Mikayla menggoes sepedanya dengan santai, sedikit lagi Mikayla akan memasuki halaman sekolah, Mikayla tersenyum menunjukan kesiapannya untuk menjalani hari ini.
"Mika," panggil Niara.
Mikayla menoleh dan menghentikan goesan sepedanya, Mikayla kembali melirik Niara di sana.
"Kalian?"
"Kenapa, Mik?" tanya Devan.
Mikayla mengangkat kedua alisnya, kenapa bisa mereka berboncengan seperti itu, rumah mereka kan beda arah.
Mikayla melihat motor yang ditumpangi keduanya, itu motor Niara dan sudah jelas jika Niara menjemput Devan di rumahnya, karena tidak mungkin kalau Devan tidur di rumah Niara.
"Woy, ah malah bengong."
Mikayla mengerjap saat tangan Devam mengibas di depan wajahnya, Mikayla tersenyum dan menggeleng, apalah gunanya memikirkan semua itu yang penting mereka tetap sama-sama.
"Kamu kenapa sih?" tanya Niara.
"Enggak, aku gak apa-apa, aku kaget lihat kalian, kalau dilihat dengan seksama, kalian cocok ya."
Niara mengernyit dan melirik Devan, wajah Devan tak kalah bodohnya saat ini dan itu membuat Mikayla tertawa.
Mikayla kembali menggoes sepedanya memasuki halaman sekolah, Devan melirik Niara dan sesaat kemudian keduanya menggeleng.
"Kacau itu anak satu," ucap Niara.
"Sudahlah."
Devan melajukan motornya menyusul Mikayla, motor dan sepeda itu parkir bersisian karena memang masih kosong.
Mereka turun bersamaan, Mikayla kembali memperhatikan keduanya, sepertinya Mikayla terjebak ucapannya sendiri saat ini karena rasanya memang Devan dan Niara itu cocok kalau jadi pasangan.
"Apa lagi?" tanya Devan.
"Kalau jadian, kabar-kabar."
Mikayla kembali tertawa dan berlalu lebih dulu.
"Mika kenapa sih?" tanya Niara.
"Lagi bahagia kali, biarkan sajalah kita ikut bahagia saja."
Niara mengangguk, baiklah mungkin itu yang seharusnya untuk saat ini, keduanya lantas berjalan menyusul Mikayla.
"Mika," panggil seseorang.
Mikayla menoleh begitu juga dengan Niara dan Devan.
"Untuk Mika," ucapnya seraya memberikan setangkai bunga putih.
Mikayla menerimanya dengan ekspresi bingung, apa maksudnya, kenapa wanita itu memberinya bunga.
"Ini untuk apa?" tanya Mikayla.
Bukannya menjawab, wanita itu justru pergi begitu saja, Mikayla melirik dua temannya, apa akan ada kekacauan lagi pagi ini.
Mikayla menggeleng dan melanjutkan langkahnya, Niara dan Devan tersenyum bersamaan dan mengikuti Mikayla.
Sampai di tangga, langkah Mikayla terhenti, ada siswa dan siswi yang berdiri jigjag di setiap anak tangga.
"Untuk Mika," ucap mereka kompak seraya menunjukan bunga yang sama.
Mikayla seketika menganga, apa Mikayla sedang berulang tahun hari ini, atau apa mungkin sekarang itu hari kasih sayang.
"Ciee Mika, makin terang-terangan saja nih."
Mikayla menoleh dan menatap Niara, apa maksudnya, bukankah sejak awal Mikayla memang tidak menyembunyikan apa pun.
"Senior yang mana nih?" tambah Niara.
Devan seketika menyikut Niara, asal sekali Niara berbicara, bagaimana kalau Mikayla justru marah pada mereka.
Mikaya menghembuskan nafasnya sekaligus, entahlah apa maksud semua ini, tapi dari pada buang waktu lebih baik Mikayla terima saja.
Mikayla melangkah dan mengambil bunga itu satu demi satu, mereka tersenyum pada Mikayla dan tentu saja Mikayla merasa malu karena mereka semua adalah teman seangkatannya.
"Untuk Mika."
Mikayla kembali menghentikan langkahnya, ditangga terakhir ada Desi yang menghentikan langkahnya, ia menunjukan kotak hadian pada Mikayla.
"Desi, ini apa?" tanya Mikayla.
Desi mengangkat kedua bahunya sekilas, dan memberikan kotak itu ke tangan Mikayla, sekarang Mikayla sudah sangat kerepotan dengan semua itu.
Desi berlalu meninggalkan mereka, Mikayla kembali melangkah, senyumannya terlihat sempurna saat ini.
Mikayla tidak tahu dari siapa bunga dan hadiah itu, tapi Mikayla suka dengan semua itu, semua terasa sangat manis bagi Mikayla.
Tingg .... Mikayla mendengar denting ponselnya, dan itu adalah notif pesan masuk, Mikayla dengan susah payah mengambil ponselnya dari saku dan membuka pesannya.
"Jaga baik-baik, jangan sampai rusak dan layu." baca Mikayla.
Mikayla mengernyit, siapa yang mengirimnya pesan kenapa tidak ada nama pengirimnya, Mikayla melihat sekitar dan terdiam saat melihat Aljuna di sana.
Lelaki itu tengah menatapnya dari kejauhan, Mikayla seketika berpaling, tatapan Aljuna masih sangat menyeramkan.
Mikayla melihat semua yang di dekapannya itu, apa mungkin itu dari Gavin dan Aljuna sebentar lagi akan marah pada Mikayla, dan akan ribut lagi dengan Gavin.
"Ya Tuhan," ucap Mikayla pelan.
Mikayla kembali melirik Aljuna di sana, tapi lelaki itu sudah tak terlihat lagi, kemana dia menghilang.
Mikayla mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru, tapi tidak ada Aljuna, Mikayla menggeleng menepis semua yang hinggap di benaknya tentang Aljuna dan Gavin.
"Tidak mungkin."
"Apa yang tidak mungkin, Mik?" tanya Niara.
Mikayla menoleh dan menggeleng, sudahlah tidak ada yang perlu difikirkan Mikayla sekarang, biarkan saja jawabannya akan terbuka sendiri nanti.
"Mika," panggil Devan.
"Enggak, aku gak apa-apa, lupakan saja."
Mikayla kembali beranjak, tapi tertahan saat itu juga ketika Gavin memanggilnya.
Ketiganya menoleh bersamaan, Gavin berjalan dan berdiri di depan Mikayla, terdiam menatap semua yang dibawa Mikayla.
Mikayla juga turut diam, mungkin sekarang Mikayla akan mendapatan jawaban, dari siapa hadiah yang di dekapnya saat ini.
"Banyak banget, dari siapa, ih keren ya sudah dapat penggemar saja."
Mikayla mengernyit, jadi semua itu bukan dari Gavin, lalu dari siapa karena tidak mungkin juga dari Aljuna, harusnya tadi Aljuna tersenyum kalau memang dia yang berikan semuanya.
"Bagi satu dong."
Gavin mencabut satu tangkai bunga tersebut, dan berlalu begitu saja.
"Kakak," panggil Mikayla.
Gavin menoleh dan tersenyum, kakinya terus berjalan tanpa sempat terhenti.
Tingg .... Mikayla melihat ponselnya dan ada pesan masuk lagi.
"Kamu gagal menjaganya, terimakasih" baca Mikayla pelan.
Mikayla seketika mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru, orang itu sedang memperhatikannya sekarang tapi siapa dan dimana.
"Mika, ayo masuk." ajak Devan.
Mikayla menggangguk dan berjalan, pagi hari Mikayla sudah dibuat pusing hal semua itu.
"Ra, aku titip ini di belakang kamu ya, kamu kan bangkunya di belakang."
"Boleh, ayo."
Mikayla berjalan ke bangku Niara, dan menyimpan bunga-bunga itu di belakang bangku Niara.
"Makasih ya, Ra."
"Sama-sama."
Mikayla berjalan kembali ke tempatnya, menyimpan tasnya dan terdiam membaca dua pesan masuk itu.
Siapa yang memberikan kontak Mikayla, kenapa ada nomor asing yang masuk, tidak ada yang lain yang tahu kontak Mikayla selain dari dua temannya dan dua senior itu.
"Ssss, fokus Mika, fokus ini masih pagi dan pelajaran belum dimulai, jadi jangan memikirkan hal lain di luar pelajaran."
Mikayla memperingati dirinya sendiri dengan menekan kepalanya, semua teramat membuatnya pusing dan Mikayla tidak suka.
Mikayla melirik jendela, Aljuna tampak berjalan di sana, tatapannya tertuju pada Mikayla.
Lagi, tatapan itu membuatnya takut, ada apa dengan lelaki itu kenapa menatap Mikayla seperti itu, apa benar Aljuna pengirim bunga dan hadiahnya.