"Stop-stop, sepertinya yang ini deh rumah Niara." ucap Mikayla.
Gavin langsung menghentikan laju motornya, dan Mikayla pun turun, Mikayla berkutat dengan ponselnya di sana untuk mengirim pesan pada Niara, mereka sudah janjian dan seharusnya Niara tidak lama untuk bisa menemuinya di luar.
Gavin memundurkan motornya hingga dirinya sejajar dengan Mikayla, ditatapnya wajah Mikayla hingga menyembulkan senyuman manisnya, tapi Mikayla tidak menyadarinya karena terlalu asyik dengan ponselnya.
Gavin merasa wajah itu teramat manis, dan sangat tidak mungkin untuk diabaikan begitu saja, Gavin merasa tidak akan bosan dengan wajah itu meski harus melihatnya setiap waktu.
"Niara mana sih, lama banget perasaan aku gak lama kok jalan kesini."
Mikayla melihat sekitar halaman rumah itu, memang benar dan memang benar jika rumah itu lebih besar dari pada rumah Mikayla sendiri.
"Kamu telepon saja."
Mikayla menoleh dan mengangguk, mungkin itu seharusnya, Mikayla lantas menghubungi Niara di sana.
Gavin tersenyum, dengan begitu Gavin bisa kembali menatap wajah Mikayla dengan jelas, Mikayla terlihat lucu jika sedang gelisah padahal hanya hal kecil saja.
Mikayla mengernyit menyadari tatapan Gavin, dan seketika itu pula Mikayla berbalik membelakanginya, Mikayla sedikit tersenyum, ada sedikit rasa senang di hatinya karena tatapan Gavin tadi.
"Masuk, Mik." ucap Niara.
Keduanya menoleh bersamaan, akhirnya pemilik rumah keluar juga sekarang.
"Mau ikut masuk?" tanya Mikayla.
"Gak usah, aku disini saja, gak akan lama kan?"
"Enggak, aku bawa buku saja, ya sudah aku masuk dulu ya."
Gavin mengangguk, Mikayla lantas berlalu pergi meninggalkan Gavin, Mikayla menghampiri Niara di teras rumahnya.
"Mika."
"Kenapa?"
"Itu kok," ucap Niara seraya menunjuk Gavin.
Mikayla melirik Gavin yang tampak tersenyum di sana.
"Kok beda sih, Mik?"
"Beda, maksudnya?"
"Ya beda, di sekolah kan kamu sama Kak Juna, kok sekarang sama itu, siapa dia?"
Mikayla menghembuskan nafasnya sekaligus, kenapa Niara masih saja mengingat tentang Aljuna, memangnya ada apa dengan Aljuna bukankah Mikayla sudah katakan jika itu hanya kebetulan saja.
"Kamu kok gitu sih?"
"Gitu sih apa, Niara?"
"Kamu mau mempermainkan hati laki-laki?"
"Ih .... apaan sih Ra, jahat banget kalimatnya, memangnya aku terlihat seperti wanita yang tidak punya perasaan?"
"Ya terus, itu ...."
"Suutt berisik ah," ucap Mikayla memotong ucapan Niara.
"Aku kesini mau pinjam buku, jadi mana bukunya, cepat aku hanya izin pergi sebentar sama Ibu."
Niara berbalik menatap Mikayla, tatapan yang tanpa celah yang penuh curiga.
"Apa, kenapa malah lihat aku seperti itu?"
"Izin sebentar sama Ibu atau sama lelaki itu, atau izian sebentar sama Kak Juna tanpa tahu kalau kamu pergi sama lelaki itu?"
Mikayla menahan tawa mendengar kalimat Niara, apa Niara sedang menginterogasinya sekarang, lengkap sekali pertanyaannya itu.
"Mika," panggil Niara kesal.
"Apa sih, gak jelas kamu ah, itu kan lelaki yang tadi siang ada di luar gerbang, dia ada pesan masakan sama Ibu makanya sekarang ada sama aku."
Niara menyipitkan matanya, tatapannya justru semakin curiga saja pada Mikayla, kalimatnya sangat tidak bisa percaya.
"Apa lagi, Ra?"
"Dia memangnya siapa, kenapa bisa pesan masakan sama Ibu kamu, berarti kalian sudah kenal sebelumnya kan?"
Mikayla tersenyum seraya menggeleng, harus sampai kapan mereka berbincang sekarang, tidak akan ada habisnya pembahasan itu karena Niara juga tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan Mikayla.
"Mika, jawab."
"Enggak, aku gak mau jawab, ya sudah kalau kamu gak mau kasih pinjam buku, aku pulang saja."
Mikayla lantas berlalu meninggalkan Niara di sana, menyebalkan sekali kenapa harus mencurigai Mikayla seperti itu.
"Mika," panggil Niara.
Mikayla tak peduli dengan panggilan itu, dan menghampiri Gavin di sana.
"Kok gak jadi?" tanya Gavin.
"Gak, sudah ayo pulang." ucap Mikayla kesal.
Gavin melirik Niara di sana, ada apa dengan mereka kenapa Mikayla jadi kesal seperti itu, dan bukunya pun belum didapatkannya.
"Ayo, Kak." ucap Mikayla.
Gavin menoleh dan ternyata Mikayla sudah duduk di motornya itu, Gavin mengangguk dan melajukan motornya.
"Kalian kok malah ribut?"
"Tahu, Niara memang menyebalkan sekali."
"Terus sekarang gimana, kamu gak jadi salin catatannya dong?"
"Gak apa-apa, besok saja aku pinjam sama yang lain."
"Jadi sekarang kita langsung pulang?"
"Pulang saja."
Gavin mengangguk setuju, lagi pula masakannya pasti sudah siap sekarang, dan sebaiknya Gavin segera pulang untuk menyiapkan semuanya, karena mamahnya pasti akan segera sampai ke rumah.
Gavin menghentikan motornya dan melihat banyak orang di rumah Nina, ramai sekali yang beli masakannya itu dan Gavin jadi penasaran dengan rasa masakannya.
"Makasih ya, Kak." ucap Mikayla.
Gavin menoleh dan mengangguk, itu bukan masalah, lagi pula Gavin juga sekalian ada perlu di sana.
"Ya sudah, aku bantu Ibu dulu ya."
"Oke."
Mikayla berlalu membantu Nina di sana, dan biarkan saja Gavin menunggu karena Nina juga terlihat sangat sibuk sekarang.
"Aku bantu ya, Bu."
Nina menoleh dan mengangguk, syukurlah Mikayla bisa membantu Nina sore ini, sehingga Mikayla bisa sedikit mengurangi lelahnya Nina.
Gavin mengeluarkan ponselnya dan memotret Mikayla diam-diam, dia begitu semangat mengerjakan semuanya dan Gavin suka dengan itu.
Mikayla tidak seperti kebanyakan orang yang masa bodoh dengan kesibukan orang tuanya, mereka hanya memikirkan hasilnya saja tanpa peduli dengan perjuangannya itu.
Mikayla melirik Gavin disela kesibukannya, dan tersenyum saat Gavin tersenyum padanya.
"Neng," panggil seseorang.
"Oh iya Bu, ini Bu sudah."
Mikayla memberikan pesanannya dan menerima uangnya, Mikayla kembali melirik Gavin yang terlihat menahan tawanya.
"Mika, kamu kasih ini sama teman kamu itu ya, ini masakan pesanan dia."
Mikayla mengangguk dan menerimanya, kakinya terayun menghampiri Gavin di sana.
"Ini pesanan Kakak," ucap Mikayla
Gavin menyimpan ponselnya dan menerima pesanannya, Gavin melihat isinya untuk memastikan jika telah sesuai pesanan.
"Ada yang kurang?" tanya Mikayla.
"Gak ada, sudah seusai."
Mikayla mengangguk, baguslah karena Nina memang selalu berusaha memuaskan pelanggannya, Nina berharap agar mereka bisa tetap berlangganan pada hasil masakannya.
"Aku sekarang gak bawa uang, besok aku bayar ya."
"Oh belum dibayar?"
"Belum, tadi aku cuma bayar ganti rugi saja."
Mikayla hanya mengangguk saja, biar nanti Mikayla tanyakan saja pada Nina bagaimana bisa bertemu dengan Gavin.
"Mika, besok aku jemput, mau kan?"
"Emmm .... gak perlu Kak, aku mau pakai sepeda saja perginya."
"Kalau aku jemput pakai sepeda, gimana?"
Mikayla mengernyit, kemudian mengangkat kedua bahunya sekilas, Mikayla berlalu begitu saja dan kembali membantu Nina.
Gavin tersenyum, tentu saja besok Gavin akan datang pagi untuk menjemput Mikayla, Gavin menyimpan masakannya dan melaju pergi.
Mikayla tersenyum menatap kepergian Gavin.