Chereads / Bukan Cinta Sedarah / Chapter 24 - Bab24. Masalah

Chapter 24 - Bab24. Masalah

Kantin begitu ramai dengan suara siswa dan siswi di sana, mereka berbincang banyak hal dengan topik masing-masing, dan tak sedikit juga yang masih menggunjingkan perkelahian dua senior itu, mereka juga tetap menyinggung Mikayla sebagai penyebab keributan tersebut.

Niara dan Devan sudah mulai kesal dengan mereka yang terus saja membicarakan Mikayla, padahal mereka tidak tahu seperti apa kebenaran yang terjadi antara Mikayla dan dua senior itu.

"Kita pergi, Ra." ucap Devan.

Niara menoleh dan menggeleng, bukankah mereka sudah janjian dengan Mikayla di sana, jadi mereka harus menunggu Mikayla datang.

"Kita tidak bisa disini terus, kita gak tahu apa Mika akan datang sekarang, bisa saja kan dia langsung ke kelas setelah semuanya selesai."

Niara diam, benar juga mungkin saja ada masalah baru yang akan dialami Mikayla di sana, dan Mikayla akan memilih langsung ke kelas saja.

"Lagi pula aku emosi kalau terus disini, aku kesal dengan ucapan mereka semua."

"Sabar, kan kamu sendiri yang bilang harus sabar."

Devan menghembuskan nafasnya sekaligus, baiklah Devan akan bersabar sesaat lagi, tapi kalau misalkan Mikayla tidak juga datang, Devan akan pergi saja terserah mau Niara ikut atau tidak dengan dirinya.

Niara meneguk minumannya dan melihat sekitar, mana Mikayla kenapa tidak datang sampai sekarang.

Lama menunggu di sana, anak-anak yang lain pun sudah mulai kembali ke kelasnya .

"Ra, waktu istirahat sudah habis, ayo kita ke kelas saja sekarang, mungkin Mika sudah di kelas juga sekarang."

Niara mengangguk setuju, mungkin benar Mikayla sudah di kelas sekarang, semoga saja tidak ada apa pun yang terjadi pada Mikayla.

Keduanya lantas bangkit dan berlalu meninggalkan kantin, mereka kembali memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya.

Ketika sampai di kelas, mereka tak melihat ada Mikayla, kursinya masih saja kosong, lalu kemana wanita itu kenapa tidak datang ke kantin dan di kelas pun sekarang tidak ada.

"Mika mana, Dev?"

"Aku gak tahu, mungkin lagi di toilet."

Niara mengernyit dan menatap Devan dengan kesal.

"Kamu kenapa?" tanya Devan.

"Kamu yang kenapa, kenapa kamu tenang seperti itu saat tidak melihat Mika, kamu tahu kan apa yang terjadi tadi?"

"Iya tahu, memangnya aku harus seperti apa lagi, aku memang gak tahu Mika dimana."

"Ya paling tidak, kamu khawatir gitu tidak datar saja seperti itu."

Devan memejamkan matanya sesaat, kenapa Niara jadi marah padanya, lalu apa yang harus dikatakan Devan kalau memang hanya itu jawaban yang dimilikinya.

"Sudahlah, Mika kan kelasnya disini sama kita, dia gak akan kemana-mana pasti balik lagi kesini."

Niara berdecak dan menggeleng, bisa sekali Devan bicara seperti itu, padahal Niara sudah sangat khawatir dengan keadaan Mikayla sekarang.

"Ya sudah, sekarang kamu mau aku lakukan apa?"

"Ya cari Mika."

"Oke, aku cari Mika, ya sudah kamu masuk dulu ya, aku coba cari Mika mumpung masih ada waktu juga."

Niara mengangguk dan berjalan ke tempatnya sendiri, Devan berbalik dan berlalu untuk mencari Mikayla.

Seperginya Devan, rupanya Mikayla memasuki kelas, Mikayla berjalan dengan malas memasuki kelasnya, waktu istirahatnya telah habis percuma.

Niatnya untuk mencari dua lelaki itu gagal, tak ada satu pun yang berhasil ditemuinya tadi, dan Mikayla pun tidak sempat makan jadinya.

Niara langsung bangkit dan menghampiri Mikayla di sana, Niara memeluk Mikayla begitu saja tanpa mengatakan apa pun juga.

"Kenapa, Ra?" tanya Mikayla.

"Kamu dari mana sih, kamu kan janji mau nyusul ke kantin."

Mikayla melepaskan pelukan Niara, kemana Mikayla bukankah sudah bilang sejak awal jika tujuannya adalah untuk menemui mereka, jadi untuk apa sekarang masih bartanya.

"Mika, kamu gak apa-apa kan?"

"Enggak, aku gak apa-apa."

"Terus kenapa kamu seperti ini, kamu ketemu siapa tadi, ada yang sakiti kamu?"

"Apaan sih Niara, aku gak apa-apa, aku hanya sedih karena gak bisa temui mereka tadi."

"Ya sudahlah, mungkin mereka sudah pulang lebih dulu, kamu kan tadi lihat sendiri kalau meraka sama-sama terluka."

Mikayla mengangguk, mungkin saja memang seperti itu, tapi Mikayla tidak bisa tenang sebelum tahu keadaan mereka sekarang, terutama belum tahu apa alasan mereka ribut.

Mikayla harus pastikan jika keributan dua senior itu bukan karena dirinya, dan saat Mikayla tahu tentang itu baru Mikayla bisa merasa tenang.

Kriing .... Bel sekolah telah berbunyi, Niara melihat sekitar dan Devan belum kembali, Niara lantas mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan padanya.

"Mika, kita bicara lagi nanti ya, guru sudah masuk."

Mikayla menoleh dan mengangguk, silahkan saja memang sudah waktunya untuk mereka belajar lagi sekarang.

Niara bangkit dan berjalan ke tempatnya, saat yang bersamaan ternyata Devan datang dengan langsung berlari dan duduk di tempatnya.

Niara melirik guru yang sepertinya tidak sadar dengan kedatangan Devan itu, tapi baguslah dengan begitu tidak akan terjadi keributan lagi.

Devan melirik Niara di belakangnya dan tersenyum, Niara turut tersenyum dan menggeleng.

Mereka sama-sama terdiam karena harus mengikuti pelajaran saat ini, semakin mereka fokus maka semua akan terasa semakin mudah juga.

----

"Aku antar kamu pulang ya."

"Gak usah, aku bisa sendiri, lagi pula aku naik sepeda kesini dan kamu gak mungkin kuat bonceng aku."

Gavin ternyata masih ada di sekolah bersama dengan Aljuna juga, mereka ada di ruang UKS mereka ditemani oleh Citra di sana.

Aljuna menatap keduanya dengan kesal terutama dengan sosok Gavin, ingin sekali Aljuna memukulnya sekarang sama seperti apa yang dilakukannya sewaktu di lapangan tadi.

"Lagi pula kalian itu kenapa sih, kenapa harus berkelahi seperti itu?"

"Kamu itu kenapa sih, berisik tahu gak, banyak tanya kayak polisi saja."

Aljuna mengepalkan tangannya saat mendengar kalimat Gavin, tapi Aljuna harus menahan emosinya atau Aljuna akan kena skors jika mengulang kelakuannya.

"Aku cuma mau bantu kamu, apa salahnya lagi pula kamu kan memang sedang butuh bantuan."

"Tapi bukan bantuan kamu."

Citra diam, sepertinya tidak ada gunanya jika Citra memaksa Gavin sekarang, Aljuna tampak turun dari tempat tidurnya dan berlalu meninggalkan keduanya.

Aljuna sudah muak melihat dan mendengar suara Gavin, emosinya tidak akan bisa turun jika mereka terus bersama di sana.

"Tuh pergi, mending kamu bantu dia saja."

"Aku gak mau, biarkan saja dia kan gak minta bantuan juga."

"Ya aku juga gak minta."

"Ya memang, tapi aku yang niat untuk bantu kamu."

"Terserah, susah bicara sama orang keras kepala seperti kamu."

Gavin kembali berbaring dengan menahan rasa sakitnya, Citra berusaha membantunya tapi Gavin menepisnya kasar.

"Aku gak butuh bantuan kamu, dan aku gak minta itu."