, tatapannya semakin menyeramkan bagi Mikayla.
"Kamu gak sadar kesalahan kamu?"
Mikayla menggeleng, apa yang bisa disadari Mikayla karena mereka tidak pernah bersama, jadi apa kesalahan Mikayla.
"Kesalahan kamu, karena kamu memilih dekat dengan lelaki itu."
"Kak Gavin?"
"Jangan sebutkan namanya, berhenti dekat dengannya atau kamu akan rasakan akibatnya."
"Aku sama Kak Gavin hanya berangkat bereng tadi, kami tidak ada apa-apa."
"Tapi dia ada apa-apa sama kamu."
Mikayla mengernyit, apa maksudnya, memang ada apa dengan Gavin.
"Wanita tadi, apa dia kekasih kak Gavin?"
Aljuna kembali menunjukan senyuman sinisnya saat mendengar pertanyaan Mikayla, Aljuna berpaling begitu saja.
"Aku tidak berniat mengganggu Kak Gavin, pertemuan kami memang tidak disengaja."
"Tidak di sengaja tapi kamu berangkat bareng dia."
"Iya itu karena ...."
"Jangan bicara."
Mikayla seketika diam dan menunduk saat Aljuna kembali meliriknya.
"Jauhi dia, aku sudah peringatkan ini sama kamu, jauhi dia."
Mikayla tak menjawab, tapi Mikayla suka dengan Gavin dan bagaimana bisa Mikayla menjauhinya.
"Bisa kamu lakukan itu?"
"Iya Kak, bisa."
Keduanya sama-sama terdiam tanpa berkata apa pun lagi.