Mikayla menyimpan sepedanya dan langsung memasuki rumah, Mikayla pusing sekali hari ini ditambah dengan bunga yang segitu banyaknya yang harus dibawa pulang.
"Mika, kamu sudah pulang."
Nina tampak menghampiri putrinya yang berjalan lesu.
"Kamu kenapa?" tanya Nina.
"Asalamualaikum, Bu."
"Waalaikumsalam."
Mikayla mencium tangan Nina, dan berjalan lalu menyimpan bunga itu di meja, Nina berbalik dan mengikutinya.
Nina menatap bunga yang banyak itu, dan duduk bersamaan dengan Mikayla.
"Ada apa, untuk apa kamu belanja bunga sebanyak itu?"
Mikayla memejamkan matanya sesaat, untuk apa Mikayla membeli bunga sebanyak itu, pada akhirnya akan layu juga, hanya buang uang saja.
"Mika."
"Itu pemberian, Bu."
"Sebanyak itu?"
"Ya itulah, kan segitu adanya juga."
Nina terdiam beberapa saat dan menggeleng, niat sekali lelaki itu sampai memberikan bunga sebanyak itu.
"Kamu kenapa, dapat masalah lagi?"
"Enggak, Bu."
"Ya sudah kalau gitu sekarang kamu mandi ya, habis itu bantu Ibu di dapur, Ibu banyak pesanan sore ini."
"Baik, Bu."
Mikayla lantas berlalu meninggalkan Nina, bunga itu juga ditinggalkan begitu saja, Mikayla tak mau peduli dengan semua itu karena memang hanya memberi masalah saja.
Nina menggeleng dan kembali ke dapur, biar nanti mereka bicara saat semua telah selesai saja, agar bisa tenang juga sehingga mudah untuk saling mengerti.
Mikayla menyimpan tasnya dan merebahkan tubuhnya di kasur, lelah sekali dan Mikayla ingin rebahan sebentar saja.
Gavin tak dapat ditemuinya saat pulang sekolah tadi, entah kemana lelaki itu menghilangnya karena Mikayla tak dapat melihatnya sama sekali.
Andai saja Mikayla bisa melihatnya, pasti sudah Mikayla marahi lelaki itu karena telah membuat Mikayla mendapatkan masalah, sedikit pun Mikayla tidak pernah minta untuk didekati tapi kenapa justru Mikayla yang mendapatkan masalahnya.
"Lihat saja, kalau sampai ketemu lagi, aku akan katakan semua kekesalan ku sama dia, berani sekali membuat aku dapat masalah seperti tadi, semua bukan kemauan aku lagi pula dia sendiri yang melakukannya."
Mikayla mengusap wajahnya, baru beberapa hari saja di sekolah sudah mendapatkan masalah seperti itu, padahal niatnya hanya untuk belajar tapi kenapa jadi seperti itu.
Sekarang ketenangannya di sekolah mulai terusik, Mikayla akan selalu khawatir dengan apa yang akan terjadi esok hari saat ada di sekolah.
"Tapi apa pun itu, aku tidak boleh takut, Ibu bilang aku harus hadapai semuanya, tidak boleh sedikit pun menghindarinya atau aku akan semakin disusahkannya."
Mikayla kembali bangkit dan berjalan memasuki kamar mandi, mungkin saja setelah mandi nanti Mikayla akan merasa lebih baik lagi dari setiap sisinya.
Mikayla selalu merasa senang dengan kegiatannya membantu Nina, dan pasti hal itu juga bisa membuat Mikayla dengan cepat melupakan masalahnya di sekolah.
----
"Ya sudah pergi sana, untuk apa lagi disini?"
"Kamu kenapa sih, kasar terus sama aku?"
"Ya karena kamu memang gak bisa dibaiki."
Gavin dan Citra saat ini tengah bersama, mereka memang masih ada di sekolah untuk mengurusi beberapa hal.
Gavin tentang basketnya dan Citra tentang cheerleadernya, mereka akan selalu bersama karena kegiatan mereka juga sama.
Tapi Citra selalu saja mengganggu Gavin dan membuatnya kesal, mereka tidak pernah terlihat baik-baik saja karena setiap kali bersama, pasti akan selalu ada keributan.
Citra tidak pernah terima dengan penolakan Gavin dan selalu memaksakan keinginannya, amarah Gavin seolah tak pernah berpengaruh apa pun untuk Citra asalkan mereka bersama.
"Jun, kita mulai latihan besok saja." ucap Rio.
"Oke saja, kalau memang yang lainnya siap."
"Harus siap dong, kan mereka yang setuju gabung jadi ya harus selalu siap."
"Ya itukan kemauan, tapi gak tahu nanti kejadiannya kayak gimana."
Aljuna dan yang lain juga berada di tempat yang sama dengan Gavin dan Citra, tapi mereka terpisah karena Gavin yang memang sengaja memisahkan diri.
Gavin dan Aljuna memang selalu berjauhan, mereka sudah seperti musuh bebuyutan saja, jika berdekatan pasti akan ada keributan.
"Si Gavin, pacaran mulu, bukannya ikut diskusi." ucap Putra.
Aljuna melirik dua orang disana, tatapannya tak mampu untuk diartikan oleh siapa pun, Aljuna kerap menunjukan tatapan seperti itu pada Gavin dan Citra.
Sampai detik ini, tidak ada yang tahu apa penyebab perselisihan mereka berdua, karena baik Aljuna atau pun Gavin tak pernah ada yang mau bercerita.
Mereka menyimpan masalahnya berdua saja, bahkan sampai terjadi perkelahian kemarin pun, keduanya tetap saja bungkam enggan untuk mengatakan alasannya.
"Sudahlah, Jun." ucap Rio.
Aljuna berpaling, entah apa yang ada dalam fikirannya saat ini tentang Gavin dan Citra, mereka selalu berfikir jika Aljuna cemburu pada Gavin yang selalu berdekatan dengan Citra.
Tapi sepertinya mereka salah, karena saat Citra sendiri pun, Aljuna tidak pernah sekali pun berniat untuk mendekati Citra, jadi entah apa yang menjadi permasalahan antara Gavin dan Aljuna sebenarnya.
----
Mikayla menghampiri Nina di dapur sana, untuk sesaat Mikayla memperhatikan bahan masakan dan beberapa masakan yang memang telah tersaji.
"Kamu sudah selesai?" tanya Nina.
"Sudah, Bu."
"Kamu bantu Ibu ya."
"Ini pesanan semuanya, Bu?"
"Iya, kebanyakan pesanan, tapi ada juga yang buat Ibu jual di rumah."
"Banyak sekali, siapa saja yang pesan?"
"Ada beberapa, termasuk Ibu Anita."
"Bu Anita, siapa dia?"
Nina menoleh sekilas dan tersenyum, apa benar Mikayla tidak tahu siapa Anita.
"Kok malah senyum sih, Bu?"
"Bu Anita itu Mamahnya Gavin, teman sekolah kamu."
"Gavin?"
"Iya, kamu kan pernah dijemput sama Gavin, dan nanti sore dia mau datang untuk bawa masakannya, soalnya Bu Anita gak bisa ambil kesini."
Mikayla mengernyit, jadi Mamahnya Gavin sudah bertemu Ibunya, dan nanti Gavin akan datang juga ke rumahnya.
Mikayla mengangguk, sepertinya itu bagus, karena dengan begitu Mikayla bisa bertemu Gavin tanpa khawatir diketahui Aljuna.
Dan mereka berdua tidak akan berkelahi lagi gara-gara Gavin bersama dengan Mikayla, senyuman Mikayla perlahan telihat, memang benar akan selalu ada jalan untuk memberpaiki keadaan yang tidak baik.
"Mika, kamu kenapa?"
Mikayka menoleh dan menggeleng, biar saja Mikayla tidak perlu cerita apa pun pada Nina sekarang.
"Gak apa-apa kok Bu, mana sini apa yang harus aku kerjakan?"
"Itu cuci saja sayur yang itu dulu, semuanya ya soalnya tadi Ibu belum sempat cuci."
Mikayla mengangguk dan melakukannya, Mikayla akan selesaikan masalahnya sendiri, dan kalau memang nanti Mikayla tidak sanggup, baru Mikayla akan meminta bantuan Nina.
Mungkin benar Mikayla harus menjauhi Gavin agar tidak ada masalah yang menghampirinya lagi, dengan begitu Mikayla juga bisa tenang berada di sekolah dan fokusnya tidak akan terganggu oleh hal-hal yang tidak seharusnya.