Chereads / Bukan Cinta Sedarah / Chapter 12 - Bab12. teringat

Chapter 12 - Bab12. teringat

Nina berjalan memasuki kamarnya, kemarin Nina berniat untuk merapikan isi lemarinya tapi gagal karena rasa malasnya yang ternyata lebih kuat.

Sekarang lebih baik Nina segera merapikannya, mumpung pekerjaannya yang lain juga sudah selesai.

"Berantakan sekali," ucapnya seraya mengeluarkan satu bagian dari isi lemarinya.

Nina membawanya ke kasur dan membawa yang lainnya lagi, Nina melakukannya berulang sampai lemarinya itu kosong tanpa ada apa pun.

Nina duduk di samping tumpukan baju itu, dan mulai melipat ulang pakaiannya itu, Nina melakukannya dengan senang.

Setelah ini Nina harus memasak agar bisa menjualnya, Nina memang menjual nasi dan lauk pauknya di rumah, dan dari sanalah Nina mendapatkan penghasilan.

Sedikit tapi selalu ada setiap harinya, Nina bersyukur atas kemampuannya memasak, karena dengan hal itu Nina bisa memghidupi dirinya dan anaknya Mikayla.

Nina tidak berniat mencari pekerjaan yang lain, Nina merasa dari usaha itu pun sudah cukup untuk memenuhu kebutuhannya.

Beruntunglah karena memang banyak yang menyukai masakannya, dan tak jarang juga ada yang sengaja memesan untuk hidangan khusus di rumah tetangganya.

Nina tidak pernah menolak permintaan semacam itu, karena itu bisa menjadi penghasilan tambahan untuknya.

Nina akan memulai memasak saat siang hari, karena masakan itu akan mulai dijual saat sore hari, itulah kesibukan Nina saat berada di rumah, setengah harinya selalu dihabiskan untuk usahanya.

Nina terdiam saat meraih baju mera selututnya, itu adalah baju saat Nina hamil Mikayla dulu, semua masih sangat jelas diingatan Nina.

Baju itu adalah baju saat Nina akan melahirkan Mikayla, saat ada seorang lelaki yang dengan sabar menemaninya di rumah sakit.

Baju merah itu didekap Nina, perjuangannya saat itu sangatlah tidak mudah, Nina harus melahirkan Mikayla dengan normal padahal posisi Mikayla dalam perutnya tidaklah benar.

Dokter telah menyarankan untuk dioperasi saja, tapi Nina menolak karena saat itu tidak ada biaya untuk melakukan persalinan melalui jalan operask.

Nina sudah pasrah dengan akhir dari perjuangannya nanti, meski Nina harus meninggalkan putrinya yang baru lahir sekali pun.

Ditengah jeritan kesakitannya, Nina tersu berdoa dalam hatinya agar diberi keselamatan dan kesempatan untuk mengurus dan membesarkan bayinya itu.

Dan memang Tuhan itu maha mengabulkan, Nina bisa melewati persalinannya dengan selamat, dan sampai detik ini Nina masih bisa bersama dengan putrinya Mikayla.

Nina tersenyum, saat tangan lelaki itu menggendong Mikayla, mengadzaninya dan mendoakan semua hal baik pada bayi dalam pangkuannya.

Nina merasa sangat bahagia saat itu, dan berharap jika kebersamaan itu akan selalu ada, tapi kenyataannya justru berbeda karena sekarang Nina hanya menjalani hidup berdua saja dengan Mikayla.

Nina menggeleng, tidak ada yang boleh disesalinya saat ini, perlahan Nina melipat baju merah itu dan menyimpannya terpisah dengan baju lain.

Mungkin nanti, Nina akan memberikan baju itu pada Mikayla, saat Mikayla telah menikah dan mengandung seperti dirinya dulu.

"Semoga saja waktu ku akan tetap ada sampai nanti mikayla menikah dan punya anak," ucap Nina penuh harap.

Nina tidak pernah ingin meninggalkan putrinya, dan begitu juga sebaliknya, Nina tidak ingin ditinggalkan putrinya meski hanya satu hari saja.

Nina ingin mereka berdua tetap bersama dalam setiap keadaannya, tetap saling suport dan mendoakan satu sama lainnya.

Nina senang karena bisa memiliki anak seperti Mikayla, ia anak yang tidak rewel dan mau menerima setiap apa yang Nina berikan.

Mikayla tidak pernah melawan bahkan meski Nina sedang marah tanpa alasan, Mikayla selalu berusaha menghormati dan menghargai Nina.

"Terimakasih, Tuhan."

Nina memejamkan matanya, meski keadaan mereka tidaklah bergelimang harta, tapi mereka selalu merasa bahagia.

Nina selalu merasa kedamaian ada bersama dirinya dan Mikayla, dan hal itu juga yang selalu membuat Nina merasa bersyukur, dalam hidupnya hanya Mikayla harta berharga yang akan selalu dijaganya.

Nina akan melakukan semua untuk bisa membahagiakan Mikayla, Nina fikir semua ibu akan melakukan hal yang sama bagi anaknya, sesulit apa pun rintangan yang harus dilaluinya, kebahagiaan anaknya akan tetap jadi tujuan utamanya.

Nina yakint jerih payahnya sekarang berjuang untuk hidup Mikayla, akan berbuah manis, Nina yakin jika Mikayla akan jadi putri yang membanggakan baginya.

Nina tersenyum dan mengangguk, tangannya kembali sibuk merapikan baju yang berantakan di hadapannya.

Waktu terus berjalan, dan Nina harus segera bersiap untuk memasak, kemarin ada beberapa orang yang memesan masakan khusus untuk keluarganya, dan Nina harus menyiapkannya sebelum mereka datang.

Nina tidak tahu jam berapa Mikayla akan kembali ke rumah, jadi Nina harus siapkan semuanya sendirian saja.

Nina kembali terdiam saat teringat surat dan hadiah yang Mikayla dapatkan kemarin, apa benar ada yang menyukai putrinya itu saat ini.

Apa bisa Mikayla fokus belajar saat ada lelaki yang mungkin akan mengejarnya, Nina tidak mau Mikayla sampai kehilangan fokusnya terhadap pelajaran sekolah.

Nina menarik dalam nafasnya dan menghembuskannya perlahan, apa yang telah difikirkan Nina itu, bukankah Mikayla akan selalu mengutamakan untuk membanggakan Nina, jadi tidak akan ada yang bisa mengganggunya untuk itu bahkan meski cinta sekali pun.

"Aku harus percaya, Mika pasti akan tetap jadi anak yang membanggakan, biarkan saja mau ada lelaki yang menyukainya asalkan Mika tetap bisa fokus dengan sekolahnya."

Nina mengangguk, dan kembali pada kegiatannya, Nina tidak boleh sampai meragukan Mikayla karena fikirannya yang akan merusak semua keadaan baiknya.

----

"Mika," panggil seseorang.

Mikayla menoleh begitu juga dengan Devan dan Niara, ketiganya saling lirik dan terdiam menunggu orang tersebut sampai ke hadapan.

"Mika?" tanyanya.

"Iya, Kak." jawab Mika.

"Ini," ucapnya seraya memberikan kertas.

"Apa itu?"

"Ambil saja."

Mikayka kembali melirik Devan dan Niara, ia jadi teringat dengan surat dan hadian yang sempat diterimanya kemarin, apa hari ini akan ada surat lagi.

"Ambil, Mika." pinta Niara.

Mikayla lantas menerimanya, dan bertanya dari siapa, tapi bukannya mendapatkan jawaban Mikayla justru ditinggalkan begitu saja.

"Eh malah melengos kayak gitu," ucap Devan.

"Apa itu, Mik?" tanya Niara.

Mikayla menggeleng dan menggenggan kertas tersebut, Mikayla tidak ingin membukanya sekarang karena mereka pasti akan kepo dan menggoda Mikayla.

Itu akan terasa sangat memalukan, Mikayla akan membukanya nanti bersama dengan Nina saja di rumah.

"Buka dong, kenapa malah di remas?"

"Tahu nih ayo buka," tambah Niara untuk ucapan Devan.

"Apaan sih, enggak ah, sekarang kan kita mau ke kantin, sudah ayo jangan memikirkan hal lain."

Mikayla lantas berlalu lebih dulu meninggalkan keduanya, jelas saja sikap Mikayla itu membuat Devan dan Niara bertanya-tanya.

"Pasti itu dari Kak Juna," ucap Niara.

"Juna, Juna siapa maksud kamu?"